Pengangguran S1 dan S2 di Surabaya Capai 11.568 Orang

15- foto pencaker saat melihat mading lowongan kerja (geh)Disnaker Surabaya, Bhirawa
Jumlah pengangguran terdidik meningkat tajam. Terbukti, berdasar data Dinas Tenaga Kerja (Disnaker) Surabaya, hingga Juni tahun ini saja, sebanyak 11568 sarjana tercatat masih menjadi pencari kerja (pencaker). Naik tajam dari tahun lalu, yakni pada 2013, ada 11612 lulusan S1 dan S2 yang tidak bekerja.
” Pengangguran terdidik tambah banyak,” ujar Kepala Bidang Penempatan, Pembinaan dan Pengembangan Tenaga Kerja Disnaker Surabaya Irna Pawanti.
Menurut dia, angka sarjana nganggur paling tinggi. pihaknya menyebut, tahun lalu saja  pencaker lulusan SD sebanyak 24 orang. Sedangkan tamatan SMP sejumlah 52 orang. Kemudian, lulusan setingkat SMA ada 5789. Bandingkan dengan alumni S1 dan S2. Tercatat, 11612 orang.
Itu berarti, pengangguran yang berstatus sarjana besarnya dua kali lipat dari lulusan apapun. Tahun ini pun tidak berbeda. Hingga Juni saja, pengangguran kelompok umur 20-29 tahun sudah mencapai 11568. Asumsinya, kelompok usia tersebut berpendidikan sarjana.
Irna menyebut, paradigma pengangguran telah berubah. Dulu, pengangguran identik dengan warga berpendidikan rendah. Sekarang berkebalikan. Sarjana justru lebih banyak. Kemudian, jangka mendapat pekerjaan juga meningkat. ” Sarjana bisa menganggur setahun sampai dua tahun. Bejo-bejoan tiga tahun mas,” katanya.
Irna menuturkan, meningkatnya jumlah sarjana yang tidak bekerja bukan karena sedikitnya lowongan. Namun disebabkan sistem pendidikan yang tidak optimal. Dia mengatakan, pencari kerja dinilai belum mampu memasuki dunia industri. “Dunia pendidikan dan industri beda. Mereka tidak siap,” tandasnya.
Menurut Irna, seharusnya sistem pendidikan dirancang agar mahasiswa siap memasuki dunia kerja. Yakni dengan pembekalan, misalnya dengan pelatihan kompetensi, softskill, dan attitude.
Dia mencontohkan hal paling kecil terkait membuat surat lamaran yang menjual. Karena itu, dia menyebut tengah mengusulkan materi kurikulum baru kepada dinas pendidikan. Yaitu untuk menambah seperangkat program penyiapan masuk ke dunia kerja.
“Sekarang pilot projectnya di tingkat pertama dulu. Softskill harus sudah di-treatment sejak awal masuk. Bukan setelah mereka lulus,” ungkapnya.
Irna mengaku khawatir dengan banyakya sarjana yang tidak mengerti ke mana mereka akan bekerja. Padahal, dia menyebut perusahaan tidak akan menerima sarjana yang tidak kompeten dan tidak mengerti bidang pekerjaannya. Persoalannya, menurut dia, kini banyak sarjana yang bermental kurang baik. Juga, berdaya juang rendah.
” Sekarang banyak yang manja dan ogah-ogahan. Padahal ada perusahaan yang meminta tapi ini malah ogah karena alasan kejauhan,” cetusnya.
Karena itu, dia menyebut sudah berupaya mengentaskan pengangguran terdidik. Kini ada Tim Penyelarasan Dunia Pendidikan dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri  (Laras Dikdudi) Surabaya.
Anggotanya adalah disnaker, ITS, sekolah kejuruan, dan bapeko. Tim itu dibentuk agar alumni pendidikan bisa memenuhi standar dunia industri. Lalu, sarjana bisa mengetahui kompetensi apa yang dibutuhkan dunia kerja. “Kepribadian dibentuk empat tahun kuliah. Kalau bisa dari awal softskill kerja sudah diajarkan,” kata Irna.
Namun, dia mengaku tim itu masih menggodok sistem yang akan diusulkan. Meski begitu, Irna optimistis tim laras dikdudi bisa menelurkan masukan ke dinas pendidikan. Dia berharap dengan sistem baru, akan banyak mahasiswa yang sudah dipinang perusahaan sebelum lulus. Kemudian, tercipta mahasiswa siap menghadapi dunia industri.
Cara lain untuk penuntasan pengangguran terdidik adalah menggelar bursa kerja. Kemudian, mengadakan pelatihan kerja gratis. Menurut Irna, sebenarnya setiap SMK dan kampus berkewajiban menyalurkan siswanya ke dunia industri. Persoalannya, dia mencontohkan, selama ini siswa SMK hanya mendapat pembekalan saat kelas XII. Menurut dia, jangka waktu itu sudah sangat terlambat. Seharusnya minimal mulai kelas X.
Kini, disnaker memiliki program sosialisasi ke pengurus PKK. Irna mengaku akan menggalakkan standarisasi pengurus BKK. Usul itu sudah disampaikan ke kementrian pusat. “Kalau pengurus BKK nya saja belum terstandar, alumninya bagaimana,” terangnya.
Disnaker juga memiliki tim khusus untuk penuntasan pengangguran. Yakni Tim Pengantar Kerja. Irna mengatakan, begitu seorang pencaker mendatangi kantor disnaker, dia langsung akan menerima treatment tertentu. Mereka akan menerima surat terdaftar sebagai pencari kerja (AK 1). Lalu, diwawancara minat dan bakatnya (AK 2). Kemudian, diberi informasi loker sesuai bidang pendidikan yang tersedia (AK3). “Supaya masuk ‘kamar’ yang benar. Relaitasnya kalau mendaftar beda latar belakang pendidikan, berkasnya dibuang,” tuturnya.
Kemudian, mereka akan dipanggil jika ada perusahaan yang sesuai (AK4). Akhirnya, pencaker akan menerima AK5 yang berisi surat pengantar dan rekomendasi ke perusahaan.
Kepala Disnaker Surabaya menambahkan, pihaknya juga sudah berkoordinasi dengan disnaker provinsi untuk menuntaskan masalah pengangguran. Yakni dengan membuat jobfair hingga lima kali dalam setahun. Dia juga mengaku sudah menyiapkan anggaran khusus. ” Targetnya empat persen dari anggaran. Dibiayai APBD,” katanya. (geh)

Keterangan Foto : Sejumlah pecari kerja melihat-mading-lowongan-kerja di kantor Disnaker Jalan Jemursari Surabaya, kemarin. [geh/bhirawa]

Tags: