Penemuan Ilmuwan Muslim yang Diklaim Barat

Resensi Buku :
Judul Buku    : Menguak Fakta Sejarah Penemuan Sains & Teknologi Islam yang  Diklaim Barat
Penulis           : Abdul Waid
Penerbit         : Laksana, Yogyakarta
Cetakan         : I, Januari 2014
Tebal              : 206 halaman
ISBN               : 978-602-7724-37-2
Peresensi       : Hendra Sugiantoro
                           Pegiat Pena Profetik Yogyakarta
Banyak dari kita mengetahui bahwa penemu pesawat terbang adalah Wright bersaudara, yakni Wright Orville (1871-1948) dan Wright Wilbur (1867-1912). Dua ilmuwan itu dianggap mampu menciptakan pesawat terbang yang berhasil melayang di angkasa dengan dikendalikan oleh manusia. Peristiwa itu terjadi pada tahun 1903. Apakah benar Wright bersaudara yang menemukan pesawat terbang pertama kali?
Buku ini menguak lebih jelas siapa sebenarnya penemu pesawat terbang dan beberapa penemuan lainnya, di mana pihak Barat mengklaim sebagai penemunya. Padahal, fakta sebenarnya tidaklah demikian. Membaca sejarah dengan benar, yang menemukan konsep pesawat terbang pertama kali adalah Abbas Ibnu Firnas. Ia adalah ilmuwan pertama yang terbang menjelajahi angkasa berabad-abad sebelum kelahiran Wright bersaudara.
Ibnu Firnas membuat gambar sketsa pesawat terbang pada tahun 852 yang terinspirasi dari burung yang bisa terbang di angkasa dengan dua sayapnya. Sedangkan sebuah mesin terbang dirancang dan dibuat Ibnu Firnas pada tahun 875. Mesin terbang itu diujicobakan di udara dengan melakukan penerbangan dari Jabal Al-‘Arus (Mount of the Bride) di kawasan Rusafa, di dekat Cordoba. Pihak Barat juga mengklaim bahwa Leonardo da Vinci (1452-1519) sebagai penemu atau perintis teknologi robot.
Klaim itu tidak berdasarkan fakta otentik. Justru pada awal abad ke-13, Al-Jazari (1136-1206) telah mampu menciptakan robot humanoid, yakni robot yang mirip manusia. Mesin robot yang dirancang Al-Jazari berbentuk sebuah perahu yang terapung di sebuah danau dan ditumpangi oleh empat robot pemain musik. Robot tersebut terdiri dari dua penabuh drum, seorang peniup harpa, dan pemain suling logam. Yang lebih eksotis, robot penabuh drum yang diciptakan Al-Jazari dapat memainkan musik dengan beragam irama.
Dari fakta di atas-di antara banyak fakta lainnya-tampak jelas kalau pihak Barat melakukan sejenis kejahatan intelektual. Hal ini terus-menerus disosialisasikan lewat beragam tulisan, bahkan pengajaran di bangku pendidikan, sehingga pihak Barat diyakini oleh banyak khalayak sebagai pelopor dan pencetus di bidang sains dan teknologi. Pihak Barat mengopinikan kepada dunia bahwa merekalah pelopor dalam bidang fisika, kimia, astronomi, psikologi, kedokteran, matematika, dan berbagai bidang lainnya. Yang perlu diingat, pada masa pencerahan Islam yang berbarengan dengan masa kegelapan Barat, banyak ilmuwan dan cendekiawan muslim muncul dengan berbagai keahlian tinggi dalam bidangnya masing-masing.
Bahkan, seorang ilmuwan dan filsuf bernama Abu Yusuf bin Ashaq al-Kindi pernah mencetuskan teori relativitas yang dikenal dengan istilah teori relativitas al-Kindi. Dalam  teorinya itu, al-Kindi menyatakan bahwa manusia adalah makhluk Tuhan yang relatif dan terbatas. Dari segi kuantitas, makhluk individu tidak terbatas banyaknya, namun waktu, gerak, badan, dan ruang adalah terbatas (hlm. 22-23). Sistem desimal dalam Matematika sejatinya juga ditemukan oleh ilmuwan muslim. Hal ini dapat dilacak dari karya-karya ilmuwan muslim, salah satunya adalah buku karya Al-Kashi berjudul Kunci kepada Aritmatika. Barat justru mengklaim bahwa sistem desimal pertama kali ditemukan dan dikembangkan oleh Simon Stevin pada tahun 1589 (hlm. 127-128).
Pihak Barat pun mengklaim bahwa teori bumi bulat dicetuskan oleh Nicolaus Copernicus pada abad ke-16. Pada masa keemasan Islam, yakni pada abad ke-9, alam semesta, termasuk bumi, adalah objek kajian ilmuwan muslim. Bahkan, Edward S. Kennedy dari American University of Beirut menegaskan bahwa Copernicus bukan pencetus utama teori bumi bulat. Dikatakannya bahwa Copernicus hanya meniru dan mengembangkan teori para astronom muslim, seperti Ibnu ash-Shatir (wafat 1375), Mu’ayyad ad-Din al-‘Urdi (wafat 1266), dan Nasir ad-Din ath-Thusi (wafat 1274). Ibnu Khaldun (wafat 1406) dalam Muqaddimah juga menyatakan bahwa bumi itu seperti bola (hlm. 134-139).
Selain memaparkan temuan-temuan ilmuwan muslim, buku ini juga mengetengahkan akar sejarah dan asal mula Barat mengklaim dan menyembunyikan sains dan teknologi dari ilmuwan muslim, termasuk faktor yang menyebabkan Islam kehilangan temuannya. Misalnya cemin kaca, jarum magnet, teknologi gelas, teknologi pembuatan bubuk mesiu untuk roket, alat mesin cetak, dan sebagainya.
Bukan bermaksud sekadar bernostalgia dengan kejayaan Islam, buku ini mengajak segenap pihak untuk mendudukkan sejarah pada kenyataannya. Nama-nama ilmuwan muslim  seperti Ibnu Sina, Ibnu Yunus, Al-Khazini, Said al-Asma’i, Jabir bin Hayyan, Umar Khayam, Al-Mas’udi, Ibnu Khaldun, dan beberapa nama lainnya selayaknya tidak dilupakan terkait  kontribusinya di bidang sains dan teknologi. Dengan paparan yang diusahakan sistematis dan komprehensif, buku ini menarik untuk dibaca.

Tags: