Penerapan New Normal Pesantren Dibutuhkan Peran Serius Pemerintah

Pengasuh Pesantren Al-Wahabiyah 1, Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang yang juga Wakil Ketua DPRD Jombang, Gus Farid Alfarisi, Selasa petang (02/06). [arif yulianto/bhirawa].

Jombang, Bhirawa
Penerapan New Normal di dunia pesantren dibutuhkan peran serta yang serius dari pemerintah. Pada dasarnya, penerapan New Normal di pesantren bisa disetujui oleh salah satu pengasuh pesantren di Jombang, Gus Farid Alfarisi, Pengasuh Pesantren Al-Wahabiyah 1, Bahrul Ulum, Tambak Beras, Jombang. Bisa jadi, pendapat Gus Farid ini sama dengan pendapat-pendapat pengurus dan pengasuh pesantren lainnya terkait pelaksanaan New Normal di dunia pesantren.

Untuk teknis pelaksanaannya, Gus Farid yang juga merupakan Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jombang ini berpendapat, harus ada peran serta lebih dalam dari pemerintah karena dunia pesantren berbeda dengan lembaga-lembaga pendidikan yang lain.

“Kalau pemerintah betul-betul ikut berperan serta dalam membuka lagi lembaga pesantren untuk para santri, kami siap. Karena begitu sangat berat bagi kami, jika penerapan New Normal ini jika tidak betul-betul dibantu oleh pemerintah,” ujar Gus Farid, Selasa petang (02/06).

Hal ini kata Gus Farid, karena fasilitas-fasilitas yang dimiliki di pesantrennya dengan syarat yang ditetapkan oleh Gugus Tugas Covid-19 kurang memadahi.

“Apa yang diharapkan gugus covid dengan penerapan di dunia pendidikan ini begitu berat bagi para pengasuh pondok pesantren,” tambah Gus Farid.

Untuk penyediaan masker maupun sabun cuci tangan, lanjut Gus Farid, bagi pihaknya tidak terasa berat. Namun jika bicara tentang fasilitas lainnya seperti kamar mandi, kamar santri, ruang ngaji dan fasilitas lainnya yang harus sesuai Protap agugus Covid-19 ini perlu peran serta dari pemerintah.

“Karena fasilitas-fasilitas kami kurang memadai,” tandas dia.

Jika penerapan protokol kesehatan tidak dilaksanalan pada penerapan New Normal di pesantren, Gus Farid mengatakan, khawatir akan berdampak pada penyebaran covid19.

“Karena siswa siswi maupun santriwan santriwati ini mempunyai kebiasaan dengan bergerombol dan sarana prasarana sangat sederhana yang dia pakai untuk hidup di pesantren,” terang Gus Farid.

Meski begitu, Gus Farid juga menyampaikan jika mayoritas wali murid/ wali santri sangat berharap agar anak-anaknya yang sekarang menjalani proses belajar di rumah bisa segera kembali ke pesantren.

“Karena mungkin para wali murid ini sangat berharap bahwa, anaknya ini punya bekal ilmu agama yang begitu kuat. Sedangkan para wali murid yang mayoritas ingin anaknya kembali ke pesantren, yang anaknya di pesantren ini hanya mungkin mengenyam pendidikan di pesantren 1 sampai 3 tahun. Kenapa bisa seperti itu, karena anak yang di pesantren 1 sampai 3 tahun ini mungkin belum punya kekuatan amaliyah-amaliyah pesantren yang harus dia jalankan meskipun dia di rumah,” papar Gus Farid.(rif)

Tags: