Penderita DBD di Kabupaten Tulungagung Mulai Merangkak Naik

Didik Eka

Tulungagung, Bhirawa
Kendati di Kabupaten Tulungagung belum memasuki musim penghujan, namun penderita penyakit demam berdarah dengue (DBD) sudah mulai merangkak naik. Bulan lalu penderitanya hanya tiga orang dan saat ini pada bulan Oktober 2019 sudah mencapai 15 orang.
Kasi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung, Didik Eka SP SKM MSi, Selasa (29/10), mengungkapkan adanya penderita penyakit DBD di Tulungagung saat ini sangat dimungkin karena mobilitas warga. “Di sini (Tulungagung) belum musim hujan. Tetapi di daerah lain yang didatangi warga Tulungagung sudah hujan dan mereka digigit nyamuk aedes aegypti di sana, ketika pulang ke Tulungagung kemudian positif terserang DBD,” ujarnya.
Didik Eka memperkirakan bulan atau tahun depan saat Tulungagung memasuki musim penghujan, kasus penyakit DBD akan semakin meningkat. Namun jika dibandingkan tahun sebelumnya dimungkinkan ada penurunan.
“Siklus DBD di Tulungagung itu empat atau lima tahunan. Tahun 2019 ini yang tertinggi setelah tahun 2016. Pada tahun 2019 terdapat 886 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 14 orang, sedang tahun 2016 terdapat 1.019 kasus dengan jumlah kematian sebanyak 24 orang,” paparnya.
Untuk menekan laju peningkatan kasus penyakit DBD, menurut Didik Eka, Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung saat ini terus menggencarkan sosialisasi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 3 M (menutup tempat penampungan air, menguras tempat penampungan air dan mendaur ulang barang bekas yang dapat menampung air hujan). “Cara pemberantasan nyamuk paling efektif dengan PSN. Ini karena obat DBD belum ada dan vaksinnya pun belum ada juga,” tuturnya.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Tulungagung menyebutkan, dari 19 kecamatan di Tulungagung tercatat empat kecamatan di antaranya yang paling rawan dan masuk daerah endemis penyakit DBD. Keempat kecamatan itu, yakni Kecamatan Ngantru, Kecamatan Kedungwaru, Kecamatan Tulungagung dan Kecamatan Boyolangu.
“Kecamatan Tulungagung masuk endemis karena daerah padat penduduk. Begitupun  Kedungwaru. Apalagi di daerah Desa Plosokandang merupakan daerah kampus yang mobilitas warganya tinggi. Sedang di Boyolangu karena banyak  warga yang memiliki kolam ikan,” paparnya.
Selain terus menggalakkan upaya PSN dengan 3 M, Didik Eka mengatakan Dinas Kesehatan Tulungagung juga melakukan fogging di daerah penderita DBD. “Baru-baru ini kami pun sudah melakukan fogging,” ucapnya. (wed)

Tags: