Pendidikan Berintegritas, Menuai Lulusan Berkarakter

Oleh :
Kurniati
Guru SMKN 1 Sungailiat Bangka

Kemajuan teknologi telah membawa pengawasan dalam era baru yang memudahkan sekaligus menyusahkan atau membawa pengaruh buruk (jika digunakan untuk tujuan negatif). Demikian pula suasana dalam sebuah lingkungan sekolah.
Pendidikan yang disajikan ternyata hanya memotret kisah. Ibarat seekor burung beo yang hanya manut pada untaian kata orang lain. Masalah kualitas nanti dulu. Disadari atau tidak, kemajuan teknologi yang kita kenyam dan nikmati sekarang dapat dikatakan merupakan transfer atau asupan keberhasilan pemikiran yang berkualitas dari masyarakat luar.
Teknologi yang membawa dunia sekaligus sebagai pelaku kemajuan tersebut tidak dapat dilepaskan dari peran pendidikan. Di negara-negara itu pendidikan menyajikan ilmu pengetahuan kepada para peserta didiknya melalui proses pembelajaran, penelitian, dan pengembangan (Research dan Development).
Pada era ini memberikan implikasi yang penting dalam berbagai hal, di antaranya; akan terjadi persaingan yang seru dalam masyarakat global, baik secara kelompok maupun individual. Kelompok yang memiliki keunggulan kompetitif akan menjadi anggota yang dominan, dan kelompok yang tidak memiliki keunggulan tersebut akan berada di pinggir atau marjinal (Nuril Huda dalam Sungono, 2003;44).
Berkaiatan dengan dua kelompok dalam persaingan seru di atas mungkin kita dapat secara terbuka, dan tak enak hati atau malu-malu tetapi sadar, menggambarkan diri kita  pada kelompok yang tidak memiliki keunggulan, atau belum saja? Dunia mencatat, secara kuantitas kita memiliki SDM yang besar, dengan lebih dari 255 juta penduduk, menempati urutan keempat, penduduk terbanyak di dunia. Dan tercatat pula penduduk negeri ini hanya sebagai bidikan pasar dua kelompok yang bersaing?
Situasi di atas, secara tidak langsung dipengaruhi hasil pendidikan, bagaimana proses manajemen sekolah. Pada prinsipnya, pembangunan SDM adalah suatu proses untuk membangun pilihan hidup manusia itu sendiri, yang di antaranya; pilihan untuk dapat berumur panjang dan sehat; mendapatkan pengetahuan; dan pilihan untuk dapat hidup dengan layak.
Tampaknya pembangunan SDM Indonesia masih berkutat dalam upaya untuk hidup. Pilihan lebih utama untuk mendapatkan umur panjang dan sehat. Yang nyatanya masih ditemukan di bumi kita yang “tongkat kayu bisa jadi tanaman” ini, penduduknya kekurangan gizi, miskin, dan angka kriminalitas tinggi, belum lagi degradasi moral yang dapat dikatakan membuat hati miris.
Memang membangun SDM tidak hanya dilakukan melalui pendidikan sekolah, namun diyakini bahwa media pendidikan merupakan wahana utama untuk pengembangan Sumber Daya Manusia. Untuk tujuan itulah, tiap-tiap negara di dunia mengatur penyelenggaraan pendidikannya melalui sistem pendidikan tersendiri dengan kerja dan kebijakan tertentu demi mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi negara tersebut   (PP No 17 Tahun 2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan dan PP No. 60 Tahun 2010 tentang perubahannya).
Salah satunya melalui kurikulum 2013 dan upaya menaikkan standard kelulusan menjadi 6,5. Lalu, bagaimanakah kabar pendidikan alih-alih SDM Indonesia?
Permasalahan yang dirasakan sekarang, apa yang harus menjadi prioritas, terutama bagi lembaga kependidikan dalam hal ini sekolah- baik swasta maupun pemerintah, guna mengoptimalkan pengaruh pendidikan dalam melahirkan manusia yang unggul? Mengingat untuk mencipkatan SDM yang handal, harus melalui sistem pendidikan yang baik atau berintegritas. Sedangkan untuk menciptakan sistem pendidikan yang berintegritas, mulai dari tingkat dasar sampai menengah (atau pendidikan tinggi nantinya), kita membutuhkan SDM yang integritas, dan kompetensinya dapat diandalkan pula. Seperti pepatah “menyapu dengan sapu yang bersih.”
Dengan tidak mengecilkan keberhasilan dan usaha yang dilakukan sekarang ini, kita terus memperbaiki. Namun kita masih belum dapat menunjukkan kualitas secara global dan memasyarakat. Masih dalam ruang lingkup individu dan orang-orang tertentu. Ini adalah gambaran SDM kita. Karena SDM kurang berkualitas maka cenderung pula akan membibitkan generasi atau SDM yang dapat dikatakan juga berkatagori sama, jika dari sekarang hanya mewarisi ambisi, meributkan soal cara, dan tidak menanamkan karakter dengan baik. Sebab dengan karakter yang baik akan memberikan arahan tentang bagaimana suatu bangsa melewati dan menapaki suatu zaman dan mengantarkannya pada suatu derajat tertentu (Saleh, 2012:1).
Mengintip sistem pendidikan Negara tetangga, Malaysia yang sekarang menjadi negara berkembang dan kemajuannya melesat cepat dengan menyebarkan SDM-SDM berkompeten mereka untuk mendapatkan pendidikan di negara yang lebih dahulu menyerap kemajuan. Lalu mereka menularkannya kembali kepada SDM di tanah air. Dengan kerja keras tersebut, hasilnya terbukti sekarang.
Negara Jepang, keseriusan Jepang membangun negaranya yang porak-poranda akibat perang, dibuktikan dengan komitmen penyelenggaraan pendidikan bagi rakyatnya. Hingga sekarang menjadi negara raksasa Asia melalui semangat Restorasi Meiji. Ini suatu investasi besar. Memang investasi dalam dunia pendidikan merupakan investasi jangka panjang karena buah keberhasilannya baru akan dirasakan bertahun-tahun kemudian. Mereka mampu membangkitkan semangat membangun, wadah utama adalah menyelenggarakan pendidikan berkarakter yang berbudaya.
Dengan demikian untuk menjalankan visi dan misi perlu ada program dengan kebijakan yang mungkin tidak atau belum dapat dirasakan dalam waktu dekat tapi pasti di masa datang. Karena pendidikan berarti mengubah pola hidup atau membiasakan hal yang dididik menjadi asupan yang berperiodik. Terutama pembangunan mental para SDM kita yang bersaing di era global.
Hal itu sebagai gambaran bahwa fenomena yang saat ini baik atau buruknya situasi yang terjadi, merupakan buah dari kinerja pendidikan dan budaya yang dibangun sekolah. Mengingat keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas sangat terkait erat dengan keberhasilan peningkatan kompetensi dan profesionalisme pendidik dan tenaga kependidikan (PTK) tanpa menafikan faktor-faktor lainnya seperti sarana prasarana dan pembiayaan (Kerja Pengawas, 2010).
Salah satu sinyal terbentuknya upaya budaya yang berkarakter, dalam hal ini, misalnya, bidang kepengawasan yang bertugas mengawasi jalannya manajemen pendidikan. Dinyatakan bahwa pengawas sekolah merupakan salah satu pendidik dan tenaga kependidikan yang posisinya memegang peran yang signifikan dan strategis dalam meningkatkan profesionalisme guru dan mutu pendidikan di sekolah.
Tentu saja demikian, karena kegiatan kepengawasan merupakan kegiatan yang memantau dan memonitor, dapat juga sebagai perencana suatu strategi pada suatu lembaga pendidikan. Di samping itu kegiatan kepengawasan adalah supervisor akademik dan supervisor manajerial di sekolah yang dibina. Bila kegiatan kepengawasan telah berjalan dengan ketentuan yang telah ditetapkan maka akan menghasilkan lingkungan pendidikan yang sesuai dengan harapan. Namun sebaliknya bila fungsi kepengawasan tidak berjalan dengan baik maka dapat dipastikan hasil yang diharapkan tidak akan dapat terwujud.
Sesuai dengan tujuan penyelenggaraan pendidikan, bahwa daerah wiyata dalam dunia pendidikan yang baik adalah penyelenggara pendidikan yang telah memiliki transparansi dan akuntabilitas. Secara administrasi penyelenggara pendidikan  memberikan informasi kepada masyarakat apa saja yang telah dilaksanakan, dibina, dan diprioritaskan. Terutama telah mampu membudayakan karakter jujur dan disiplin.
Walau ternyata, hasil survey menunjukkan dari lima daerah dengan 50 sekolah mengenai transparansi dan akuntabilitas terhadap masyarakat pada aspek administratif sangat kurang (Standar Nasional Pengelolaan, 2016). Dan hasil ini diliuar dugaan,  mengingat telah ada pernyataan bahwa sekolah-sekolah yang telah mengalami atau menggunakan kurikulum 2013 akan memiliki rasa integritas yang lebih baik.
Namun tak ada kata terlambat, pendidikan harus digugah untuk membudayakan nilai-nilai yang menjadikan berintegritas. Bagaimana mewujudkan pendidikan yang berintegitas? Beberapa hal yang perlu diperhatikan; (1) Melakukan antisipasi dalam segala bentuk ketidakpatuhan yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik; (2) Mewujudkan misi, dengan melakukan komitmen untuk konsisten melaksanakan; (3) memperkuat perencanaan; dan (4) dilakukan secara sistematis hingga menjadikan keteraturan dan pijakan dalam proses pendidikan.
Dalam pengertian yang sederhana, pendidikan karakter adalah hal positif apa saja yang dilakukan guru dan berpengaruh kepada karakter siswa yang diajarkannya, dan merupakan upaya sadar dan sungguh-sungguh dari seorang guru untuk mengajarkan nilai-nilai kebaikan kepada siswanya. Sesuai fungsi dan tujuan pendidikan karakter (Permendiknas No. 23 Tahun 2006 tentang SKL).
Lewat pendidikan, sekolah berintegritas, kita dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Menciptakan mimpi sekolah dan menciptakan budaya berkarakter hingga dapat menelurkan generasi unggul yang dapat mengangkat derajat,meningkatkan peradaban bangsa yang kompetitif dalam pergaulan dunia. Semoga.

                                                                                          ————— *** —————-

Tags: