Pencemaran Meningkat, Kualitas Air di Jatim Buruk

Wiwik Esti (tengah) Kabid PPL DLH Jatim saat FGD Singkronisasi Kerusakan Lingkungan Hidup dan Antisipasi Musim Kemarau Panjang Tahun 2019 di Bakorwil V Jember, Rabu (26 Juni 2019).

Jember, Bhirawa
Status Indek Kualitas Air (IKA) Jatim masuk kategori jelek. Berdasarkan data di Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jatim, IKA pada tahun 2018 mencapai 52,96.Status ini sedikit meningkat bila dibanding status IKA 2017 mencapai 52,77.
“Status ini ( IKA 52,96) sedikit meningkat bila dibanding tahun 2017 status IKA 52,77setelah dilakukan bergai upaya,” ungkap Wiwik Esti Kabid Pengendalian dan Pencemaran Lingkungan (PPL) DLH Jatim saat FGD Singkronisasi Kerusakan Lingkungan Hidup dan Antisipasi Musim Kemarau Panjang Tahun 2019 di Bakorwil V Jember, Rabu (26 Juni 2019).
Dalam FGD ini, Wiwik mengungkapkan, jeleknya IKA di Jatim ini disebabkan oleh tingkat pencemaran lingkungan yang masih tinggi. Pencemaran ini disebabkan rendahnya masyarakat dengan membuang sampah di aliran sungai ( sampah domestik), pencemaran limbah industri dan limbah medis.
Berdasarkan data, sampah perkotaan dan domestik potensi tumpukan sampah mencapai 6.593.956 ton per tahun. Sedang limbah yang bersumber dari industri kecil maupun besar Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) mencapai 170 juta ton pertahun dari 813.140 industri. Sedang potensi limbah medis sebesar 1,9 juta ton pertahun.” Untuk limbah B3, yang sudah tertangani sebesar 35 persen atau 36.575.510 ton/tahun,” ujarnya.
Wiwik mengaku selama ini lembaganya bersama instansi terkait dan aparat melakukan patroli air disepajang sungai, termasuk pemasangan CCTV untuk menekan pembuangan limbah dialiran sungai.” Yang paling banyak sampah rumahan termasuk popok bayi dan dan dewasa,” katanya. Sementara untuk limbah B3 penanganannya melalui kementrian.
Selain itu, inovasi nyata yang sudah dilakukan oleh DLH yakni mengoptimalkan gerakan Aksi Nyata Lingkungan (Nyali). Aksi ini merupakan gerakan nyata dengan aksi menanam pohon, bersih-bersih sungai dan pantai.
Aksi pengelolaan sampah dan sistem informasi kualitad air bersih sungai (Simonika). Kerjasama dengan industri untuk program Adipsi sungai brantas, penanaman pohon dispadan sungai.” Upaya ini dilakukan untuk pemulihan kualitas air,” tandasnya pula.
Hal senada juga disampaikan oleh Catir Arik Kurniawati Kasi Hidrologi Air Dinas PU Sumber Daya Air Provinsi Jatim. Menuru Arik, lembaganya terus berkoprdinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup Pemprov Jatim.” Kita terus melakun monitoring dan melakukan analisis di dilapangan. Dan melakukan pembinaan terhadap masyarakat dan industri kecil. Untuk penidakannya tetap LH. Kita cenderung ke infrastrukturnya. Misalnya sungai itu butuh normalisasi, ya kita normalisasi dengan menggunakan alat berat agar tidak terjadi banjir,” kata Catur.
Sementara, Direktur Perusahaan Daerah Air Bersih (PDAB) Provinsi Jatim Suparno. Menurur Suparno, lembaganya membangun infrastruktur penyaluran saran air bersih di masing-masing daerah dengan sistem Pengendalin Air Minum (Spam) regional.
“Pemenuhan kebutuhan air minum memang kewenangan daerah (PDAM). Tapi masih ada daerah yang kita bantu suplainya melalui program program Spam itu tadi. Yakni Kabupaten/Kota Pasuruan, Sidoarjo, Surabaya, Mojokerto,Gresik, Lamongan. Dengan manfaatkan potensi daerah yang memiliki potensi air baku yang cukup,” ujar Suparno kepada Bhirawa kemarin.
Dihubungi terpisah, Kepala Bakorwil V Jember R.Tjahjo Widodo berharap agar FGD Singkronisasi Kerusakan Lingkungan Hidup dan Antisipasi Musim Kemarau Panjang Tahun 2019 bisa menghasilkan rekomendasi kepada gubernur dalam mengatasi kerusakan lingkungan akibat pencemaran lingkungan. [efi]

Tags: