Pemukiman Belum Didukung Sanitasi Sehat

Sanitasi SehatSurabaya, Bhirawa
Kualitas lingkungan di sejumlah titik di Surabaya mengalami penurunan. Belum tersedianya sanitasi yang memadai menjadi salah satu penyebab banjir.
“Kurang kepeduliannya masyarakat seringkali mengakibatkan rendahnya kualitas hidup. Masih banyak warga Surabaya belum memiliki sanitasi layak, termasuk jamban layak,” kata anggota Komisi C DPRD Surabaya Moch Machmud, kemarin.
Menurutnya, selain belum memiliki jamban layak masih banyak warga yang Buang Air Besar Sembarangan (BABS). Machmud menyebut beberapa titik pemukiman tersebut. Di antaranya, Jatisrono, Endrosono, Wonokusumo, Wonosari Lor, Tenggumung, Bulak Banteng dan lainnya. “Di tempat-tempat ini masih banyak warganya saat pagi setor alias BAB di sungai.
Bersamaan Kampanye Sanitasi Sehat yang digelar Koalisi Indonesia Sehat di beberapa daerah di Tanah Air, kata Machmud, Surabaya seharusnya menjadi bagian tempat pelaksanaan kampanye. Dia menilai, kampanye atau sosialisasi bisa mendorong partisipasi warga untuk mempercepat terwujudnya sanitasi memadai.
Pemaparan Machmud sesuai data Pusat Penelitian Lingkungan, Permukiman, dan Infrastruktur Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) yang menyebut, banyak warganya yang belum memiliki jamban layak. Ini membuat Surabaya green namun belum clean.
Data yang dimiliki ITS tahun 2016, terdapat 16.000 warga Surabaya yang belum memiliki jamban sebagaimana mestinya. Banyak saluran sanitasi yang ada tercemar limbah domestik. Ada 16.000 kepala keluarga (KK) tidak memiliki jamban layak. Punya toilet, tapi saluran buang masuk ke drainase.
Pemukiman kumuh sudah pasti tidak didukung sanitasi sehat. Belum semua perkampungan didukung sarana sanitasi, termasuk Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) Komunal.
Terpisah, Koordinator Komunitas Nol Sampah Hermawan Some menyebut, belum adanya sanitasi sehat dan IPAL Komunal di semua pemukiman membawa dampak lingkungan luar biasa. “Ada survei, tiap warga membuang 5 gram detergen. Ini yang menyebabkan air sungai berbuih, berbusa. Kami mendorong pemkot membangun IPAL komunal dengan skala kecil. IPAL komunal ini bisa dibawah jalan kampung. Air limbah bisa diolah, dipompa dan untuk siram tanaman. Biaya pembuatan IPAL bisa dari CSR (corporate social responsibility) perusahaan,” kata Wawan, sapaannya.
Sementara itu, Pemkot Surabaya menyikapi masalah sanitasi melalui program Program Sektor Sanitasi yang puncaknya 2016 ini. Seluruh kecamatan serta Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) digandeng dalam program ini.
Upayanya, koordinasi, sinkronisasi dan integrasi program lintas SKPD dan kecamatan. Badan Lingkungan Hidup memonitoring kegiatan sanitasi lingkungan atau perkotaan.
Salah satu pemukiman yang sudah menerapkan sanitasi sehat adalah Gundih yang merupakan satu dari 14 kampung bersih dan percontohan di Kota Surabaya. Kampung itu di antaranya, Bratang Binangun, , Kampung Genteng dan Kampung Maspati.
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengakui keberadaan kampung-kampung tersebut. “Surabaya mulai menunjukkan hasil atas terciptanya lingkungan yang baik menuju perkotaan berkelanjutan,” kata Diana Kusumastuti, Staf Bagian Publikasi KPUPR. (geh)

Tags: