Penderita Albino hingga Pemain Baseball Jadi Inspirasi Desain Busana

Desain Busana Karya Nia Krisanti yang diperagakan para model. karya ini dinamakan Human Being ini terisnpirasi dari penderita Albino dengan menggunakan motif iris mata Albino.

Kemas Graduation Show ala Mahasiswa FIK Ubaya
Surabaya, Bhirawa
Mengusung tema Disenthrall , sebanyak 180 Looks Fall Winter 2019 dan Spring Summer 2020 Collection ditampilkan dalam Graduation Show 2019, Sabtu (21/9).
Karya-karya tersebut dibuat oleh 28 mahasiswa Program Studi Desain Fashion dan Produk Lifestyle Fakultas Industri Kreatif (FIK) Universitas Surabaya (Ubaya) dalam menyelesaikan tugas akhirnya.
Salah satu desainer yang menamakan karyanya “Human Being”, Nia Krisanti menuturkan, karya yang dibuatnya didominasi warna putih yang terinspirasi dari penderita Oculocutaneous Albinism (Albino). Yaitu yang mengalami persoalan kekurangan warna pigmen kulit. Nia menjelaskan, dalam membuat karya ini, ia ingin menyampaikan pesan untuk memanusiakan manusia. Melalui teknik flawful yang berarti tidak sempurna, cacat dan memiliki kekurangan. “Akhirnya saya terinspirasi dari penderita Albino. Sebetulnya penderita Albino sama seperti manusia yang lain dan bebas bergaya. Mereka hanya memiliki perbedaan warna kulit yang unik,” ujar gadis berusia 22 tahun.
Hal itu justru yang membuat daya tarik tersendiri. Sehingga ia terdorong untuk membuat looks yang juga dapat digunakan oleh penderita Albino.
Dalam desain nya, Nia menuturkan mengambil desain busana lengan panjang dengan menggunakan material bahan fleece yang cocok digunakan untuk musim dingin dan berangin.
“Selama proses perancangan desain yang menghabiskan waktu satu setengah bulan, saya memfokuskan pada warna dan bentuk iris mata penderita Albino yang menjadi cirri khas motif koleksi saya,” papar dia. Lain halnya dengan Nancy Restiandini yang menamakan koleksinya “Sentoki”. Karya itu dirancang karena terinspirasi dari para pemain Baseball Hokkaido di Jepang. Pemilihan kain pun dia impor langsung dari China. Selain itu, teknik tali yang dibuat dengan sendiri juga menjadi ciri khas motif yang sesuai dengan tema dan tren fashion dunia.
“Desainnya saya buat agak menggelembung mirip seperti bola baseball. Begitu juga aksesoris tas yang digunakan. Busana ini mempunyai ciri khas desain pakaian leather strap untuk memberikan kesan lebih sporty,” ucap gadis berusia 22 tahun ini.
Sementara itu penanggung jawab Graduation Show 2019, Prayogo Widyastoto Waluyo mengungkapkan bahwa acara fashion show ini merupakan tahun keempat yang digelar untuk menampilkan karya tugas akhir mahasiswanya. Tema Disenthrall pun, kata dia, yang diusung tahun ini memiliki arti pembebasan. Yang berarti bebas bergaya, ekspresif, dan dinamis.
“Busana yang dibuat oleh mahasiswa yaitu ready to wear yang terbagi menjadi dua tema kecil. Yaitu 60 looks flawful untuk tren fashion fall winter 209 dan 80 looks the games untuk tren fashion spring summer 2020,”jelas pria yang juga dosen pengajar mata kuliah Mens Wear Desain Project.
Tidak hanya membuat desain untuk busana, 28 mahasiswa juga diwajibkan dalam membuat lima belas produk lifestyle. Mulai aksesoris kepala hingga sepatu yang dikenakan. Desain busana yang dirancang pun menyasar pasar anak-anak muda yang aktif dan energik.
“Semoga dari acara ini, eksistensi mahasiswa kedepannya menjadi salah satu langkah awal karir mahasiswa di dunia industri fashion jika karya mereka bisa dibeli oleh para pengunjung atau tamu undangan yang hadir,” tandasnya. [ina]

Tags: