Pengabdian Seorang Guru

Oleh:
Diah Inarotul Ulya
Penerima Beasiswa Tahfidz Monash Institute Semarang dan Mahasiswa Tafsir Hadist  UIN Walisongo Semarang.

Ilmu adalah pengetahuan yang logis dan mempunyai bukti empiris yang diperoleh dengan riset terhadap objek-objek yang empiris, benar tidaknya suatu teori sains (ilmu) ditentukan oleh logis tidaknya dan ada tidaknya bukti empiris. Ilmu  mulai muncul dan berkembang kurang lebih pada abad ke-2 hingga abad ke-7. Seiring berjalannya waktu, ilmu terus berkembang dengan pesat. Ilmu bisa terus berkembang tidak bisa dipisahkan dengan seseorang yang sangat berjasa dalam memperjuangkan dan menyebarkan ilmu tersebut. Dialah seorang guru. Guru adalah ibarat gula yang menjadi salah satu dari 3 unsur di dalam kopi. Kopi adalah orang tua. Dan rasa adalah anak. Bila kopi terlalu manis atau terlalu pahit siapa yang disalahkan? Gula. Jika antara gula dan kopi bisa seimbang, pastilah akan terasa nikmat rasa kopi tersebut. Begitulah perjuangan seorang guru, apabila menghasilkan anak didik yang baik akan mudah dilupakan. Akan tetapi, jika menghasikan anak didik yang buruk pastilah langsung disalahkan.
Sesungguhnya siapakah hakikat guru itu? guru adalah sesorang yang mempunyai ilmu dan mampu mengajarkannya kepada yang lain. Seseorang yang semula tidak tahu menjadi tahu. Seiring berkembangnya ilmu, pendidikan juga terus mengalami perkembangan. Pendidikan di indonesia misalnya, pendidikan yang  diharapkan mampu mencerdaskan kehidupan bangsa, dan mewujudkan generasi-generasi penerus bangsa yang berkualitas dan bermoralitas. Dua hal yang sering terkait ketika disebutkan kata-kata “guru”. Yaitu, mengajar dan mendidik.
Mengajar dan mendidik adalah dua hal yang berbeda. Namun, saling berkaitan. Mengajar adalah suatu hal menyampaikan materi ilmu pengetahuan kepada anak didik, melalui jalur formal maupun informal. Sedangkan mendidik adalah kemampuan seorang guru dalam membentuk karakter dan moral anak kepada arah yang lebih baik. Dua hal itulah yang banyak tidak diketahui oleh kebanyakan guru yang mengajar anak didiknya. Kebanyakan dari mereka hanya mengajar tanpa mendidik. Padahal yang diharapkan adalah bukan hanya pandai dalam hal intelektual akan tetapi, juga pandai dalam hal moral. Yang bisa didukung melalui didikan dari seorang guru.
Guru menjadi panutan bagi anak didiknya. Jadi guru haruslah mencerminkan sikap yang baik. Mampu menasihati juga mampu mencontohkan. Guru yang mampu memperbaiki moral anak didiknya, baik itu dari dalam maupun dari luatr. Lihatlah fenomena pendidikan yang terjadi di Indonesia saat ini. Mulai sedikit mengalami pemurunan. Dibuktikan dengan, banyaknya lulusan-lulusan sekolah tinggi yang hanya pengangguran.
Sangat banyak orang yang berambisi menjadi guru. Apalagi sekarang guru juga bisa menaikkan statusnya menjadi PNS. Dan yang pasti gaji atau bayarannya juga semakin bertambah. Dengan semakin banyaknya guru yang mengajar, bukan malah menjadikan anak didik menjadi lebih baik . Akan tetapi sebaliknya, semakin banyak murid-murid yang kurang dalam hal moral. Mengapa hal ini bisa terjadi? Salah satu faktor penyebab terjadinya adalah dikarenakan kurang bekualitasnya guru-guru yang mengajar. Kurang berkualiatas dalam artian mereka hanya sekedar mengajarkan ilmunya, tanpa berfikir entah  muridnya akan faham dan mampu mempraktekkan apa yang telah beliau ajarkan atau malah sebaliknya. Dan realita saat ini mengatakan bahwa banyak murid-murid yang memang pintar dalam hal akademik. Namun, kurang dalam hal moral.
Ketika seseorang ingin menjadi guru dengan tujuan hanya ingin mendapatkan banyak gaji. Maka tidak akan menghasilkan generasi sesuai yang diharapan bangsa. Apalagi kalau sampai ada guru yang makan gaji buta. Contoh kasusnya terjadi di daerah Bekasi banyak PNS yang rata-rata golongan IVA datang berbebel hanya ingin absen tanpa menjalankan tugasnya sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil sebagai guru. “Guru yang makan gaji buta itu sebagian besar adalah mantan kepala sekolah, dan 70 persen tidak mengajar, ada yang datang 3 bulan sekali dalam jangka waktu satu tahun setengah, mereka datang hanya untuk mengambil tunda saja”, kata sumber kepada Beritaekspres.com, Senin (8/8/2016).
Bagaimana mungkin akan terwujud generasi-generasi yang bekualitas kalau tingkah laku gurunya seperti itu. Mereka bersenang-senang tanpa memikirkan kerugian yang dirasakan oleh banyak pihak terutama dari pihak siswa itu sendiri. Mereka berharap akan mendapatkan ilmu dari sang guru. Namun, pada kenyataanya guru malah menyalah gunakan keawjibanyya. Mengajar saja masih sulit, apalagi jika diharuskan mampu untuk sekaligus mendidik. Sebegitu sulitkah menemukan guru yang mampu mengajar sekaligus mendidik? Bagaimana nasib anak negeri ini suatu saat nanti?
Menyikapi masalah pendidikan di Indonesia saat ini, ternyata tidaklah mudah mencari seorang guru yang sabar,ikhlas dan bertanggung jawab atas anak yang didiknya. Salah satu cara yang bisa dilakukan adalah lebih selektif lagi dalam menjadikan seseorang sebagai guru. Menjadi guru haruslah dengan sepenuh  hati dan keikhlasan, jangan hanya karena ada upah ataupun gaji. Agar benar-benar mampu mewujudkan generasi penerus bangsa yang berkualitas dalam hal akademik maupun dalam  hal akhlak atau moral. Semoga akan ada guru-gru yang sabar dan ikhlas dalam mengajar dan mendidik generasi penerus bangsa, sebagai wujud pengandian terhadap negeri Indonesia. Wallaahu a’lam bi al-showaabi.

                                                                                                     ———– *** ————-

Rate this article!
Pengabdian Seorang Guru,5 / 5 ( 1votes )
Tags: