Pemukiman Padat Bojonegoro Rawan Endemik DBD

eorang-petugas-sedang-melakukan-pemfogingan-diwilayah-kota-Bojonegoro.-[Achmad-Basir./bhirawa]j

eorang-petugas-sedang-melakukan-pemfogingan-diwilayah-kota-Bojonegoro.-[Achmad-Basir./bhirawa]j

Bojonegoro, Bhirawa
Kasi Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Bojonegoro dr. Wheny Dyah, di Bojonegoro, menghimbau kepada warga yang bertempat tinggal di pemukiman padat agar senantiasa menjaga kebersihan lingkungan. “Wabah demam berdarah itu kan disebabkan oleh air hujan. Jika tergenang di suatu wadah yang kurang bersih, di situlah jentik nyamuk berkembangbiak,” ujar dr. Wheny, kemarin (12/12).
Dia menjelaskan meningkatnya jumlah penderita DBD juga penderita DBD yang meninggal dunia, tidak lepas musim hujan yang mempercepat perkembang biakan nyamuk ‘aedes aegypti’. “Penderita DBD yang meninggal dunia rata-rata kondisinya sudah parah ketika dibawa ke rumah sakit (RS),” ucapnya.
Dia menyebutkan, dari 496 penderita DBD di daerahnya sejak 1 Januari sampai 12 Desember ini merupakan kasus DBD yang ditemukan di daerah padat pemukiman, antara lain, di sejumlah desa di Kecamatan Kota, Dander, Kepohbaru dan Baureno.
“Tapi di wilayah yang tidak padat pemukiman ternyata juga ditemukan ada kasus DBD,” katanya. ” Intinya disini bagaimana warga yang bermukim di tempat itu untuk menjaga kebersihan lingkungannya,” lanjutnya mengingatkan.
Menurut dia, daerahnya belum menetapkan kejadian luar biasa (KLB) dalam menghadapi kasus DBD, walaupun jumlah penderita DBD yang meninggal dunia jauh lebih banyak dibandingkan tahun lalu. Penetapan KLB DBD ditetapkan berdasarkan peningkatan jumlah penderita DBD hingga mencapai dua kali lipat dibandingkan tahun lalu.
Sesuai data tahun lalu tercatat sebanyak 572 kasus DBD, di antaranya, tujuh penderita meninggal dunia. Menghadapi hal itu. Ia mengimbau masyarakat meningkatkan kewaspadaan dalam menghadapi penyebaran DBD dengan melakukan gerakan 3 M plus yaitu menguras, mengubur dan menutup, tempat sarang nyamuk.
Lainnya memanfaatkan barang berkas seperti plastik, atau tempat lainnya sehingga tidak memberi kesempatan nyamuk ‘ades aegypti’ berkembang biak karena tempat itu terisi air hujan. “Pengasapan hanya membunuh nyamuknya. Jentik-jentiknya tidak ikut mati, sehingga gerakan 3 M plus sangat dibutuhkan, untuk bisa membasmi jentik-jentiknya,” paparnya. [bas]

Tags: