Pencuri Senyum

Pencuri Senyum

Oleh:
Irman Hermawan

Suatu ketika hari, aku mengejar awan senja yang mencuri senyummu dari mataku.
Merah pipimu terbang di langit-langit barat, memantulkan sinarnya di laut-laut tempat aku berlayar menebar jala
-Tapi aku tidak tahu untuk menangkapnya.
Dan saudaraku berbisik “cepat lepaskan jala itu”
Di bibir bergemetar kataku lirih “aku takut ia melihat”
O, perahu maut jangan kau arahkan padaku.
Sebelum senyum itu kembali ke hitam mataku.

2022

Nyanyi Maut

O, maut, tak perlu bisik-berbisik dengan jiwa rapuh ini.
Kau telah menyingkap cadarmu.
Melihat, dan mencatat isi bunga dan duri dalam diriku.
Tak perlu bisik-berbisik dengan jiwa rapuh ini.
Nyanyi yang gelap samar cahaya telah tersenandung
Sebelum selesai kaumemainkan
Akan kuterima dengan lapang, sebait lagu yang dia cipta, dan akan kunyanyikan.
Tak perlu bisik-berbisik dengan jiwa rapuh ini.
Sentuhan cepat tanganmu serupa badai menggugurkan bunga.
Tak perlu bisik-berbisik dengan jiwa rapuh ini, o, maut

2022

Pemulung Agung

Pemulung Agung, kauambil segala sisa penyair.
Bila ia hanya sebatang permata, kaupecahkan menjadi seratus batang dan kaujadikan rantai mengalungi kata-katamu.
Jika setangkai bunga, kau, kupu-kupu menghisap sarinya.
Bila penyair tiada
Di manakah kau akan mencari bekalmu?
Kepada siapakah kata-kata itu menghias tubuhnya?
Pemulung Agung, kauambil segala sisa penyair!

2022

Si Gila

Pagi hari si gila tertawa begitu indahnya!
” O, si gila, biarlah kubermain di alammu, melihat taman berbunga, dan sungai yang membuatmu tertawa”
” Tidak, kawanku, duniaku terlalu gelap untuk kaucari keindahan”
” Percayalah, kawan, di alammu kebahagiaan serupa embun yang membalutku dari kesunyian”
” Tidak, kawan, dunia terlalu gelap untuk kaucari kebahagiaan”
” Iya, jika demikian kehendakmu, biarlah, biar tawamu melukis cahaya penderitaan”
” Ah, tidak, kawan, biar penderitaan menulis cahaya di atas tawa ini”

2022

Luka Lama

Suara pagi aku di taman.
Aku petik bungamu, kekasih!
Aku peluk, dan cium serupa lebah gairahnya terbuka pada sari-sari mawar.
Bila malam tiba, bunga itu telah layu dan duri yang menancap tertinggal di hatiku.

Banyak bunga lagi di taman tumbuh, dengan wangi semerbak.
Waktuku untuk mengumpulkan bunga telah hilang, terkebat dalam lipatan luka lama, wah.

2022

——– *** ——–

Tentang Penulis:

Irman Hermawan
Kelahiran Legung Timur, 15 Oktober 2003. Besar di kampung kasur pasir, Legung Timur, Batang-Batang, Sumenep. Kini tinggal di Kalideres, Kampung Sawah, Jakarta Barat. Alumnus MA Lughatul Islamiyah. Sering dipanggil Sableng oleh teman-temannya. Puisinya dimuat di Dunia Santri, Madura Today dll

Ig: irmansableng
FB: Irman sableng
Email: irmanlaredo@gmail.com

Rate this article!
Pencuri Senyum,5 / 5 ( 1votes )
Tags: