Pengembangan Batik Berbasis Sawit untuk Jaga Tradisi

(Dari Kiri Ke Kanan) Indra Budi Susetyo selaku Agency BPPT, Siti Zunaiyah Budiarty selaku Wakil Ketua Asosiasi Perajin Batik (APBJ) Jatim, Ira Usdiana Saputri mewakili Direktur Kemitraan (Divisi UKM), Wirasno selaku Ketua Asosiasi Pengrajin Batik (APBJ) Jatim dan Titi Purwati Widowati selaku Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik. saat duduk bersama dan berdiskusi dengan peserta UKM Batik dalam “Sosialisasi Workshop Pengembangan UKM Batik Berbasis Sawit”, di Surabaya, Kamis (7/11).

Surabaya, Bhirawa
BBKB (Balai Besar Kerajinan dan Batik) Yogyakarta dan BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) atas dukungan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) Kementrian Keuangan menggelar sosialisasi dan workshop Pengembangan UKM Batik Berbasis Sawit. Kegiatan ini dalam upaya mendorong pemanfaatan hasil riset ini diperlakukan melalui sosialisasi produk formulasi lilin batik kepada para perajin batik di sentra-sentra batik di Indonesia, khususnya di Jatim.
Kepala Balai Besar Kerajinan dan Batik, Ir. Titi Purwati WIdowati, MP mengatakan, kegiatan ini juga bertujuan meningkatkan acceptability (penerimaan pasar) dari malam batik sawit dengan pada formulasi malam batik menggunakan produk turunan sawit (Bio Paraffin Substitute) dan sebagai sarana promosi produk berbasis sawit sasaran atau harapan ke depan.
Adanya workshop ini, maka akan ada penciptaan konsumen baru bagi minyak sawit pada sektor yang belum tersentuh, sehingga meningkatkan konsumsi minyak sawit. Selain itu, membuka peluang penciptaan wirausaha baru dan lapangan kerja di bidang industri pembuatan malam batik pada skala pabrikasi.Serta makin dikenalnya produk malam batik berbasis sawit.
Perekaya Utama Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Indra Budi Susetyo mengatakan, formulasi turunan sawit kedalam malam batik tersebut merupakan substitusi potensial dari paraffin untuk industri kreatif batik.
Dikatakannya, produk sawit di Indonesia sangat melimpah. Selama ini belum banyak yang memanfaatkannya untuk bahan formula malam batik. “Kita kenalkan ke perajin dan mereka menyukainya dibanding bahan berbasis parafin,” ujar Indra.
Menurutnya, produsen batik belum banyak yang mrnggunakannya, karena baru diperkenalkan sejak 2017 di Yogyakarta, Solo, Banyumas, Pekalongan dan lainnya. “Produk sudah ada yang dijual di pasaran, namum jumlahnya masih terbatas,” ungkapnya.
Keberhasilan formulasi itu akan memberi peluang bagi kemandirian dan jaminan penyediaan bahan bagi industri ini secara jangka panjang berbasis bahan terbarukan lokal. “Kenyataan ini merupakan potensi pasar bagi produsen maupun penjual Paraffin Substitute dalam penyerapan produknya,” ujarnya.
Sementara Paraffin Substitute merupakan produk yang telah dikembangkan oleh BPPT sebagai pengganti parafin berbasis minyak bumi. Dan selanjutanya melalui riset bersama BBKB di formulasi menjadi malam batik yang akan diaplikasikan oleh para pembatik.
Salah satu keunggulan produk malam ini tidak hanya menggantikan parafine basis minyak bumi tapi juga bisa mengurangi beberapa komponen dalam pembuatan malam yang diharapkan bisa mengurangi harga malam batik. Acara ini dihadiri oleh 40 peserta dari pembatik/pemilik UKM batik dari perwakilan kabupaten/kota, seperti Gresik, Nganjuk, Mokokerto, Bangkalan, Bondowoso, Pacitan, Bojonegoro, Surabaya, Sidoarjo, Madiun, Tulungagung, Magetan. UKM ini tergabung dalam Asosiasi Pengrajin Batik Jatim (APBJ) yang diketuai oleh Wirasno.
Kegiatan workshop tersebut dibuka Titi Purwati Widowati dan Drajat Irawan (Disperindag Jatim) turut memberikan sambutan. Narasumber menghadirkan Indra Budi Susetyo dan Wahyu Purwanto dari BPPT. Selain itu juga ada para peneliti BBKB (Farida, Agus Haerudin Isnaini, dan Yudi Satria).[rac]

Tags: