Pemprov Siapkan Rp 3,3 M untuk Pasok Air Bersih di 24 Kab/Kota

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Kekeringan, Bendungan dan Sungai di Jatim Masih Aman
Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim bergerak cepat dalam mengatasi kekeringan yang melanda wilayah Jatim. Sebanyak Rp 3,3 miliar telah dianggarkan untuk memasok kebutuhan air bersih di 24 kab/kota di Jatim yang berpotensi mengalami kekeringan.
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo SH, MHum mengatakan upaya penanganan sedini mungkin tersebut diharapkan agar potensi kekeringan di wilayah Jatim tidak semakin meluas. Besaran dana sebesar Rp 3,3 miliar itu akan digunakan untuk mendroping air bersih khusus bagi masyarakat yang susah mendapatkan air bersih. Misalnya butuh menempuh jarak sekitar 3 km untuk mendapatkan air bersih.
“Kami sudah mengganggarkan dana senilai Rp 3,3 miliar bagi 24 daerah di Jatim yang berpotensi mengalami kekeringan. Peruntukannya untuk wilayah yang susah mendapatkan air bersih yakni biasanya warga memperolehnya dengan menempuh jarak 3 km dari rumahnya ke sumber air bersih. Selebihnya, kami menginginkan agar pemerintah daerah di wilayahnya supaya menanggulanginya sendiri,” ujar Pakde Karwo  di sela-sela sambutan puncak peringatan Hari Lingkungan Hidup Dunia di Taman Candra Wilwatikta, Kecamatan Pandaan, Kabupaten Pasuruan, Kamis (30/7).
Dari 24 daerah di wilayah Jatim yang berpotensi mengalami kekeringan, diperkirakan akan lebih panjang dari kekeringan pada 2014 lalu. Pihaknya pun akan melakukan pembangunan infrastruktur dan sarana prasarana air bersih meliputi pipanisasi, pembangunan tandon dan lainnya.
Dari 24 daerah itu, Kabupaten Bojonegoro saat ini sudah mengalami kekeringan. Sedangkan di Kabupaten Pasuruan tepatnya di Desa Jeladri Kecamatan Winongan yang terletak di atas area sumber mata air umbulan dilaporkan juga mengalami kekeringan. Intinya, kekeringan di Jatim dari tahun ke tahun semakin meningkat. Tahun lalu hanya 23 daerah, tapi tahun ini 24 wilayah. Dan itupun bertambah 7 desa di Kecamatan Saradan, Madiun. Kami juga sudah berkoordinasi dengan BPBD Jatim, yakni akan membangun insfrastruktur dan sarana prasarana air bersih,” tandas Pakde Karwo.
Pakde Karwo juga berpesan kepada 24 daerah di Jatim yang berpotensi mengalami kekeringan supaya melakukan perbaikan lingkungan.  “Fungsi hutan haruslah dikembalikan seperti dahulu yakni sebagai penyimpan air untuk mengurangi kekeringan di masa mendatang. Tolong pihak Perhutani segera merumuskan kembali fungsi hutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat agar mereka tidak merambah hutan,” jelas Soekarwo.
Seperti diberitakan sebelumnya Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim memprediksi kekeringan yang melanda Jatim akan berlangsung lama. Bahkan kekeringan kali ini akan lebih parah dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Jumlah desa terdampak diperkirakan juga akan lebih besar dibandingkan tahun sebelumnya. Untuk saat ini saja, jumlah desa terdampak mencapai 541 desa yang tersebar di 196 kecamatan dan 24 kab/kota. Angka ini diperkirakan akan terus bertambah seiring tak kunjung datangnya musim penghujan.
Sedangkan pada 2014, jumlah desa terdampak kekeringan mencapai 624 desa yang tersebar di 179 kecamatan. Sementara pada 2013, jumlah desa terdampak sebanyak 948 desa yang tersebar di 228 kecamatan. Pada 2015 hingga 28 Juli kemarin, sudah ada 193 desa di 24 kabupaten/kota yang telah mengalami kekeringan. Sedangkan, desa yang berpotensi akan mengalami kekeringan selama musim kemarau tahun ini mencapai 541 desa.
Sementara itu meski kekeringan telah melanda sebagian wilayah Jatim, namun Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim mencatat jika ketersediaan air untuk mencukupi areal pertanian dan kebutuhan masyarakat masih mencukupi. Itu terlihat dari sejumlah waduk di Jatim yang masih aman hingga kini.
“Dari 20 waduk yang ada di Jatim, 17 di antaranya masih normal, hanya tiga waduk yang siaga. Itu artinya ketersediaan air masih cukup dan aman,” kata Kepala BPBD Provinsi Jatim Sudharmawan dikonfirmasi, Kamis (30/7).
Dengan masih normalnya kondisi waduk, jika ada satu daerah yang kekurangan air, maka masih bisa tercukupi dengan mengambil dari ketersediaan yang ada di waduk. Selain waduk, kondisi lima sungai utama di Jatim juga masih normal. Sungai Brantas misalnya, saat ini masih normal dan mampu menyokong tujuh waduk yang ada di sepanjang aliran sungai tersebut.
Begitu juga Sungai Bengawan Solo saat ini juga masih normal dan mampu mengaliri 10 waduk. Sungai Pakelan Sampean juga masih mampu mengaliri dua waduk. Sedangkan Sungai Madura juga masih mampu mengaliri satu waduk. “Sebanyak 197 embung geomembran yang ada juga masih berisi air semuanya,” kata dia.
Sementara itu selain mengandalkan air dari sungai, waduk dan embung, BPBD Jatim juga telah minta BPBD kabupaten/kota menjalin kerjasama dengan PDAM di masing-masing daerah untuk melakukan droping air di daerah-daerah kantong kekeringan.
“Kita juga melakukan droping air seminggu tiga kali. Kenapa hanya seminggu tiga kali, karena keterbatasan mobil tangkinya. Cara droping air itu, nanti kabupaten/kota mengambil air dari PDAM, kemudian diklaimkan ke Pemprov Jatim untuk pembayarannya,” jelasnya. [hil,iib,rac]

Tags: