Pencegahan “Stunting” Harus Dimulai dari Desa

Foto Ilustrasi

Upaya mencegah terjadinya “stunting” perlu dilakukan dari tingkat desa, dimana pemerintah desa diminta untuk memberikan sosialisasi terpadu kepada masyarakat. Melihat masih cukup banyaknya kasus ‘stunting’ di Kubu Raya, jelas memerlukan upaya mencegah terjadinya ‘stunting’ sejak dini, dengan harapan setiap bayi yang dilahirkan bisa menjadi generasi yang memiliki pertumbuhan yang sehat dan memiliki kualitas sumber daya manusia yang berkualitas nantinya.
Aksi menggelar kampanye pencegahan kasus “stunting” tidak cukup dilakukan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam menjalankan pola hidup sehat termasuk menjaga asupan gizi atau makanan dengan gizi seimbang. Namun juga diperlukan adanya dukungan kebijakan mulai dari tingkat desa dalam mendorong peningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan yang bersih dan sehata termasuk mengimplementasikan pola hidup sehat.
Masa pemberian asupan gizi bagi anak, pada dasarnya bukan setelah anak dilahirkan namun sudah terhitung sejak 1.000 hari kehidupan pertama termasuk 270 hari selama masa kehamilan.
Jadi tidak hanya bayi, asupan gizi untuk ibu dan bagi calon bayi saat hamil hingga setelah persalinan juga menentukan tumbuh kembang anak nantinya. Peningkatan kesadaran bagi masyarakat akan pentingnya menjaga asupan gizi yang sehat dan seimbang inilah yang saat ini gencar kami lakukan.
Pentingnya peran tokoh agama dan tokoh masyarakat untuk mengedukasi masyarakat dalam mencegah “stunting”. PPSW Borneo pun sebelumnya sempat memberikan penyuluhan bagi tokoh agama dan tokoh masyarakat mengenai orientasi pencegahan ‘stunting’.
Dengan terlibatnya tokoh agama dan tokoh masyarakat semua pengetahuan yang didapat untuk mencegah “stunting” bisa kembali disebarluaskan atau disosialisasikan oleh para tokoh agama dan tokoh masyarakat ke masyarakat luas. Dengan mendapatkan peningkatan pemahaman otomatis kata dia, akan mendorong percepatan perbaikan gizi bagi masyarakat luas tarutama di Kubu Raya.

Reni Hidjazie
Direktur Pusat Pengembangan Sumberdaya Wanita (PPSW) Borneo Kalbar.

Tags: