Judul Buku : Model Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Rabbani
Penulis : Dr. Faridi, M.Si.
Penerbit : Baskara Media, Yogyakarta
Cetakan : Pertama, 2020
Tebal : 161 halaman
ISBN : 978-623-7446-14-9
Peresensi : Ahmad Fatoni
Pengajar Pendidikan Bahasa Arab FAI-UMM.
PENDIDIKAN merupakan salah satu upaya untuk membentuk manusia yang cerdas dan berkarakter. Melalui pendidikan diharapkan dapat membantu proses penyempurnaan kemampuan diri individu secara terus-menerus menuju ke arah yang lebih baik. Sayangnya, banyak sekolah yang senyatanya menjadi tumpuan utama dalam mencapai tujuan tersebut disinyalir hanya mementingkan aspek kecerdasan akademik, sementara aspek kecerdasan emosional dan spiritual terpinggirkan.
Mengingat peserta didik SMA Negeri 3 (SMANTI) Malang memiliki kecerdasan Intelektual (IQ) di atas rata-rata, pihak sekolah kemudian mengimbanginya dengan kecerdasaan emosional dan spiritual. Kebijakan yang diambil ialah kegiatan Bedhol Bhawikarsu dalam rangka menerapkan pendidikan karakter.
Bedhol Bhawikarsu merupakan implementasi pendidikan sosio-kultural dalam bentuk pembelajaran outdoor learning. Peserta didik diajak memahami kultur dan nilai-nilai yang tertanam di masyarakat, mengenal alam dan lingkungan yang menjadi sandaran masyarakat, serta menyelami langsung denyut nadi kehidupan masyarakat.
Dalam aktivitas Bedhol Bhawikarsu para siswa menginap di rumah-rumah penduduk desa. Pemilik rumah menjadi inang pengasuh mereka. Setiap rumah bisa diisi beberapa siswa. Mereka pun melaksanakan aktivitas harian bersama bapak dan ibu asuhnya. Bahkan, makan pun mereka bersama-sama bapak dan ibu asuh.
Menurut penulis Model Pendidikan Karakter Berbasis Nilai-Nilai Rabbani ini, apa yang dilakukan SMANTI Malang merupakan pembelajaran kontekstual yang sangat strategis untuk menanamkan nilai-nilai moral dan sosial bagi para siswa. Dengan begitu mereka bisa mengalami sendiri apa yang dipelajari di lokasi kegiatan. Singkat kata, Bedhol Bhawikarsu ini merupakan contextual learning yang benar-benar nyata.
Buku yang diadaptasi dari disertasi penulisnya, ini hendak mendeskripsikan perwujudan pendidikan karakter bangsa melalui kegiatan Bedhol Bhawikarsu ala SMANTI Malang. Berdasarkan data di lapangan, Faridi menangkap nilai-nilai karakter seperti sikap peduli lingkungan, peduli sosial, religius, kerja keras, mandiri, disiplin dan komunikatif, bertanggung jawab, kekeluargaan, dan kesantunan.
Merujuk semboyan SMANTI Malang yang lokasinya berdekatan dengan kantor DPRD Kota Malang ini, berbunyi: BERTAKWA-BELAJAR-BEKERJA- BERJUANG. Pada HUT Ke-17 SMANTI Malang, tepatnya 8 Agustus 1969, atas persetujuan Dewan Guru dan Karyawan, semboyan tersebut diperbarui menggunakan bahasa Sansekerta menjadi, BHAKTYA (berbakti, bertakwa)-WIDAGDHA (berilmu pengetahuan, belajar, berguna)-KARYA (bekerja)-SUDHIRA (berani, berjuang, berteguh hati).
Semboyan berbahasa Sansekerta itulah yang kemudian dikenal dengan singkatan BHAWIKARSU. Tak heran bila siswa-siswi SMANTI Malang sering dikenal dengan sebutan para pejuang Bhawikarsu. Mereka marasakan langsung nilai-pendidikan karakter yang kelak dapat diaplikasikan dalam kehidupan di masa-masa mendatang.
Di satu sisi, kegiatan Bedhol Bhawikarsu memang dirancang dengan harapan menginternalisasi karakter nilai-nilai normatif pada siswa. Selain berbasis nilai-nilai normatif, buku ini cukup detil memaparkan desain dan pelaksanaan model pendidikan karakter yang terserap dalam aktivitas Bedhol Bhawikarsu. Kegiatan Bedhol Bhawikarsu umumnya diselenggarakan oleh dan untuk siswa di komunitas pedesaan di bawah bimbingan guru pendamping.
Penulis lulusan program doktor Universitas Muhammadiyah Malang ini menyimpulkan, pendidikan karakter melalui kegiatan Bedhol Bhawikarsu di masyarakat dapat menginternalisasi secara langsung nilai-nilai Rabbani seperti nilai-nilai kejujuran, toleransi, religiositas, patriotisme, kerja keras, dan kemandirian. Nilai-nilai karakter ini suatu perwujudan dari nilai-nilai yang bersumber dari nilai-nilai Islami.
Pendidikan karakter Islami melalui Bedhol Bhawikarsu menjadi ijtihad besar SMANTI Malang bagi para peserta didik. Tanpa kegigihan dan usaha yang sungguh-sungguh dari pihak sekolah, pendidikan karakter tidak akan berhasil secara maksimal. Pendidikan karakter membutuhkan keseriusan dalam praktiknya serta pembiasaan dan pembudayaan, juga keteladanan dari segenap pendidik dan tenaga kependidikan.
Belakangan, potret pendidikan di negeri ini terkesan jauh dari tujuan menciptakan manusia yang berbudi tinggi, tetapi lebih mengedepankan pencapaian kualitas akademik kuantitatif yang hanya memanjakan peserta didik dengan pengetahuan atau kecerdasan intelektual belaka. Alhasil, buku ini menemukan relevansinya di tengah krisis karakter yang melilit anak bangsa.
——— *** ———–