Pengawas Sekolah Diterjunkan Awasi Kurikulum 2013

15-kurikulum-2013Pemprov, Bhirawa
Dinas Pendidikan (Dindik) Jatim terus memantau jalannya pelaksanaan Kurikulum 2013 di daerah. Kali ini, tim yang tengah diterjunkan untuk melakukan pemantauan adalah pengawas sekolah baik dari Jatim maupun kabupaten/kota.
Kepala Dindik Jatim Harun mengatakan, pengawas sekolah sebanyak 72 orang dari Jatim akan berkoordinasi dengan pengawas yang ada di kabupaten/kota. Tapi, sebelum diterjunkan ke lapangan, pihaknya memberikan instrumen kepada pengawas mengenai apa yang harus dilakukan di daerah.
“Pemantauannya tentang buku yang belum tiba, proses belajar mengajarnya bagaimana, sejauh mana pemanfaatan Compact Disk (CD), dan tentang kendala lain yang dihadapi sekolah dalam mengimplementasikan Kurikulum 2013,” katanya, Minggu (7/9).
Mantan Kadisbudpar Jatim ini menjelaskan, hasil laporan pengawas selama memantau di daerah-daerah dapat dijadikan bahan evaluasi implementasi Kurikulum 2013 di Jatim. Hasil sementara, meski di sebagian daerah Jatim buku belum tiba, guru dinilai punya kreativitas lebih dalam proses belajar mengajar.
“Pengawas yang sudah turun ke lapangan, datang langsung melapor. Di situ bisa kita lihat, meski buku belum datang, guru punya kreativitas dalam proses pembelajaran sehingga belajar mengajar tetap berjalan,” ujarnya.
Terpisah, Koordinator Pengawas Sekolah Jatim Soeparno membenarkan jika seluruh pengawas dikerahkan untuk memantau jalannya Kurikulum 2013. Pengawas yang diterjunkan untuk jenjang Pendidikan Luar Biasa (PLB), SD, SMP dan SMA/SMK. Koordinasi yang dilakukan dengan daerah adalah membagi wilayah pengawasan. Setiap pengawas di kabupaten/kota memiliki tugas mengawasi tujuh sekolah. Sedangkan pengawas dari Jatim melakukan koordinasi dengan pengawas di daerah terkait perkembangannya secara umum.
Sebagian pengawas yang diterjunkan masih menemukan beberapa kendala oleh guru dalam implementasi Kurikulum 2013. Menurut dia, kurikulum baru ini lebih menekankan kepada aspek student center, bukan lagi teacher center seperti pada kurikulum sebelumnya. Namun praktiknya guru justru masih menggunakan model lama. Maka dari itu, mengubah pola pembelajaran ini masih membutuhkan waktu.
“Ini kan masih proses, jadi memang belum maksimal. Mengubah mindset pembelajaran menjadi student center itu butuh waktu,” ujar mantan Kepala Dindik Surabaya ini.
Terkait belum adanya buku pegangan siswa dan guru di sebagian daerah, Soeparno menyatakan sekolah telah memanfaatkan CD yang telah diberi Kemendikbud sambil menunggu buku pesanan tiba. “Kurikulum 2013 tidak hanya mengandalkan buku, tapi bisa dari sumber lain. Yang penting anak itu aktif untuk terus bertanya, observasi, analisis, dan diskusi, pembelajaran bisa lebih cepat. Ini yang disebut pembelajaran saintifik dalam kurikulum baru,” tandasnya. [tam]

Tags: