Pemprov Siapkan Bibit Low Nikotin

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Permintaan pabrik rokok akan tembakau low nikotin atau nikotin kadar rendah, kini Pemprov Jatim tengah menyiapkan bibit tembakau tersebut pada para petani. Tahap awal, rencananya pemberian bibit sertifikat low nikotin dengan proses pembibitan dilakukan di lahan 12 hektare.
Kepala Dinas Perkebunan Jatim, Ir Moch Samsul Arifien MMA mengatakan, pembibitan tembakau low nikotin ini dialokasikan dari dana cukai tembakau provinsi, kab dan kota serta dibantu perusahaan rokok.
“Tembakau low nikotin ini semakin banyak diminati masyarakat penikamat rokok putihan, sehingga permintaan dari pabrik juga terus meningkat,” kata Samsul, Minggu (26/7).
Lebih lanjut, dijelaskan pula, peningkatan areal tanam tembakau low nikotin dan low tar di Jatim juga didukung seluruh petani. Untuk ketentuan low nikotin yakni dengan kadar kurang dari 2 persen. Misalnya tembakau Prancak, RAM, dan Virginia Bojonegoro kadarnya hanya 2 persen, kasturi middle white burley lumajang masuk kategori very low 1 persen.
Untuk itu, kata Samsul, ke depan pengembangan memang dilakukan pada tembakau dengan kadar low nikotin.  Saat ini tembakau low mencapai 50 persen dari total produksi. “Ini akan ditingkatkan menjadi 70% karena perubahan selera rokok masyarakat dari kretek ke rokok putihan juga cukup tinggi,” katanya.
Samsul juga menambahkan, kalau produksi rokok kretek yang menggunakan tembakau kadar nikotin tinggi saat ini cukup kecil yakni hanya 8 persen dari total produksi rokok setahun. Sisanya sebanyak 92 persen adalah rokok putihan yang diproduksi dengan mesin.
Jika tahun 2013 produksi rokok 340 miliar batang, maka produksi rokok kretek yang biasa menggunakan tembakau Jawa hanya 27,2 miliar batang. Sisalnya 312,8 miliar batang adalah rokok putihan.
Kebutuhan untuk rokok putihan yang cukup besar, kata Samsul, maka kini Jatim terus berupaya memproduksi jenis tembakau dengan kadar nikotin dan TAR yang rendah. Misalnya, jenis Paiton, Birginia, Madura, dan Besuki Na Oost.
Dalam setahun, kebutuhan tembakau untuk pabrik rokok secara nasional sebanyak 280 ribu ton. Indonesia hanya mampu memproduksi 200 ribu ton dan sisanya 80 ribu ton impor masih dipenuhi dari tembakau impor seperti dari China. [rac]

Rate this article!
Tags: