Penentuan Jalur Mitra Warga Ditangan Sekolah

Jalur Mitra WargaSurabaya, Bhirawa
Pendaftaran Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) jalur mitra warga, satu lokasi dan inklusi akan ditutup besok, Selasa (30/6). Berbeda dengan jalur khusus prestasi, pada tiga jalur ini sekolah memiliki wewenang untuk melakukan seleksi dan penentuan diterima atau ditolak.
Sekolah-sekolah mulai menentukan mekanisme untuk menentukan apakah siswa berhak diterima atau tidak. Diantaranya ialah menggunakan sistem perankingan nilai. Disamping persyaratan lain yang menerangkan calon peserta didik benar-benar berasal dari keluarga tidak mampu.
Seperti yang dilakukan SMAN 16 Surabaya. Sekolah yang berada di Jemursari ini akan melakukan perangkingan terhadap siswa yang mendaftar lewat mitra warga. “Dua tahun sebelumnya kita tidak melakukan perangkingan. Asal diambil lima persen dari total pagu saja,” ungkap Waka Kesiswaan SMAN 16 Surabaya, kemarin (28/6).
Dengan cara lama, hasilnya ternyata cukup mengecewakan. Beberapa siswa yang diterima lewat jalur mitra warga tidak bisa mengikuti proses pembelajaran di kelas. Sebab, banyak siswa yang minder dan mengalami masalah di keluarganya sehingga menggangu proses belajarnya.
Akibatnya, pada tahun lalu ada tiga siswa dari mitra keluarga yang tidak naik kelas. Namun, setelah proses peringkingan dengan pagu yang sudah ditentukan, maka siswa yang diterima lewat jalur mitra warga mampu bersaing dengan teman-temannya di kelas. “Bukan gaya hidupnya, tapi kalau prestasi siswa mitra warga ini sudah seimbang dengan temannya di kelas,” katanya.
Banyak faktor yang membuat siswa mitra warga tidak bisa mengikuti proses pembelajaran di kelas dengan baik. Salah satunya yakni dukungan keluarga. “Ada keluarganya broken dan ekonomi kurang. Jadinya orang tua bertengkar, akhirnya anak jadi malas,” jelasnya.
Kendati demikian, tidak dipungkiri banyak siswa dari jalur mitra warga yang sejak awal prestasinya cukup cemerlang. Misalnya Gabriel Menasum yang mendaftar dengan nilai Ujian Nasilan (UN) 367.5. Calon peserta didik yang tinggal di Rusun Penjaringan itu sudah bisa menempati peringkat pertama pada jalur mitra warga. Namun, posisinya bisa tergeser bila masih ada pendaftar yang nilai UN-nya lebih tinggi.
Selain nilai, sekolah juga akan melakukan verifikasi ke rumah peserta didik. Bila memang siswa tersebut tidak mampu, maka akan diterima. Jika tidak, meskiĀ  nilainya tinggi maka langsung akan dicoret dari jalur mitra warga.
Hal yang sama juga dilakukan oleh SMP 39 Surabaya. Humas Kesiswaan SMPN 39 Surabaya Sikin Abu Rajab menjelaskan, dengan mekanisme perangkingan ini sangat membantu guru dalam proses belajar mengajar. “Kita harap sama, jadi tidak ada perbedaan penerimaan materi cukup jauh,” jelasnya.
Selain pendaftaran jalur mitra warga, proses pendaftaran jalur inklusi juga ramai. Guru Pendamping Khusus SMPN 39 Sri Setyoningsih mengungkapkan, dari 15 siswa inklusi yang harus diterima oleh SMPN 39 Surabaya, sudah ada 14 yang melakukan verifikasi. “Kita menerima data siswa inklusi dari dinas (Dindik Surabaya,red). Dinas sudah menyesuaikan dengan domisili peserta inklusi SD,” jelas Sri.
Kendati data sudah diterima, namun data siswa bisa saja berubah. Sebab, masih banyak orang tua dan siswa terkadang menginginkan tukar sekolah. “Bisa saja tukar, asal yang ditukar tempat mau menerima. Atau yang ditukar tidak masuk ke sekolah ini, jadi bangkunya kosong. Ini bisa digantikan,” jelasnya. [tam]

Tags: