Pemprov Waspada Banjir Bandang

Warga yang berada di lereng Gunung Lawu terutama yang mengalami kebakaran beberapa waktu lalu termasuk wilayah yang dianggap rawan banjir bandang.

Warga yang berada di lereng Gunung Lawu terutama yang mengalami kebakaran beberapa waktu lalu termasuk wilayah yang dianggap rawan banjir bandang.

Garda Bangsa Siapkan Relawan On Call 24 Jam
Pemprov, Bhirawa
Pemprov Jatim dalam hal ini Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jatim mewaspadai terjadinya banjir bandang di Jatim. Untuk itu, Pemprov Jatim meminta masyarakat untuk lebih waspada khususnya yang masuk darah rawan bencana banjir bandang.
Beberapa wilayah yang dianggap rawan banjir bandang adalah daerah yang berada di kaki Gunung Lawu dan Gunung Arjuno yang beberapa waktu lalu mengalami kebakaran. Sisa-sisa kebakaran ini sangat rawan banjir dan mengancam terjadinya bandang.
“BPBD Jatim telah memiliki data yang menunjukkan jika banyak material di atas dua Gunung Lawu dan Gunung Arjuno sangat rawan terbawa saat hujan tiba. Makanya kita mewaspadai wilayah ini,” kata Kepala BPBD Provinsi Jatim Sudharmawan dikonfirmasi, Minggu (6/12).
Menurut dia, masyarakat di kaki Gunung Lawu yang perlu waspada adalah di sekitar Magetan dan Ngawi. Sementara untuk kaki Gunung Arjuno adalah di daerah Pasuruan serta Malang. “Kawasan Situbondo juga harus waspada karena hutan jati di daerah itu juga baru  saja terbakar,” katanya.
Pemerintah kabupaten yang berpotensi diterjang banjir bandang juga telah dikumpulkan untuk segera membuat rencana kontigensi. Sehingga jika terjadi hujan lebat bisa langsung siap untuk mengantisipasinya. Selain potensi banjir bandang, di 22 kabupaten di Jatim yang memiliki kawasan perbukitan dan pegunungan juga menjadi fokus antisipasi longsor.
Sementara itu, untuk ancaman banjir dari luapan sungai, diprediksi tidak akan terjadi karena hampir seluruh sungai yang ada di Jatim saat ini sudah siap untuk menampung luapan air hujan. Bahkan dirinya memprediksi daerah aliran Bengawan Solo jumlah daerah yang terkena banjir akan menurun.
“Ini karena fungsi pengawasan di sungai sudah berjalan dengan baik, sehingga bisa segera diantisipasi. Bengawan Solo bahkan sejak tahun lalu sudah tidak banjir. Sedangkan sungai yang lain kondisinya juga sudah siap,” kata dia.
Antisipasi banjir ini juga diungkapkan Gubernur Jatim Dr H Soekarwo. Pihaknya memastikan jumlah daerah yang terkena banjir tahun ini menurun. Kepastian ini menyusul mulai berjalannya beberapa proyek penangkal banjir di beberapa titik langganan banjir. “Jika intensitas hujan seperti tahun lalu, maka Jatim bebas dari banjir,” katanya.
Menurut dia, beberapa titik yang masih rawan banjir hanya terjadi di kawasan Mojoagung serta Blitar. Di dua kawasan ini, banjir hanya bersifat genangan dan bisa segera surut jika hujan mereda. “Untuk Blitar, saat ini memang belum ada solusi karena jika dibuka maka yang banjir itu Tulungagung. Ini dipengaruhi depresi tanah di daerah itu sehingga mengalami terjadi cekungan,” kata dia.
Sedangkan di sepanjang aliran Bengawan Solo, dipastikan sudah tidak banjir lagi. Apalagi proses pengerukan di Plangwot Lamongan hingga Sedayu Lawas Gresik sepajang 12 kilometer saat ini juga terus dilakukan dari 680 meter kubik per detik saat ini sudah berkapasitas 1.400 meter kubik per detik. Kalaupun ada gelontoran air yang cukup besar, Soekarwo yakin hanya akan mengakibatkan luapan Bengawan Solo dengan skala kecil.
Sementara untuk Kali Lamong, saat ini juga proses pengerjaan oleh pemerintah pusat dan diharapkan bisa selesai pada akhir 2017 mendatang. Selain pendalaman sungai, Pemprov Jatim saat ini juga memberikan bantuan pompa air untuk membantu mengurai genangan air yang terjadi di beberapa titik langganan banjir.

Bagikan Alat Pelindung
Sementara itu Koordinator Relawan Garda Bangsa Jatim menginstruksikan seluruh Dewan Koordinator Cabang (DKC) se- Jatim siaga bencana. Cuaca ekstrem dalam pancaroba ini bisa berdampak terjadinya bencana alam. Beberapa daerah di Jawa Timur masuk dalam pemetaan daerah rawan bencana, di antaranya, Surabaya, Tulungagung, Lumajang, Bojonegoro, Pasuruan, Malang, Trenggalek, dan sejumlah wilayah lainnya.
“Kita siapkan 30 relawan di masing – masing kota dan kabupaten. Mereka (relawan) on call 24 jam dibutuhkan oleh pemda setempat. Bahkan saat ini sudah berlangsung pemetaan daerah rawan bencana,” terang Koordinator Relawan Garda Bangsa Jatim Chusainuddin, Minggu (6/12).
Kata politisi asal Partai Kebangkitan Bangsa ini, Garda Bangsa Jatim Peduli Bencana selain menyiagakan personel juga ikut memberikan perhatian bagi pihak yang mempunyai peranan penting dalam mencegah bencana. Pemberian peralatan keselamatan terus dilakukan di semua kota dan kabupaten.
“Alat pelindung diri sangat penting bagi mereka ( petugas ), dan terkadang mereka mengabaikan keselamatannya hanya untuk menyelamatkan ribuan orang,” ungkapnya.
Status Gunung Bromo juga menjadi salah satu perhatian utama dari Relawan Garda Bangsa Jatim. DKC Probolinggo dan Pasuruan melakukan pantuan dan juga memetakan daerah aman bagi penduduk. Terlebih saat ini status gunung yang menjadi ikon wisata Jawa Timur ini meningkat. Untuk itu, Alat Pelindung Diri (APD) akan dikirimkan untuk membantu bagi warga ataupun petugas yang berada di lokasi.
“Sementara ada 10 ribu masker, seribu helm, jas hujan, sarung tangan safety, dapur umum, dan masih banyak lagi. Dan ini untuk membantu korban bencana,” imbuh anggota Komisi B DPRD Jatim ini.
Sementara itu, Bronto, penjaga pintu air Bosem Wonorejo, Surabaya mengaku jika dalam melaksanakan tugasnya sering tak menghiraukan keselamatannya. Bahkan, banyak warga yang menanggapi negatif semua langkahnya untuk membuka pintu air. Dengan alasan keselamatan warga lainnya, Bronto tak menggubris tanggapan sebagian warga tersebut.
“Sering saat hujan tiba, peralatan kayak jas hujan atau helm tidak ada d itempat. Akhirnya kendatipun hujan lebat kita tetap kerja. Menggaru sampah biar tidak menyumbat filter bosem, menyalahkan pompa air,” katanya. [iib,cty]

Rate this article!
Tags: