Pengabdian Masyarakat: Tanggungjawab Sosial Kampus yang Nyaris Pupus

Oleh:
Dr Siti Aminah
Staf Pengajar di Departemen Ilmu Politik Fisip Universitas Airlangga; Direktur Center for Security and Welfare Studies (CSWS) Fisip Unair.

Pengabdian masyarakat (Pengmas) dari civitas akademika kampus adalah bentuk dari artikulasi antara universitas dan peran sosialnya. Shek et.al. (2007) mengatakan pentingnya universitas menjadi institusi peradaban yang paling bertahan lama sekaligus universitas sekarang menjadi industri pengetahuan global. Namun, tantangan yang dihadapi universitas tidak terbatas pada kapasitasnya untuk menghasilkan pengetahuan, tetapi juga pada potensinya untuk menghubungkannya dengan kewarganegaraan, sedemikian rupa sehingga perannya juga penting dalam penataan dimensi sosial dan budaya masyarakat. masyarakat pengetahuan (Delanty, 2009).

Universitas dimanapun, merealisasi tanggungjawab sosial kepada masyarakat sebagai satu kesatuan dari Tridharma perguruan tinggi. Bahkan, ada peningkatan pengakuan dan panggilan untuk tanggung jawab sosial/publik dari kampus untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah yang mempengaruhi kesejahteraan masyarakat, bangsa, dan juga masyarakat global. Kegiatan pengabdian masyarakat tidak hanya dilakukan oleh dosen tetapi juga mahasiswa dengan memperkenalkan berbagai metode pendidikan inovatif yang mampu menumbuhkan pemikiran kritis dan kreativitas mahasiswa dengan pengetahuan dan skill yang dimiliki sebagai mahasiswa, tetapi juga di luar pengetahuan mata kuliahnya.

Tanggung jawab sosial muncul sebagai kebutuhan untuk mempertimbangkan kembali relevansi sosial kampus/universitas dalam menghadapi pertemuan lokal dengan global, mengenai prioritas, tuntutan, dampak dan kebutuhan pengetahuan dalam konteks globalisasi. Karena itu, menghadapi kompleksitas tantangan global saat ini dan masa depan, pendidikan tinggi memiliki tanggung jawab sosial untuk memajukan pemahaman kita tentang isu-isu multifaset, yang melibatkan dimensi sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan dan budaya serta kemampuan kita untuk menanggapinya. Dalam menjalankan kegiatan pengabdian masyarakat ini, dosen dan mahasiswa berkolaborasi dengan pemangku kebijakan di daerah tempat pengabdian itu berlangsung. Luaran dan capaiannya pun harus terukur. Artinya Pengmas dapat memberi dampak nyata terhadap kehidupan sehari-hari masyarakat. Ini menjadi tantangan bagi Universitas Airlangga untuk terus menjalankan integritasnya kepada masyarakat, negara, dan bangsa.

Implementasi Pengmas menjadi tuntutan yang kemudian dibawa ke tingkat berikutnya dalam Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang dikenal dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) (UN, 2015). Tujuannya adalah nanti 2030, semua masyarakat yang berada di luar perguruan tinggi memperoleh pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk mempromosikan pembangunan berkelanjutan, termasuk, antara lain, hak asasi manusia, kesetaraan gender, promosi budaya perdamaian dan non-kekerasan, kewarganegaraan global, dan apresiasi keragaman budaya.

Dari Kampus untuk Masyarakat
Merujuk laporan SDGs Universitas Airlangga pada tahun 2021 beberapa kegiatan pendampingan masyarakat sebagai bagian dari pelaksanaan tridharma perguruan tinggi. Pertama, petani hidroponik lokal untuk meningkatkan sektor pertanian dengan memasang teknologi berbasis Internet of Things yang disebut ARSENIK (Airlangga Sahabat Petani Hidroponik). Teknologi tersebut diberikan kepada petani hidroponik di Karangploso, Gempol, Pasuruan, Jawa Timur. Petani melaporkan peningkatan kemudahan pemantauan Pakcoy dan selada yang juga tumbuh lebih cepat. Kedua, Pendampingan budidaya vanamae kepada petani lokal di Desa Pangkah Wetan, Ujung Pangkah, Gresik dengan memberikan wawasan yang komprehensif terkait langkahlangkah yang tepat untuk aklimatisasi benihi udang vannamei, penggunaan aplikasi probiotik dan imunostimulan, pengendalian kualitas air tambak, dan pengelolaan usaha untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan berdampak pada peningkatan pendapatan. Ketiga, Pengembangan bisnis sarang walet. inovasi untuk membantu meningkatkan keberhasilan budidaya sarang burung walet di Indonesia dengan mengembangkan platform berbasis agritech dan edutech bernama MarkasWalet.com. Platform ini diprakarsai oleh para alumni Universitas Airlangga dari berbagai latar belakang. Beberapa agenda seperti seminar ke Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Nusa Tenggara Barat, dan pelatihan telah diberikan kepada petani sarang burung walet. Perkembangan inovasi tersebut tidak terlepas dari peran Badan Pengembanga Bisnis Rintisan Dan Inkubasi dalam memberikan akses fasilitas kampus yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat.

Membangun Pengmas ke Timur
Kawasan Indonesia bagian timur kurang mendapat perhatian dalam kegiatan pengabdian masyarakat. Tidak semua perguruan tinggi besar khususnya dari Pulau Jawa berkenan melakukan kegiatan Tri Dharma pendidikan. Salah satunya permasalahan ketahanan pangan termasuk gizi pada balita di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih menjadi fenomena dan tantangan kehidupan terutama yang tinggal di daerah iklim kering. Inilah pentingnya dilakukan kelembagaan pertanian untuk ketahanan pangan.

Sinergi antara masyarakat petani dengan kampus diterapkan sebagai bentuk implementasi SDGs. SDGs poin kedua, menghentikan kelaparan, pencapaian ketahanan dan perbaikan gizi, serta mempromosikan agrikultur berkelanjutan. Salah satu mekanisme membangun kelembagaan pertanian adalah dengan pembentukan kelompok tani. Kelompok tani merupakan kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan, kesamaan kondisi lingkungan (sosial, ekonomi, sumberdaya) dan keakraban untuk meningkatkan dan mengembangkan usaha anggota.

Tulisan ini mengawali inisiasi kegiatan pengabdian masyarakat ke Indonesia Timur khususnya daerah Manggarai Timur. Kabupaten Manggarai Timur dikenal sebagai salah satu lumbung padi di Provinsi Nusa Tenggara Timur. Umumnya kegiatan panen padi, diawali dari akhir bulan Maret dan puncaknya di bulan Mei. Mayoritas pertanian menggunakan sistem tadah hujan dan padi menjadi tanaman utama. Keberadaan kelompok tani dapat membantu dalam peningkatan produksi dan bentuk kebersamaan antar anggota masyarakat.

Sembari menunggu musim panen raya pada pertengahan tahun 2023. Akan diadakan pendampingan sebagai bentuk pengabdian masyarakat dengan penguatan kapasitas kelompok tani di Nusa Tenggara Timur. Penguatan perekonomian dan sinergitas petani dan kelompok tani Golo Pandang Watu Lanur di Poco Ranaka, Manggarai Timur dengan strategi reinventing. Masyarakat petani tadah hujan diterapkan strategi dalam alternatif penyelesaian masalah sosial-ekonomi.

Strategi Reinventing
Penguatan dan pendampingan kelembagaan kelompok tani dilakukan dengan tujuan untuk peningkatan produktifitas sekaligus sebagai kunci ketahanan pangan masyarakat. Tujuan yang lain adalah meningkatkan efisiensi dan efektifitas tata kelola kelompok tani, pemberdayaan ekonomi berdampak sosial, menjangkau penerima manfaat secara lebih luas terutama petani tadah hujan, meningkatkan kesejahteraan petani sebagai pelaku usaha, menyerap tenaga kerja melalui inovasi produk hasil tani, dan mewujudkan kemandirian pangan masyarakat. Dengan melakukan reinventing masyarakat petani khususnya petani tadah hujan, maka keuntungan yang diperoleh yaitu: 1) meminimalkan resiko kerugian bagi petani tadah hujan yang kerentanan produksi, sementara biaya produksi besar dengan pengeluaran utama; 2) mengoptimalkan produksi; 3) menjadikan masyarakat petani sebagai mata pencaharian (livelihood) yang bisa diandalkan untuk keberlangsungan hidup; 4) membangun semangat masyarakat petani untuk menjadi petani yang profesional; 5) membangun jejaring antar petani menjadi suatu kelompok tani sehingga mereka tidak berdiri sendiri-sendiri. Dengan demikian posisi petani lebih kuat ketika membangun jaringan dengan investor yang utamanya fokus berinvestasi; 6) ada pembagian peran yang jelas, berupa: petani garam, investor, pendamping, LSM, pengepul, pengusaha/eksportir, dan pemerintah (desa, kecamatan, kabupaten, provinsi) sebagai pembuat kebijakan.

Keberadaan pendampingan kampus diharapkan dapat menjadi strategi solutif yang sesuai dengan kearifan lokal dalam upaya peningkatan kapasitas dan pemberdayaan Kelompok Tani Golo Pandang diantaranya mengembangkan sinergi antar lembaga dan kelompok masyarakat petani, peningkatan pengetahuan melalui sosialisasi yang intensif dari dinas terkait (Dinas Pertanian dan petugas PPL Kabupaten Manggarai Timur), Pemberdayaan kelompok tani melalui pengabdian masyarakat yang melibatkan praktisi dan perguruan tinggi, pelatihan dan pengadaan pupuk organik, pengenalan teknologi pertanian yang ramah lingkungan dan produktif serta pengenalan bibit tanaman unggulan yang sesuai dengan kondisi lingkungan. Semoga terlaksana dengan amanah. Singkatnya, universitas sebagai ruang belajar ganda, potensi dampaknya pada jalur kehidupan civitas akademika tidak boleh terbatas pada pengajaran, penelitian dan hanya pelatihan supaya mereka bisa menjadi profesional yang semakin terspesialisasi dengan keilmuannya, melainkan untuk memengaruhi berbagai aspek pengembangan pribadi, sosial, sipil, dan profesional mereka, yang jauh lebih baik di luar dunia akademik.

———- *** ———–

Tags: