Pemprov Jawa Tengah Tekan Inflasi dengan ”Sihati”

Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo bersama dengan nara sumber lainnya, usai memberikan materi pada pelatihan wartawan di Hotel Sahid Jaya Jakarta Senin (20/11) kemarin. [m taufik/bhirawa]

Jakarta, Bhirawa
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, di hadapan 580 wartawan se Indoensia, di Grand Sahid Jaya Hotel Jakarta, Senin (20/11) kemarin, mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Tengah bersama Bank Indonesia (BI) wilayah Jawa Tengah meluncurkan Sistem Informasi Harga dan Produksi Komoditi (Sihati).
Menurut Ganjar Pranowo, Sihati yang dimiliki oleh Provinsi Jawa Tengah, saat ini telah dia buat, dengan fitur yang lebih lengkap, dan bisa dilihat setiap saat pada ponsel android yang dimiliki oleh seluruh Bupati, Wali Kota dan pejabat di Jawa Tengah. “Kami punya 36 Kota Kabupaten di seluruh Jawa Tengah, kami pantau setiap saat, dengan Sihati, bahkan seluruh persoalan yang terjadi di Jawa Tengah, langsung bisa kami pantau,” tutur Ganjar Pranowo.
Ia menyatakan, melalui data Sihati ini, tidak ada lagi persoalan yang ditutup-tutupi, bahkan pihaknya bisa langusung mengevaluasi kenerja para kepala daerah di Jawa Tenggah, terhadap perkembangan daerah mereka.
“Setiap kali kami bertemu dan melakukan rapat, langsung kami sebutkan daerah mana saja yang persoalan kemiskinannya masih tinggi. Karena kami tahu secara langsung tanpa menunggu laporan dari kepala daerah,” imbuhnya.
Demikian halnya dengan para kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD), Ganjar mewajibkan kepala OPD untuk memberikan respon cepat terhadap seluruh perkembangan dimasyarakat. Jika tidak memberikan respon, akan mendapat peringatan keras.
“Kalau perlu yang tidak resposnsip akan kami minta mundur atau kami pecat. Ini konsekwensinya, menjadi pejabat di era sekarang. Bahkan ada pejabat yang tidak mampu mengikuti perkembangan IT, mereka dengan sukarela mundur,” tambah Ganjar.
Pihaknya lantas, merinci manfaat Sihati, baik bagi pemerintah maupun bagi masyarakat. Bagi pemerintah dengan Sihati, lebih cepat memantau perkembangan data produksi riil dan perkiraan pasokan yang dimiliki petani, atau peternak di daerah sentra secara real time.
Ini sangat penting untuk mendukung pemerintah dalam pengambilan keputusan terkait ketahanan pangan, Termasuk didalamnya melakukan kerjasama perdagangan dengan pemerintah daerah lain. “Jawa Tengah roduksi beras terbesar, kami kirim ke sejumlah daerah, kalau kami tahu berapa jumlah beras yang kita miliki, bagi Pemprov akan dijadikan satu pertimbangan kerjasama, nah disitulah perdagangan antar daerah bisa terjadi,” kata Ganjar.
Selain itu, bagi masyarakat atau petani, bisa dijadikan acuan dalam menentukan rencana tanam. Pengaturan pola tanam akan menekan harga jatuh saat panen raya dan mengurangi lonjakan harga ketika terjadi kelangkaan produksi. “Masyarakat dapat mengelola ekspektasi positif di masyarakat karena adanya transparansi harga dan pasokan. Itu salah satu cara yang ampuh bagi Jawa Tengah mengendalikan inflasi,” tambahnya.
Ia lantas menguraikan, Sihati ini bermula dari mimpi besarnya untuk melakukan penghematan anggaran di Jawa Tengah. Termasuk hemat waktu, tetapi memiliki kecepatan dalam pengambilan keputusan. “Kalau semuanya dirapatkan, itu tidak efektif, Sementara masyarakat membutuhkan membutuhkan pelayanan waktu yang cepat. Belum lagi saat diundang rapat ada yang terlambat datang,” sambungnya.
Karena itu, dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi, cukup dengan koordiasi melalui chatting room, semua persoalan yang ada di Provinsi Jawa Tengah bisa bergerak cepat, termasuk untuk pengendalian harga-harga di pasar. Meski diakui dia, mengendalikan inflasi di Jaw Tengah itu tidak mudah. Buktinya saat ini jumlah masyaraat miskin masih cukup banyak. Meskipun pengentasan kemiskininan sduah dilakukan.
Ikut Cerdaskan Masyarakat
Sementara itu, sudah bukan rahasia lagi kecerdasan anak anak kita semakin meningkat seiring dengan adanya perbaikan gizi dan kualitas asopan makanan semakin baik kualiatsnya selain kuantitas.Hanya saja kecerdasan ini belum sepenuhnya diikuti nilai yang baik dan berkualias, dengan kata lain ada penurunan nilai.
DMST, Dyah Nastiti Asisten Gubernur BI yang ditemui usai membuka secara resmi acara pelatihan wartawan daerah bank Indonesia 2017 di hotel Sahid Jakarta Senin (20/11) kemarin menyebutnya, sebagai generasi Digital Native, yakni orang orang muda yang lahir di era digital, “Mereka ini cerdas cepat nangkap dan tanggap, hanya saja mereka tidak senang membaca tulisan yang panjang panjang, mereka lebih suka tulisan pendek dan bergambar,” jelasnya.
Dikatakan Dyah Nastiti, ini sangat disayangkan. Mestinya kecerdasan mereka ini harus diimbangi pula dengan gemar membaca dan menulis, mengingat ke duanya adalah Sebagai pembuka cakrawala dunia ilmu pengetahuan.
Karena itu, tugas media massa untuk menyadarkan pemuda era digital native tersebut. Agar mereka bisa memanfaatkan kecerdasannya itu dengan diimbangi membaca dan menulis sehingga lengkaplah apa yang dimiliki oleh pemuda digital native ini.
Contoh kongkrit disebutkan, seperti saat kejadian pabrik kembang api terbakar, pemuda digital native saat ditanya apa yang terjadi mereka menjawab tidak tahu, kenapa tidak tahu karena tidak membaca apa-apa, keseharian mereka hanya main gadget, hanya membaca line to day. [mut]

Tags: