Pengerukan di Saluran Irigasi, Kurangi Luapan Air Hujan ke Sawah

Tampak warga Desa Banjarsari Kecamatan Madiun bergotong royon kerja bhakti membersihkan saluran irigasi di persawahan untuk menghindari luapan air ke lahan pertanian atau ke pemukimman penduduk. [sudarno/bhirawa]

Kabupaten Madiun, Bhirawa
Setelah Bupati Madiun H. Ahmad Dawami bersama Jajaran Forkopimda serius membersihkan sungai untuk meminimalisir dampak banjir di wilayah Kabupaten Madiun, sekarang Selasa (3/11) ganti masyarakat Desa Banjarsari Kecamatan Madiun bergotong royong kerja bhakti membersihkan saluran irigasi dipersawahan agar airnya tidak meluap ke lahan pertanian bahkan ke permukiman penduduk.

Banjir bisa terjadi sewaktu-waktu, apabila sikap tidak respek terhadap lingkungan dapat menyebabkan genangan air secara tiba-tiba. Daerah hulu yang seharusnya sebagai pembendung utama saat musim hujan, menjadi tidak maksimal karena konservasi alamnya tidak terawat.

Salah satu penyebab banjir ialah sistem irigasi dan drainase yang kurang baik. Ketika hujan, saluran irigasi tidak dapat menampung air yang dapat menyebabkan banjir di sekitar lahan permukiman dan pertanian. Begitu pula jika drainase kurang baik, ketinggian air genangan akan meningkat akibat tidak adanya saluran pembuangan yang mampu mengurangi genangan dengan cepat.

Agar tidak ada luapan air yang berlebihan, perlu melakukan antisipasi banjir di musim hujan. Bila saluran irigasi dalam keadaan baik, dengan sendirinya aliran air akan lancer. Alhasil, air tersebut tidak meluap sehingga membanjiri sawah para petani yang menyebabkan kerugian. Pasokan air pun bisa terjaga dan terkontrol stabilitasnya hingga mengaliri sawah para petani dengan baik.

“Kejadian ini tentunya patut diwaspadai. Saat melihat kondisi di lapangan, ternyata masih banyak warga yang tidak memperhatikan saluran irigasi. Akhirnya terjadilah luapan air alias terjadi banjir rutin disetiap hujan tiba,”kata Bupati Madiun, H. Ahmad Dawami memberikan pemahaman.

Terkait masalah terurai diatas, Bupati Madiun H. Ahmad Dawami juga menghimbau agar para petani menormalisasi saluran irigasi persawahan. Banyak dijumpai yang semestinya saluran irigasi berukuran 1,5 meter, kini hanya 0,5 meter. Ketinggian ini tentunya tidak bisa menampung debit air yang cepat saat musim hujan.

Tidak hanya itu, banyak proyek pengerjaan saluran irigasi menjadi tertunda karena dampak dari refokusing anggaran untuk penanganan pandemi. Misalnya di Desa Banjarsari Kecamatan Madiun, pemukimannya tergenang karena luapan air sungai sebab saluran irigasinya masih dalam proses renovasi.

Bencana memang tidak terencana namun kita patut mengantisipasinya. Kerja bakti massal sudah dilakukan, namun masih kurang masif dilakukan oleh masyarakat. Banyak sampah dan bambu serumpun yang menjadi penghalang aliran sungai. Sehingga berdampak pada aliran air yang tidak maksimal dan mengakibatkan luapan di permukiman maupun persawahan.

Terkait masal itu, akhirnya diadakan kerja bhakti bersama warga diadakan pengerukan atau pembersihan di irigasi, agar saluran air bisa lancar dan tidak meluap ke lahan pertanian juga mengenangi lahan penduduk. Yang mana selama ini disebut banjir rutin tatkala hujan tiba atau terdapat kiriman air hujan dari daerah lereng gunung Wilis ini, juga mengakibatkan banjir rutin di wilayah Kabupaten Madiun selama ini.

Sudah menjadi pemandangan atau kejadian biasa, di Kabupaten Madiun yang setiap hujan turun menjadi langganan banjir rutin. Yakni, di wilayah kecamatan Wungu, Madiun, Balerejo, Pilangkenceng dan kecamatan Sawahan. [dar]

Tags: