Penderita Tuberkulosis Anak di Kota Mojokerto ”Tinggi”

Suasana Pelatihan Managemen dan Fundrising bagi Civil Social Organizaton (CSO) yang diselenggarakan SSR TB Aisyiyah Kota Mojokerto. [kariyadi/bhirawa]

Kota Mojokerto, Bhirawa
Persentase jumlah Penderita Tuberkulosis (TB) anak di Kota Mojokerto tergolong tinggi. Dari jumlah pendeita TB secara keseluruhan 398 penderita, 24% diantaranya anak-anak di Kota Mojokerto atau sejumlah 92 penderita TB anak. Hal ini terungkap saat Pelatihan Managemen dan Fundrising bagi Civil Social Organizaton (CSO) yang diselenggarakan SSR TB Aisyiyah Kota Mojokerto.
Menurut Pengelola Program TB Dinkes Kota Mojokerto, Mukhamad SuyonoYahya,  berdasarkan data Dinkes per Juli 2017, jumlah penderita TB di Kota Mojokerto mencapai 398 penderita. Dari jumlah itu, penderita TB anak mencapai 94 anak atau 24%, penderita dengan BTA positif sebanyak 102%, penderita dengan RO positif sebanyak 145 orang dan penderita dengan TB ekstra paru sebanyak 79 penderita.
”Presentase TB anak di Kota Mojokerto paling tinggi se Jatim. Meskipun berdasarkan jumlah memang penderita TB anak di Kota Mojokerto bukan tertinggi karena jumlah penduduknya lebih sedikit,” ujar Suyono.
Di kabupaten atau kota lain, persentasenya jauh lebih sedikit. Bahkan ada yang dibawah 10%. Mengapa TB anak dianggap berbahaya? Dijelaskan Suyono, efek TB anak ini lebih bahaya dibandingkan TB dengan penderita dewasa. Sebab, penderita TB anak dapat menyebabkan kecacatan permanen. Sehingga akan mempengaruhi masa depan si anak. Yakni TB anak apabila tidak diobati sampai tuntas bisa menyebabkan, TB tulang dan TB meningits.
Gejala yang paling mudah dikenali anak-anak yang menderita TB adalah berat badan yang sulit naik, nafsu makan yang menurun, batuk yang terus menerus. ”Nah, apabila di daerah sekitar situ ada penderita TB, sangat mungkin si anak tersebut juga menderita TB anak,” ujar Suyono.
Dari sisi penularan penyakit TB lebih berbahaya dibandingkan dengan HIV. Sebab, penuluaran TB lebih cepat dan lebih mudah. Dalam setahun 1 orang penderita TB dengan BTA positif bisa menularkan kepada 10 hingga 12 penderita baru.
”Kalau TB kan penularannya lewat kontak komunikasi langsung atau lewat udara. Jadi, kita berbicara dengan penderita TB bisa ketularan. Sedangkan, kalau HIV kan penularannya khusus melalui cairan tubuh,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua SSR TB Aisyiyah Kota Mojokerto, Tatik menjelaskan, untuk menanggulangi TB seharusnya tidak hanya mengadalkan APBD saja. Sebab, anggaran untuk mengobati penderita TB sangat tinggi.
”Peran serta masyarakat menjadi sangat penting. Karena pengobatan TB ini berkelanjutan dan membutuhkan durasi yang lama. Dan itu tidak boleh terputus minum obat,” kata Tatik.
Tatik juga menjelaskan, untuk penderita kategori I, yang masih baru positif menderita TB biaya yang dibutuhkan sekitar Rp300 ribu. Untuk kategori II biaya pengobatan yang dibutuhkan mencapai Rp1,7 juta. Yang paling mahal apabila penderita sudah masuk stadiun multi drug resistence (MDR), maka biaya yang dibutuhkan mencapai Rp225 juta per penderita.
”Dan di Kota Mojokerto ini ada tiga orang yang mencapai Stadium MDR ini,” pungkas Tatik didampingi Suyono.
Berdasarkan temuan SSR TB-HIV Aisyiyah Kota Mojokerto ada dua daerah yang paling rawan terserang TB. Yakni Kel Mentikan Kec Prajuritkulon paling rawan terserang TB, menyusul kemudian Kel Kauman.
”Di Kel Mentkan ada 52 orang yang terduga menderita TB. Dari jumlah tersebut, 20 orang dinyatakan positif TB,” kata Anna Hudiastutik, Sekretaris SSR TB-HIV Aisyiyah.
Sisanya, lanjut Anna, sebanyak 32 orang belum menjalani proses penganalisaan lebih lanjut melalui pemeriksaan laboratorium. Terduga TB terbesar kedua adalah Kel Kauman. Yakni sebanyak 33 orang. Namun, dari jumlah tersebut baru 3 orang yang positif TB setelah melalui pemeriksaan laboratorium. [kar]

Tags: