Pemprov Siap Berikan Pendampingan WNI Hilang di Turki

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim siap memberikan pendampingan kepada WNI  khususnya warga Jatim yang hilang, setelah memisahkan diri dari rombongan yang berwisata ke Turki menggunakan jasa perjalanan wisata.
“Pemerintah akan bekerjasama dengan Polri dan TNI mendampingi mereka setelah nantinya dipulangkan dan kembali ke masyarakat. Pendampingan ini sangat penting bagi mereka,” kata Gubernur Jatim Dr H Soekarwo, Kamis (12/3).
Perlu diketahui, kemarin Kementerian Luar Negeri (Kemlu) menyampaikan ada 16 warga negara Indonesia (WNI) ditahan di perbatasan Turki saat berupaya menyeberang ke Suriah. Namun belum dipastikan WNI itu adalah orang-orang yang sebelumnya dinyatakan hilang setelah memisahkan diri dari rombongan tur.
Pakde Karwo, panggilan akrab Gubernur Soekarwo mengaku, masih menunggu sikap Kemlu seperti apa proses selanjutnya berikut solusi terhadap 16 WNI tersebut. “Terkait pemulangan maupun teknisnya, itu urusannya pemerintah pusat dan kami menunggu saja. Tapi, kami siap berkoordinasi dan menindaklanjutinya kalau sudah kembali ke Tanah Air,” ungkapnya.
Menurut dia, berdasarkan kejadian ini pihaknya berharap ada evaluasi dan menjadi pengalaman penting bagi semua pihak, termasuk pemangku wilayah mulai dari bawah, seperti RT, RW, Kelurahan hingga Kecamatan. Dikembangkan lagi fungsi teritorialnya dan pengawasan RT maupun RW, terkait warganya mau ke mana dan lapor ke perangkat kampung setempat.
Terkait isu bergabungnya 16 WNI ke kelompok Negara Islam Irak-Suriah (Islamic State of Iraq and Syiria/ISIS), Pakde Karwo berharap tidak ada vonis tersebut karena semuanya belum bisa dipastikan. “Yang pasti, jangan sampai nanti kalau sudah pulang diceritakan ke rekan-rekannya tentang alasan mereka hilang,” katanya.
Sementara itu, Juru Bicara Kemlu RI Arrmanatha Nasir di Jakarta mengatakan ada 16 WNI yang ditahan otoritas keamanan Turki karena berupaya menyeberang ke Suriah. Berdasarkan keterangan dari pihak otoritas keamanan Turki, kata dia, 16 WNI yang ditahan itu ditangkap ketika berada di daerah perbatasan antara Turki dan Suriah, tepatnya di Kota Gaziantep.
Terkait hal itu, Kementerian Luar Negeri RI telah meminta Kedutaan Besar RI (KBRI) di Ankara untuk mengklarifikasi peristiwa tersebut dengan pihak Kementerian Luar Negeri dan otoritas keamanan Turki.
“Sekarang Dubes Indonesia di Ankara sedang berkoordinasi dengan Kementerian Luar Negeri dan otoritas keamanan Turki untuk mendalami kejadian ini. Kita cari tahu apa benar 16 orang yang ditahan itu adalah 16 WNI yang sempat dinyatakan hilang, dan siapa sebenarnya 16 WNI ini,” ujar dia.

Rogoh Kocek Rp 300 Juta
Dari informasi yang disampaikan pihak Smailing Tour, rombongan 16 WNI yang menghilang di Istanbul, Turki harus merogoh kocek sekitar Rp 300 juta untuk membeli paket perjalanan wisata di Smailing Tour. Dengan uang sebesar itu, mereka tidak menikmati wisata bersama Smailing Tour karena memisahkan diri selepas pemeriksaan imigrasi di Bandara Internasional Ataturk, Istanbul.
“Ongkos perjalanannya sebesar Rp 300 juta. Terlalu mahal kalau hanya untuk biaya tiket pesawat. Ini kan paket wisata, tapi mereka tidak menikmati perjalanan wisatanya,” kata President and CEO Smailing Tour Anthony Akili dalam perbincangan dengan sejumlah wartawan di Jakarta, Kamis (12/3).
Anthony didampingi Vice President Marketing and Communication Smailing Tour Putu Ayu Aristyadewi dan Group COO Smailing Tour Davy Batubara.
Ia mengatakan, rombongan ini mengaku sebagai tiga keluarga dari satu rumpun keluarga besar. Mereka terdiri dari 5 lelaki dewasa, 4 perempuan dewasa, 4 anak-anak, dan 3 bayi. Mereka tergabung dalam rombongan wisata berjumlah 24 orang dengan satu tour leader.
Menurut Anthony, harga paket wisata ke Turki selama 10 hari sebesar 1.500 dollar AS (atau Rp 19,7 juta) untuk satu orang dewasa. Harga untuk anak-anak lebih rendah dari itu. Dengan kurs dollar Rp 13.000, total yang harus dikeluarkan untuk 16 orang sekitar Rp 300 juta. Rombongan berangkat dengan Turkish Airlines.
Menurut situs web Turkish Airlines, harga tiket kelas ekonomi untuk dewasa sekali jalan adalah 1.034 dollar AS. Jika dipukul rata, rombongan ini hanya perlu ongkos 16.000 dollar AS atau sekitar Rp 200 juta untuk sekali jalan.
Rombongan ini kemudian memisahkan diri dari rombongan selepas pemeriksaan di imigrasi Bandara Ataturk. “Waktu mereka hendak memisahkan diri, tour leader kami bilang, ‘Apa tidak sayang karena sudah mengeluarkan uang tapi tidak menikmati perjalanan wisatanya?’ Mereka bersikeras ingin bertemu keluarga selama dua hari,” kata Anthony.
Mereka kemudian dinyatakan menghilang karena tidak bergabung dengan rombongan hingga waktu kepulangan ke Tanah Air pada 4 Maret pukul 00.40.  Ke-16 WNI ini juga diketahui berangkat dengan paspor baru. Seingat Anthony, paspor mereka dikeluarkan antara bulan Oktober-November 2014.
“Tapi kita tidak tahu apakah itu benar-benar paspor baru karena kita tidak tahu apakah mereka sebelumnya pernah punya paspor atau tidak. Yang kita tahu, paspor itu masih kosong, belum ada cap imigrasi,” kata Anthony. [iib,ira]

Tags: