Pengabdian Masyarakat Sesuai Kearifan Lokal

Ketua Panitia KKN, Ribangun Bamban Jakaria bersama Rosyid serta 30 mahasiswa sedang mananam mangrove. [achmad suprayogi]

Upaya Kelompok KKN Mahasiswa Umsida Tangkal Abrasi
Sidoarjo, bhirawa
Kehadiran perguruan tinggi sudah semestinya tidak menjadi menara gading bagi masyarakat. Itulah sebabnya, pengabdian menjadi wajib untuk dilakukan. Dan sebaik-baiknya pengabdian adalah yang sesuai dengan kearifan lokal daerah setempat.
Usaha mengabdi itu ditunjukkan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Sidoarjo (Umsida) saat melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) di Desa Tambak Oso, Waru, Sidoarjo. Fakta yang terjadi di wilayah setempat ialah kondisi abrasi yang semakin menggerus wilayah pantai timur Sidoarjo. Inilah yang memantik kepedulian para mahasiswa untuk melakukan aksi penyelamatan lingkungan dengan menanam ribuan bibit pohon mangrove. Aksi itu dilakukang persis di sekitar Sungai Segoro Tambak, dekat arah laut Kenjeran, Surabaya, Minggu (27/8).
Koordinator Desa Muhammad Rosyid Ridho mengaku, upaya ini dilakukan untuk membantu memulihkan abrasi. Namun, menanam mangrove juga punya manfaat tersendiri. Seperti halnya kondisi mangrove di Wonorejo yang berhasil disulap menjadi jujukan wisata warga Surabaya.
“Masyarakat mulai prihatin dengan kondisi ini. Karena itu, tidak cukup hanya mengandalkan pemerintah. Peran serta masyarakat penting di sini,” terang Rosyid, mahasiswa semester 7 Fakultas Tehnik Informasi Umsida.
Wakil Kordes KKN Terpadu Umsida Desa Tambak  Oso Muhammad Bahrul Ulum R  menambahkan, semula rekan satu timnya telah memiliki rencana untuk membuat gerakan tanam toga (Taman obat keluarga). Namun, program tersebut urung dilakukan lantaran secara prinsip, manfaat mangrove sementara ini lebih urgent dari pada toga. Di sisi lain, kondisi tanah di desa setempat tidak cocok untuk tananan toga. “Sifatnya tanahnya mengandung air asin. Sehingga kemungkinan untuk tumbuh  subur itu kecil sekali,” kata Ulum.
Dari situlah timnya berusaha merealisasikan aksi menanam mangrove sebagaimana yang telah sukses dilakukan di di Wonorejo Surabaya. Tidak hanya karena ingin meniru, aksi ini penting karena dapat membantu warga dari banjir yang selalu melanda jika terjadi air laut pasang.
“Kami bersama teman-teman menanam mangrove jenis rizophora yang cocok untuk wilayah pertambakan. Bibit ini kami dapatkan dari Mangrove Center di Trawas, Mojokerto,” jelas Bahrul Ulum dari Fakultas Informatika.

Tinggalkan Kebaikan untuk Kemandirian Desa
Berangkat menuju lokasi KKN terpadu, para mahasiswa Umsida telah mendapat sejumlah bekal dari perguruan tinggi. Salah satunya misi yang dibawa yaitu pemberdayaan masyarakat menuju kemandirian desa.
Ketua Panitia KKN Terpadu 2017 Umsida, Ribangun Bamban Jakaria mengataka, aksi para mahasiswa peserta KKN telah selaras dengan misi yang dititipkan kampus untuk masyarakat. Karena itu, mahasiswa harus bisa meninggalkan kebaikan yang bisa membuat masyarakat itu berdaya, membuat masyarakat desa itu bisa mandiri. Salah satunya dengan bibit mangrove yang tertanam dan akan berkembang biak kelak.
Ribangun mengakui, kendati kordes di desa tersebut memiliki keterbatasan fisik. Umsida tidak memandangnya sebelah mata. Sebab, setiap mahasiswa diyakininya akan memiliki kemampuan yang unik, khususnya dalam mengelola tim KKN melakukan pengabdian dan pemberdayaan masyarakat.
“Selama mampu dan bisa maka mereka juga bisa memimpin tim. Seperti Rosyid, walaupun dia mahasiswa disabilitas, tetapi dia bisa dan akhirnya berhasil melaksanakan tugasnya selama KKN,” jelas Ribungun yang juga Dosen Fakultas Tehnik Industri Umsida.
Sementara itu, salah satu tokoh warga Desa Tambak Oso yang kebetulan juga ikut membantu mengarahkan mahasiswa saat menanam mangrove H. Muhammad Sueb mengaku sangat senang dengan adanya mahasiswa. Keberadaan mereka sangat membantu masyarakat, kebetulan akhir-akhirnya ini kegiatan di kampung banyak sekali. Sehingga tugas-tugas yang ada di desa bisa terbantu.
Selain menanam mangrove, sekitar 30 mahasiswa ini juga banyak dimintai oleh warga untuk memberikan pendampingan belajar bagi peserta didik desa setempat. “Pendampingan yang diberikan kepada anak-anak ini sempat membuat iri karena tidak semua dapat terjangkau. Hingga akhirnya mahasiswa pun harus dibagi tim untuk memberikan bimbingan belajar,” ungkap Sueb, sapaan akrabnya. [ach]

Tags: