Penderita Difteri Di Jatim Menurun

3-difteriPemprov Jatim, Bhirawa
Pelaksanaan imunisasi DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus)  secara nasional sejak tahun 2011 membawa dampak positif. Di Jatim program ini berpengaruh besar terhadap penurunan jumlah penderita Difteri.
Dari data yang dihimpun di Dinkes Jatim menyebutkan jumlah penderita Difteri dari tahun-ketahun mengalami penurunan yaitu tahun 2012 sebanyak 965 orang, tahun 2013 sebanyak 643 orang dan tahun 2014 (Januari-Agustus, red) sebesar 330 orang.
Kepala Dinkes Jatim dr Harsono mengaku, diperdiksikan jumlah difteri tahun 2014 ini akan turun jika dibandingkan tahun sebelumnya. Banyaknya penanganan dan antisipasi yang baik di lapangan membuat penuluran penyakit Difteri dapat ditekan.
Menurutnya, dengan mewajibkan anak-anak untuk imunisasi DPT dan remaja untuk imunisasi Td menjadikan sarana efektif bagi Dinkes mengurangi peyebaran Difteri. ”Kita ingin setiap anak yang berada di Jatim sudah terimunisasi DPT sehingga penularan Difteri tidak meluas dan bertambah,” ucapnya.
Mantan Bupati Ngawi ini menyatakan, dari beberapa pantauan di lapangan ada tiga korban Difteri yang dinyatakan meninggal yaitu dari kabupaten Sampang, Bojonegoro dan Jember. Tiga daerah ini yang rawan dalam penularan penyakit Difteri di Jatim. ”Saya berharap petugas survelensi dari tiga daerah ini untuk bekerja secara maksimal untuk mencari penderita Difteri di Jatim,” tambahnya.
Lebih lanjut Harsono menyatakan, saat ini penyebaran penyakit Difteri di Jatim sudah mengalami penyempitan. Dulu tiga tahun berturut-turut (Tahun 2011, 2012, 2013, red) penyebaran penyakit DIfteri di Jatim mencapai 38 kabupaten/kota akan tetapi tahun ini penyebarannya menurun menjadi 35 kabupaten/kota.
”Untuk tiga kabupaten/kota ini adalah Kabupaten Sumenep, Kabupaten Probolinggo dan Kabupaten Pasuruan,” ucapnya.
Pria berkacamata ini berharap dengan adanya penyempitan daerah yang terserang Difteri dan penurunan jumlah Difteri membuat masyarakat untuk lebih proaktif untuk melakukan imunisasi sejak dini. Jika dilihat dari hasil evaluasi pesertaan imunisasi di Jatim saat ini belum menunjukkan hasil yang maksimal.
‘Kita berharap tahun ini keikutsertaan imunisasi di Jatim mencapai 95 persen akantetapi saat ini (tahun 2013, red) masih tercapai 86 persen,” ucapnya.
Difteri merupakan salah satu penyakit yang sangat menular (contagious disease). Penyakit ini disebabkan oleh infeksi bakteri Corynebacterium diphtheriae, yaitu kuman yang menginfeksi saluran pernafasan, terutama bagian tonsil, nasofaring (bagian antara hidung dan faring/tenggorokan) dan laring. Penularan difteri dapat melalui kontak hubungan dekat, melalui udara yang tercemar oleh karier atau penderita yang akan sembuh, juga melalui batuk dan bersin penderita.
Penderita difteri umumnya anak-anak, usia di bawah 15 tahun. Dilaporkan 10 % kasus difteri dapat berakibat fatal, yaitu sampai menimbulkan kematian. Selama permulaan pertama dari abad ke-20, difteri merupakan penyebab umum dari kematian bayi dan anak-anak muda.
Penyakit ini juga dijumpai pada daerah padat penduduk dengan tingkat sanitasi rendah. Oleh karena itu, menjaga kebersihan sangatlah penting, karena berperan dalam menunjang kesehatan kita. Lingkungan buruk merupakan sumber dan penularan penyakit.
Sejak diperkenalkan vaksin DPT (Dyphtheria, Pertusis dan Tetanus), penyakit difteri mulai jarang dijumpai. Vaksin imunisasi difteri diberikan pada anak-anak untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh agar tidak terserang penyakit tersebut. Anak-anak yang tidak mendapatkan vaksin difteri akan lebih rentan terhadap penyakit yang menyerang saluran pernafasan ini.
Bakteri Corynebacterium diphtheriae penyebab difteri akan menginfeksi saluran nafas. Masa inkubasinya adalah 2-4 hari. Tanda pertama dari difteri adalah sakit tenggorokan, demam dan gejala yang menyerupai pilek biasa. Bakteri akan berkembang biak dalam tubuh dan melepaskan toksin (racun) yang dapat menyebar ke seluruh tubuh dan membuat penderita menjadi sangat lemah dan sakit. [dna]

Keterangan Foto : Pemberian imunisasi DPT akan mencegah penularan penyakit Difteri.

Rate this article!
Tags: