Pengaspalan Jembatan Kedungasem Kota Probolinggo Rampung, Tunggu Uji Beban

Jembatan Kedungasem rampung diaspal.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa
Pembangunan Jembatan Kedungasem, Kecamatan Wonoasih, Kota Probolinggo, akhirnya tuntas. Kamis (4/11), pengaspalannya sudah rampung. Ditargetkan, akhir bulan ini jembatan penghubung antar darah itu bisa dioperasionalkan. Kini, tinggal menunggu masa uji beban.

Kemarin pagi, sejumlah pekerja masih terlihat sibuk, berusaha merampungkan pekerjaannya. Proses pengaspalan dimulai di sisi selatan. Sekitar setengah hari, pengaspalan jembatan itu baru rampung.

Pejabat Pengganti Sementara PPK 3.5 Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional Jawa Timur-Bali Adi Rosadi, Kamis (4/11) mengatakan, setelah dilakukan uji laboratorium, umur beton sudah sesuai dengan spesifikasi. Karenanya, pihaknya mengizinkan pelaksana melakukan pengaspalan.

“Pengerjaan pembangunan jembatan ini tinggal pengaspalan ini saja. Diperkirakan sebelum siang hari (kemarin, Red) pengaspalan sudah selesai. Dengan begitu jembatan sudah rampung dikerjakan tuntas,” ujarnya.

Sebelum jembatan ini digunakan, kata Adi, pihaknya masih perlu melapor ke Direktorat Jembatan Kementerian PUPR untuk dilakukan uji pembebanan. Jika hasilnya bagus, baru akan dijadwalkan untuk segera dioperasionalkan. “Perkiraan paling lama atau target satu bulan atau akhir bulan ini sudah bisa dilalui kendaraan,” jelasnya.

Adi menerangkan, panjang bentang jembatan ini mencapai 27 meter dengan lebar 14 meter. Jauh lebih panjang dan lebar dibanding jembatan lama.

“Alhamdulillah, pembangunan Jembatan Kedungasem ini sudah rampung. Meski sempat ada hambatan cukup lama di awal-awal,” ungkapnya.

Jembatan Kedungasem dibangun setelah pilar bagian tengahnya ambrol, pada 2 Mei 2020. Pilar itu berada di sisi barat jembatan, sedangkan pilar tengah sisi timur retak. Diduga, ambrolnya pilar jembatan ini karena termakan usia. Maklum, jembatan ini dibangun pada 1978 atau telah berusia 42 tahun.

Jembatan ini menjadi penghubung jalan nasional yang menghubungkan jalan menuju Lumajang dan Jember. Sementara, dibangunlah jembatan bailey atau jembatan darurat sepanjang 30 meter dengan lebar 7 meter.

Jembatan yang hanya mampu menahan beban maksimal 5 ton itu mulai diujicobakan sejak 12 Mei 2020. Kini, telah dibangun jembatan baru.

Akibat proyek pembangunan memakan sisi lokasi para warung sekitar jembatan, para penjual mengeluhkan omsetnya yang menurun drastis. Seperti yang dikatakan Bu isa, pemilik warung nasi mengaku setiap bulannya sudah kehilangan pemasukan, bahkan sejak jembatan mulai ambruk.

“Biasanya, setiap hari Bu Isa bisa menghasilkan Rp 1 – 2 Juta, namun adanya proyek pembangunan tersebut merosot hingga Rp 100 – 200 ribu saja “, tuturnya.

Sementara menurut bu Taufiq, pemilik warung lainnya mengatakan sejak adanya pembongkaran jembatan para pelaku usaha seperti pemilik toko, pedagang pasar sudah mulai mandek. “Hanya beberapa pedagang saja yang masih berjualan, bahkan bengkel motor yang berlokasi dekat dengan jembatan sudah tutup dan pindah sejak sebulan yang lalu”, tandasnya.

Pelaksana pembangunan jembatan Kedungasem ini, tepat waktu, sehingga penyelesaiannya tidak ada kendala lagi, adapun tidak banyak pengaruhnya” ungkap wali kota Habib Hadi.

Penggantian jembatan yang menghabiskan biaya sebesar Rp 8.180.055.000 dirasa sangat penting peranannya untuk mendukung perekonomian Kota Probolinggo. “Karena ini jalur ekonomi ya, apa lagi yang mau ke wilayah dari Kraksaan mau ke wilayah Lumajang atau Jember harus lewat sini, dan dari jalan sini juga bisa masuk kota,” tambah orang nomor satu di Kota Probolinggo.(Wap)

Tags: