Pemuda ; Pelopor Pembangunan Desa

Oleh :
Ali Damsuki
Peserta Program PKKP (Pengembangan Kepedulian dan Kepeloporan Pemuda) Jawa Tengah Chapter Grobogan

“Seribu orang tua bisa bermimpi, satu orang pemuda bisa mengubah dunia” (Soekarno)
UU no 40 tahun 2009 menjelaskan tentang signifikasi peran pemuda dalam membangun desa, dengan tujuan terwujudnya pemuda yang beriman, inovatif, kreatif, mandiri, memiliki jiwa kepemimpinan dan kepeloporan sesuai dengan UUD NKRI. Hal ini tentu memiliki kesinambungan dengan pertuah soekarno tentang pemuda. Posisi dan peran pemuda mampu mengubah dunia dengan potensi yang dimilikinya.
Islam juga menjelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-Anbiya’ ayat 60 : “Mereka berkata : Kami dengar ada seorang pemuda yang mencela berhala-berhala ini bernama Ibrahim”. (Qs. Al-Anbiya’). Dalam ayat ini menjelaskan esensi pemuda yang memiliki sifat pemberani dalam menghadapi tantangan. Selain itu, pemuda juga identik dengan seorang individu yang produktif, memiliki karakter revolusioner, optimistik, dan berpikiran maju. Eksistensi pemuda mampu memberikan perubahan sosial dan menjadi pelopor perubahan itu sendiri, terutama di desa.
Namun dewasa ini, desa menjadi salah satu korban masif pemuda, baik pemuda yang memiliki tingkat pendidikan menengah keatas, maupun menengah kebawah. Banyak potensi desa yang “dianaktirikan”. Hal ini secara faktual dapat dilihat dari urbanisasi para pencari kerja yang sebagian besar para pemuda untuk ke ibu kota. Menurut data yang dilansir dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil DKI Jakarta, menyebutkan, pendatang baru sebanyak 70.752 orang saat tahun 2017. Sedangkan tahun 2016 jumlahnya 68.763 orang, hal ini tentu mengalami kenaikan yang sangat signifikan sebanyak 2, 89%. (Sindonews.com)
Padahal apabila kita sebagai pemuda memahami potensi desa yang ada, secara materi desa memberikan kekayaan yang melimpah dibandingakan dengan kota. Segala bentuk sumberdaya alam, sayuran, dan bahan makan dapat diperoleh dengan mudah di desa. Namun hal yang menjadi persoalan, banyak SDM yang kurang mampu memanfaatkan SDA yang ada.
Polemik Lahan Pertanian
Seperti halanya dalam sektor pertanian, sektor pertanian saat telah berada di “ujung tanduk”. Artinya kondisi pertanian yang ada di Indonesia telah mengalami krisis secara masif. Salah satu masalah dalam pertanian di Indonesia adalah masalah lahan pertanian. Seperti produktivitas lahan yang menurun secara signifikan akibat intensifikasi berlebihan dan penggunaan pupuk kimia secara intensif, terjadinya alih fungsi (konversi) lahan yang bertambah besar untuk keperluan non-pertanian, misalnya untuk keperluan industri (pabrik) dan pemukiman, belum optimalnya implementasi pemetaan komoditas terkait dengan agroekosistem, dan masih banyaknya lahan tidur (idle land).
Sehingga hal ini berimplikasi pada produk beras yang makin melonjak harganya. Serta terjadinya impor beras dilakukan oleh pemerintah. Hal tentu menjai sebuah anomali tersendiri, sebab Indonesia segabagai negara “agraria” penghasil beras terbesar, malah menjadi negara “termiskin” yang pernah ada. Inilah salah satu akibat pola pikir “sesat” yang terjadi pada pemuda yang kurang mampu memanfaatkan SDA yang ada.
Data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa, dalam rentang waktu 1999-2002, laju tahunan konversi lahan baru 110.000 hektar. Pada periode 2002-2006 melonjak menjadi 145.000 hektar per tahun. Akan tetapi, rentang 2007-2010 di Jawa sajalaju konversi rata-rata 200.000 hektar per tahun. Di Jawa pada2007 masih 4,1 juta hektar, kini hanya tinggal 3,5 juta hektar. Lahan sawah Indonesia hanya 8,06 juta hektar dan tegalan/kebun 12,28 juta hektar. Artinya, dalam beberapa tahun kedepan,Indonesia mengalami krisis lahan pertanian. sebanyak 75% lahan pertanian di Indonesia sudah kritis karenamengalami penurunan kesuburan.
Krisis lahan ini tentunya akan berdampak pada merosotnya produksi pangan. Indonesia pun tidak akan pernah berdikari di bidang pangan. Sekarang saja kitasudah menjadi importir pangan terbesar di dunia.Situasi ini membawa rakyat Indonesia dalam situasi rawan: krisis pangan. Kita tahu, harga pangan dunia dikontrol oleh segelintir korporasi dan itupun fluktuatif sesuai permainan di dunia internasional. Persoalan lahan memang menjadi faktor fundamentaslis dalam pembangunan pertanian. Sebab, apabila lahan terkendala, maka dalam peningkatan produksi dan produksivitas pangan tentunya akan mengalami kemacetan.
Peran Pemuda
Dari kondisi ini, peran pemuda bangsa yang merupakan pemegang estafet kenegaraan harus mulai diaplikasikan, untuk menangani problematika pertanian dan maslah yang ada di desa. Baik secara teoritik maupun praktik.Mahasiswa harus berkontribusi aktif dalam membangun dan memajukan pertanian Indonesia, khususnya di daerahnya sendiri.Dengan konsep pertanian agroekologi yang diciptakan oleh mahasiswa sebagai usaha untuk memperbaiki sektor pertanian kini.
Konsep Agreekologi merupakan salah satu problem solving terbaik untuk menekan pemanasan global dan pengurangan pemakaian bahan kimia pada bahan pangan, khususnya sektor pertanian. Dalam konsep agroekologi memiliki korelasi dan pilar-pilar berupa agroekosistem, agribisnis, agroindustry, agroforestry, hutan tanaman industri (industrial forest plantation),silvofishery, ekosistem Daerah Aliran Sungai dan ekosistem hutan.
Dalam prakteknya konsep agroekologi memberikan bentuk pengelolaan sumberdaya lahan yang alami. Sebab, konsep tersebut bertujuan untuk mendapatkan produktivitas optimal, lestari dan serbaguna, dan memperbaiki kondisi lahan atau lingkungan. Dengan demikian konsep ini mencakup aspek struktur ekosistem (structural attribute of ecosystem), yaitu jenis dan susunan tanaman; fungsi ekosistem (functional attribute of ecosystem) yaitu produktivitas, kelestarian dan lingkungan hidup. Semoga krisis lahan pertanian ini, mulai dapat direkontruksi ulang oleh para pemuda yang kreatif. Agar produktivitas akan lebih menunjang. Sehingga mampu menunjang pembangunan pertanian desa. Demi membangun pertanian sebagai SDA yang ada di desa, maka pemuda harus memiliki jiwa pelopor yang kuat.
Wallahu a’lam bi al-shawaf.

———– *** ———-

Rate this article!
Tags: