Batu, Bhirawa
Siswa SMAN 01 Kota Batu, Febby Claudia terpaksa mengerjakan soal Ujian Nasional (UN) di RSWiyata Husada Punten, Kota Batu akibat penyakit typus dan demam berdarah. Walaupun dalam kondisi sakit Feby masih semangat untuk menyelesaikan soal UN dari atas pembaringan.
Dengan posisi setengah tidur, Febby mengerjakan soal ujian Bahasa Indonesia di yang ada di depannya. Untuk mengarsir bulatan di lembar jawaban, Febby pun tak mampu, lantaran tangan kanannya masih menempel selang infus. Akhirnya petugas pengawas ujian membantu Febby untuk mengarsir bulatan yang dipilihnya.
Dengan pengawasan dua petugas kepolisian, seorang pengawas dari Dinas Pendidikan dan pengawas dari sekolah, Febby mengerjakan soal ujiannya. “Perlakuannya sama seperti peserta ujian lainnya, waktu pengerjaan soal ujian sama 2 jam, cuman tadi memang sempat molor waktu pengerjaannya karena butuh 30 menit perjalanan dari ruang 16 SMAN 1 Batu menuju ke rumah sakit ini, yang penting durasi waktu pengerjaannya sama,” papar Hermawanto, Panitia UN SMAN 1, Senin (14/4).
Ia membenarkan bahwa untuk mengawasi ujian Febby, Dinas Pendidikan mengerahkan dua pengawas cadangan yang di back up 2 polisi berseragam bebas. “Untuk memudahkan pengerjaan, pengarsiran dibantu oleh pengawas, hal itu diperbolehkan asal pengawas tidak membantu memberikan jawaban,” jelas Hermawanto.
Diketahui, sejak Minggu (6/4) kemarin, Febby menjalani perawatan di RS Wiyata Husada Punten. Awalnya dia mengeluh sakit perut terkena infeksi lambung. Setelah menjalani perawatan tiga hari ternyata trombosit Febby turun. Kemudian petugas medis mengambil sampel darahnya untuk dibawa ke laboratorium. Akhirnya dokter menyarankan agar Febby tetap dirawat di RS sampai penyakit demam berdarahnya sembuh.
“Mungkin karena tegang, karena mau mengikuti Unas. Akhirnya penyakit lambung adik saya kambuh. Setelah itu ternyata terserang demam berdarah sama seperti bapak saya,” ujar Nurdiansyah, kakak Feby saat menemani adiknya di rumah sakit.
Menurut Nurdiansyah, selama di rumah sakit. Dirinya yang membantu adiknya untuk membacakan latihan soal-soal unas dan membacakan materi pelajaran yang di unaskan. Ia yakin, adiknya mampu mengerjakan soal Unas walaupun dalam kondisi sakit. “Di sekolah sudah sering latihan soal-soal Unas. Termasuk mengikuti try out. Pengalaman saya, bobot soal Unas pasti lebih ringan dibandingkan bobot soal saat latihan di sekolah,”tambahnya.
Perlakuan Feby dalam melaksanakan ujian disamakan dengan teman-temannya. Feby diberi waktu 2 jam untuk menyelesaikan soal Bahasa Indonesia pada jam pertama. Berikutnya mengerjakan soal Geografi. “Tadi Feby mulai mengerjakan soal pukul 08.30. Karena pengawas cadangan masih harus mengambil soal Unas bersama absensinya dari R 16,” jelas Hermawanto.
Untuk jawaban soal Bahasa Indonesia, kata siswa kelas XII yang tinggal di Desa Pujonlor, Kecamatan Pujon ini mirip-mirip. Sehingga butuh konsentrasi untuk menjawabnya. “Insya allah saya bisa mengerjakannya. Meskipun jawaban soalnya mirip-mirip,” tutur Feby, sambil mengusap air matanya yang berkaca-kaca.
Terpisah, Kepala Dinas Pendidikan Pemuda Olah Raga (Dindikpora) Kota Batu, Budi Santoso menyatakan, selama pelaksanaan Unas SMA, MA dan SMK, dia menerima kabar di wilayah Kota Batu sudah beredar kunci jawabannya. Tapi ia menyatakan bahwa kunci jawaban soal Unas tidak bisa dipercaya kebenarannya. Karena tahun ini terdapat 21 model soal. Artinya kunci jawaban yang beredar itu belum tentu benar.
“Kita sendiri belum mengetahui bentuk kunci jawabannya. Karena yang saya dengar itu hanya sebatas isu. Siswa harus percaya kepada kemampuan diri sendiri,” jelas pria yang akrab dipanggil Tossi ini. Menurutnya, tahun ini siswa SMA, MA dan SMK di Kota Batu yang mengikuti Unas sebanyak 2.120 siswa. [nas]