Penduduk Miskin di Jatim Naik 0,89 Persen

Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan

Pemprov, Bhirawa
Selama periode September 2019 – Maret 2020, persentase penduduk miskin Jatim mengalami kenaikan sebesar 0,89 poin persen, yaitu dari 10,20 persen pada September 2019 menjadi 11,09 persen pada Maret 2020.
Kepala BPS Jatim, Dadang Hardiwan mengatakan, kenaikan selama satu semester tersebut ditunjukkan dengan naiknya jumlah penduduk miskin sebesar 363,10 ribu jiwa, yang semula berjumlah 4.056,00 ribu jiwa pada September 2019 menjadi 4.419,10 ribu jiwa pada Maret 2020.
Menurutnya, ada beberapa faktor yang terkait dengan kenaikan persentase penduduk miskin selama periode September 2019 – Maret 2020 antara lain selama periode September 2019 – Maret 2020 terjadi inflasi umum sebesar 1,36 persen.
Selanjutnya, dikarenakan selama periode September 2019 – Maret 2020 beberapa komoditi makanan mengalami perubahan indeks harga konsumen (IHK). Seperti komoditi bawang merah mengalami kenaikan 50,64 persen, bawang putih mengalami kenaikan 48,62 persen.
Bahkan. kenaikan indeks juga terjadi pada komoditi cabai merah (28,63 persen), gula pasir (17,25 persen), telur ayam ras (16,62 persen), daging ayam ras (3,84 persen), dan minyak goreng (3,62 persen). “Indeks upah buruh tanaman pangan mengalami kenaikan sebesar 2,62 persen, yaitu dari 106,10 pada September 2019 menjadi 108,88 pada Maret 2020,” katanya.
Berdasarkan hasil Susenas pada periode Maret 2020, lanjutnya, garis kemiskinan meningkat sebesar 2,93 persen atau naik Rp. 11.829,- per kapita perbulan, yaitu dari Rp. 404.172,- per kapita perbulan pada September 2019 menjadi Rp. 416.001,- per kapita perbulan pada Maret 2020.
Dipaparkannya, peranan komoditi makanan terhadap garis kemiskinan jauh lebih besar dibanding peranan komoditi bukan makanan (perumahan, sandang, pendidikan, dan kesehatan). Pada bulan Maret 2020, kontribusi garis kemiskinan makanan terhadap garis kemiskinan sebesar 74,97 persen.
“Kenaikan garis kemiskinan di perkotaan lebih rendah dibanding di perdesaan. Garis kemiskinan untuk perkotaan meningkat sebesar 2,29 persen dan untuk wilayah perdesaan sebesar 3,72 persen,” katanya.
Tingginya kenaikan garis kemiskinan tersebut meliputi garis kemiskinan makanan (2,15 persen untuk perkotaan dan 4,07 persen untuk perdesaan) dan garis kemiskinan bukan makanan (2,71 persen untuk perkotaan dan 2,60 persen untuk perdesaan).
Pada Maret 2020, kata Dadang, untuk jenis komoditi makanan yang memberikan sumbangan terbesar pada Garis Kemiskinan baik di perkotaan maupun di perdesaan pada umumnya sama. Komoditi beras yang memberi sumbangan terbesar baik di perkotaan (22,40 persen) maupun di perdesaan (24,10 persen).
Rokok kretek filter memberikan sumbangan terbesar ke dua kepada Garis Kemiskinan (11,79 persen di perkotaan dan 10,77 persen di perdesaan). Komoditi lainnya yang mempengaruhi Garis Kemiskinan adalah telur ayam ras, gula pasir, daging ayam ras, tempe, tahu, mie instan, kopi, dan bawang merah.
“Komoditi bukan makanan yang memberikan sumbangan besar adalah perumahan, bensin, listrik, pendidikan, perlengkapan mandi, dan kesehatan,” katanya. [rac]

Tags: