Pendidikan yang Memerdekakan Manusia

Oleh :
Amir Rifa’i
Dosen AIK UMM

Dewasa ini, dunia pendidikan kita semakin terabaikan. Mencermati bahwa dunia pendidikan kita justru mengalami pergeseran dari nilai-nilai sejatinya. Sekian tahun dunia pendidikan digalakkan, namun produk-produk egoisme diri semakin merambah, keserakahan akan duniawi semakin bertambah, ketidak-adilan dan kehampaan akan nilai-nilai luhur justru ditampakkan oleh orang-orang yang sudah mengenyam dunia pendidikan.

Di antara penyebabnya adalah terletak pada para pendidik yang terjebak dalam nilai-nilai tekstual dan moralitas karikatif dalam proses belajar mengajarnya sehingga pembentukan watak dan wawasan murid menjadi kering dan tidak punya pijakan kuat atas realitas. Pengetahuan hanya masuk telinga kanan keluar telinga kiri.

Lebih lagi saat ini dunia pendidikan kita mengalami masa yang sangat sulit karena covid, dimana proses pembelajaran tidak dapat langsung dipahami oleh para siswa karena adanya jarak, ruang dan waktu. Belum lagi metode dan media yang cukup sulit diterapkan dalam proses pembelajaranya. Inilah yang menjadi penyebab diantara kemunduran pendidikan kita saat ini.

Selain itu, anggapan demikian muncul karena adanya beragam fakta yang menunjukkan bahwa di hampir setiap jenjang dan bidang kehidupan di negeri ini mengalami krisis makna hidup yang akut, padahal pendidikan sudah berlangsung sejak zaman nenek moyang kita. Mereka yang terdidik (tidak sedikit yang) menjadi koruptor dan mereka yang tidak terdidik (banyak sekali yang) menjadi maling, atau paling tidak menjadi preman pasar. Bahkan ada pula sebagian golongan yang kebingungan, lalu akhirnya berakhir sebagai tukang hisap sabu-sabu, dijerumuskan narkoba dan budaya pergaulan bebas. Padahal tujuan pendidikan sebenarnya adalah melahirkan individu-individu yang merdeka, matang dalam menggunakan kebebasannya, bertanggungjawab atas pilihannya, dan peka terhadap permasalahan sosial di lingkungan sekitarnya.

Membincang dunia pendidikan saat ini, tidak lepas juga dari peran institusi-institusi pendidikan yang juga belum menunjukkan kemampuan melahirkan generasi yang kritis dan memiliki kemampuan dalam menghadapi tantangan global yang kian mencengkram. Dalam keadaan seperti inilah pendidikan mestinya tidak bebas nilai, sebaliknya harus menjadi suatu hal yang urgen dan diarahkan untuk melahirkan calon-calon penerus bangsa, yang nantinya mampu menghadapi segala tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa ini di masa mendatang.

Fenomena yang terjadi diatas seolah memberikan instruksi kepada kita bahwa dunia pendidikan Indonesia saat ini membutuhkan tidak sekedar jawaban retoris belaka, melainkan juga aksi kongkret yang mencerahkan. Baris-baris kalimat dalam tulisan ini sejatinya ingin menjawab sedikit kegelisahan atas fenomena yang dialami sebagian masyarakat Indonesia dalam dunia pendidikan. Akar permasalahan dari fenomena-fenomena mengerikan yang sudah kita bahas di atas tidak lain adalah proses pendidikan, dan harus dijawab dengan konsepsi-konsepsi dan pemikiran yang jernih dan mampu menjadi jawaban atas berbagai permasalahan pendidikan hari ini.

Menurut hemat penulis, harusnya para pemangku kebijakan dalam dunia pendidikan memberikan ruang pada segenap kemampuan peserta didik menuju proses berpikir yang lebih bebas dan kreatif serta sebuah proses perubahan yang lebih baik. Sebuah model pendidikan yang menghargai potensi yang ada pada setiap indvidu dari anak didik. Bentuk pendidikan yang memiliki arah dan tujuan keluar dari kemelut dan problematika internal maupun eksternal yang dihadapi oleh dunia pendidikan nasional.

Sebagai seorang pendidik, karena sejatinya setiap kita adalah pendidik, kita diminta untuk bisa menciptakan manusia yang sempurna dari berbagai dimensi, baik dalam dimensi spiritualitas, intelektualitas, maupun tanggung jawab sosialnya. Ini semua merupakan cita-cita mulia pendidikan nasional yang dinyatakan dalam UU Sisdiknas. Sekaligus merupakan sebuah tujuan yang akan mampu diraih dengan menerapkan sistem pendidikan yang ada. Jika dalam cita-cita yang mulia itu gagal dilaksanakan dan belum menperoleh hasil yang maksimal dimana seorang peserta didik harus mengambil makna dari kehidupan yang sesungguhnya, maka hal ini belum termasuk dalam tujuan pendidikan yang sesungguhnya.

Pendidikan pada hakikatnya adalah manusia, sebab ia merupakan hasil pemikiran yang dilakukan oleh dan untuk manusia guna mencapai aktualisasi diri di dunia. Sebagai produk pemikiran manusia, pendidikan bersifat relatif dan sangat tergantung pada kemampuan dan kualitas perumusnya. Di sisi lain, secara epistemologis sebaik apapun hasil pemikiran manusia tentang pendidikan bersifat relatif, sebab ia sangat tergantung pada konteks sosial dan tingkat pengalaman dan pengetahuan manusia, sementara manusia sendiri bersifat terbatas. Dengan pemahaman ini tidak ada alasan untuk meninggalkan hasil pemikiran manusia di masa lalu yang dianggap baku dan seolah statis, sebab ketika realitas yang dibatasi ruang dan waktu berubah dan berbeda, maka respon manusia juga harus berubah jika tidak ingin jumud.

Dalam konteks masalah yang dihadapi oleh dunia pendidikan saat ini, dimana anak-anak dibesarkan oleh pendidikan bebas nilai, hanya sekedar transfer pengetahuan dari guru ke murid. Murid diajarkan untuk menjawab pertanyaan, bukan mempertanyakan realitas. proses pendidikan masih sebatas berarti mentransfer ilmu-ilmu kepada murid. Ilmu bukan sebuah gairah hidup yang menggerakkan manusia, ia terkesan hanya sebagai komoditi yang dipindah-tangankan. Maka wajar bila generasi muda masih banyak yang tidak bisa mengambil peran di tengah masyarakatnya, malah ikut hanyut dalam sengkarut budaya yang mengerikan.

Tentunya, jika proses pendidikan seperti itu terus dibiarkan, maka cita-cita generasi penerus bangsa yang ideal selama beberapa puluh tahun ke depan hanya sebatas angan-angan. Konsepsi baru harus digelontorkan dan disemarakkan. Proses pendidikan dalam institusi pendidikan harus bersifat dinamis, ia merupakan upaya yang dilakukan secara sadar untuk melakukan perubahan pada diri individu dan merombak tatanan masyarakat yang menyimpang. Semoga kedepanya dunia pendidikan kita mampu melahirkan generasi penerus bangsa sesuai cita-cita luhur bangsa Indonesia. Aamiin.

———- *** ————-

Rate this article!
Tags: