Pengaruhi RTRW, Tol Probolinggo Ditinjau Kembali

Tol Paspro di Probolinggo terus di kebut pengaruhi RTRW.

Probolinggo, Bhirawa
Dua ruas tol yang melintas di wilayah Probolinggo, ternyata berpengaruh pada pemanfaatan tata ruang wilayah di Kabupaten Probolinggo. Pemerintah daerah, kini me-review dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) agar sesuai perkembangan.
Demikian pula dengan lahan pertanian harus berkurang hingga 50 ha. Hal ini diungkakan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) setempat, Anggit Hermanuadi, Selasa (6/3).
Wilayah Kabupaten Probolinggo akan dilintasi tol trans Jawa. Saat ini yang tengah dikerjakan adalah Tol Pasuruan-Probolinggo (Paspro). “Sementara pembangunan Tol Probolinggo-Banyuwangi (Probowangi) masih dalam tahap rencana pembangunan. Dua ruas tol yang melintas ini, ternyata mempengaruhi RTRW Kabupaten Probolinggo,” kata Anggit Hermanuadi.
Review RTRW sudah dilakukan sejak tahun 2017. Untuk itu Bappeda menggandeng pihak ketiga sebagai konsultan dan diperkirakan selesai tahun ini. “Dokumen ini, diharapkan menjadi Perda tahun ini juga, sehingga bisa dijadikan sebagai acuan pembangunan daerah,”katanya.
Dalam review itu ada sejumlah perubahan pemanfaatan lahan, menjadi kawasan industri. Salah satunya di sekitar simpang susun (interchange) Desa Pajurangan, Kecamatan Gending. “Dari semula untuk pertanian produktif, menjadi kawasan industri. Hal itu untuk mengimbangi perkembangan pembangunan dan memberikan manfaat lebih bagi masyarakat,” kata mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum ini.
Diketahui tol Paspro terdiri dari 4 seksi. Seksi 1 sampai 3 sepanjang 31,3 kilometer dari Pasuruan sampai Leces, Kabupaten Probolinggo. Tiga seksi ini, dalam proses pembangunan oleh PT. Waskita Karya. Adapun seksi 4 start dari Leces hingga Desa Pajurangan, Kecamatan Gending.
Seksi ini dalam proses sosialisasi kepada warga terdampak tol tersebut. Terhitung, ada empat simpang susun Tol Paspro di wilayah Kabupaten Probolinggo. Meliputi simpang susun Tongas, simpang susun Muneng, simpang susun Leces, dan simpang susun Pajurangan.
Berdasarkan data Dinas Pertanian Kabupaten Probolinggo, lahan pertanian akan menyusut sedikitnya 50 hektare sebagai imbas pembangunan tol Pasuruan-Probolinggo. Sementara tol Probolinggo-Banyuwangi, di wilayah Kabupaten Probolinggo akan dibangun dari Kecamatan Gending hingga Paiton. “Proyek masih dalam tahap sosialisasi dan belum ada penetapan lokasi oleh Gubernur Jatim, ” kata Anggit Hermanuadi.
Lebih lanjut dikatakannya, lahan pertanian produktif di Kabupaten Probolinggo, akan menyusut sedikitnya 50 hektare sebagai imbas pembangunan tol Pasuruan-Probolinggo. Kondisi tersebut menjadi tantangan, bagaimana caranya meningkatkan produksi pertanian dengan lahan yang ada.. “Terlebih penyuluh pertanian tinggal 42 orang dan usianya rata-rata diatas 50 tahun,” lanjutnya.
Sebagai gambaran, hingga akhir Nopember, produksi padi mencapai 313.108 ton. Sementara target produksi padi tahun 2017 di Kabupaten Probolinggo 334.454 ton, atau selisih 21.595 ton.
Itu terjadi karena luas tanam belum terpenuhi seluas 68.105 hektare. “Kami hanya memenuhi 46.510 hektare. Ada selisih 21.555 hektare yang dicapai di bulan Desember 2017. Pada Nopember lalu, areal tanam padi dikurangi karena serangan hama wereng. Sebab jika lahan tanam yang terkena wereng ditanam, bisa terkena hama lagi, kali ini justru akibat jalan tol yang melalui kabupaten Probolinggo,” tambahnya. [wap]

Tags: