Pendamping Khofifah Indar Parawansa Tinggal Disosialisasikan

Khofifah Indar Parawansa

Surabaya, Bhirawa
Penentuan calon wakil gubernur (cawagub) pendamping Khofifah Indar Parawansa dalam Pemilihan Gubernur Jatim 2018 telah mengerucut menjadi dua nama. Bahkan, pengumuman calon pendamping Khofifah bakal diumumkan pada pekan ini.
Hal ini disampaikan Ketua DPD Partai Demokrat Jatim Soekarwo ketika ditemui Bhirawa usai menghadiri Pencanangan Kesatuan Gerak PKK-KB – Kesehatan Provinsi Jatim 2017 di Badan Penanaman Modal (Bapeda) Jatim, Senin (20/11) kemarin.
Pakde Karwo sapaan akrab Soekarwo menyebutkan bahwa bakal cawagub Jatim pendamping Khofifah Indar Parawansa telah mengerucut menjadi dua nama. Menurutnya, hanya tinggal melakukan sosialisasi atas pengerucutan tersebut yang dilakukan di tingkat nasional. “Iya, sudah ada perkembangan dan sudah mengerucut menjadi dua nama. Hanya perlu sosialisasi pengerucutuan ini antar pimpinan partai di tingkat nasional,” katanya.
Ditanya siapa diantara pengerucutuan nama tersebut, Pakde karwo enggan menyebutkan secara gamblang. Namun, kedua nama tersebut secara terang-terangan dikatakannya sesuai yang telah dikatakan Khofifah, yakni Emil Dardak dan Ipong Muchlissoni. “Janganlah, tadi Bu Khofifah sudah menyampaikan tinggal dua nama yaitu Emil Dardak dan Ipong, kan,” jelasnya.
Menurut dia, kedua nama tersebut telah diputuskan dan tinggal menyelaraskan. Namun, Pakde Karwo lagi-lagi enggan menyebutkannya kapan dan siapa nama yang pasti dan akan menjadi pendamping Khofifah. “Itu bukan kewenangan saya. Biar calon gubernurnya (Khofifah, red) saja yang menyampaikan,” ujarnya.
Pakde Karwo juga mengatakan dalam minggu ini bakal diumumkan cawagub pendamping Khofifah. “Pokoknya minggu ini selesai dan tinggal mensosialisasikannya,” tambahnya.
Sementara itu posisi Bupati Ponorogo, Ipong Muchlissoni semakin kuat untuk mendampingi Mensos RI, Khofifah Indar Parawansyah dalam Pilgub Jatim 2018 mendatang. Menyusul keputusan DPD Hanura Jatim, untung mendukung Ipong dengan alasan pria asli Jatim ini memiliki pengalaman berpolitik.
Sekretaris DPD Partai Hanura Jatim, Warsito menegaskan pihaknya menyerahkan sepenuhnya untuk posisi cagub pendamping Khofifah ke partai koalisi. Atau paling tidak yang dikehendaki oleh KIP. Namun terlepas dari itu pihaknya lebih mendukung Ipong sebagai pendamping KIP.
“Jujur saja, sebenarnya kami di Partai Hanura Jatim memiliki calon pendamping KIP, yaitu Kelana Aprilianto. Namun jika partai koalisi dan Bu Khofifah menghendaki Pak Ipong apa boleh buat. Tentu kita tidak bisa memaksakan kehendak. Toh, pak Ipong cukup bagus dan melihat pengalamannya di politik, saya optimis Pak Ipong cocok menjadi pendamping KIP ,”tegas Warsito yang diklarifikasi lewat telepon genggamnya, Senin (20/11).
Disisi lain, meski Ipong baru menjabat Bupati Pacitan dua tahun, namun yang bersangkutan sudah berani maju dalam running di Pilgub Jatim 2018. Ini harus ada keberanian dan keikhlasan untuk menjadikan Jatim lebih baik. Dan Ipong sangat berani memutuskan keputusan politik tersebut dan ini sangat beresiko tinggi bagi jabatannya sebagai bupati.
Terkait Partai Demokrat yang memaksakan kehendaknya terhadap Bupati Trenggalek, Emil Dardak, menurut Warsito hal itu tidak dapat dibenarkan. Artinya yang namanya koalisi tentunya harus meninggalkan ego sentralis terkait kepemilikan kursi harus ditinggalkan. Tapi bagaimana mengusung calon yang dikehendaki oleh semua partai koalisi dan yang terpenting dikehendaki oleh KIP.
“Seharusnya Pakde Karwo sebagai Ketua DPD Partai Demokrat tidak memaksakan kehendaknya. Dan harus mendengar keinginan partai koalisi sehingga dapat dibahas bersama-sama,”tandasnya.
Lebih dari itu, tambah Warsito sosok Emil memiliki pengalanan dipanggung politik cukup minim dibanding Ipong. Dimana Bupati Trenggalek ini masih menjabat bupati satu tahun, begitu pula pengalamannya di politik masih belum terlihat. Termasuk kedekatannya di masyarakat belum juga terlihat. Terbukti beberapa waktu lalu, dirinya digugat di Polda oleh masyarakat disana.
“Tuduhan itu benar atau tidak, namun dengan adanya gugatan yang dilayangkan masyarakat ke Polda maka secara otomatis publik menilai Emir sebagai sosok yang tidak dekat dengan rakyat,”jelasnya. [geh,cty]

Tags: