Penghujan Ganjal Serapan Pangan Bulog Madiun

Antok Hendriyanto. [sudarno/bhirawa]

Antok Hendriyanto. [sudarno/bhirawa]

(Target 60 Ribu Ton Setara Beras, Baru Terserap 42 Ribu)

Madiun, Bhirawa Terkait adanya perubahan cuaca, yang sekarang ini masih musim hujan, membuat rasa was-was dalam target pengadaan pangan di Bulog Sub Divre Wilayah IV Madiun. Pasalnya, musim hujan dapat mempengaruhi kuwalitas hasil panen padi petani. Bagaimana tidak, dalam pengadaan pangan di Bulog harus sesuai Inpres 5 tahun 2015 Misalnya, kadar air maksimum 14 prosen untuk beras butir patah maksimum 20 prosen, kadar menir maksimum 2 prosen serta derajat sosok minimum 95 prosen. Demikian halnya sirkulasi gudangjuga harus bagus, supaya beras tidak menggumpal karena jamur dan sebagainya. Meski demikian,tidak masalah dari target 60 ribu ton setara beras, sekarang tercapai 42 ribu ton atau tercapai 70 prosen dan diharapkan akhir Desember 2016 Optimis tercapai, karena lahan pertanian di Kab Madiun dan Kab Ngawi cukup luas dan sudah terkenal sebagai lumbung padi di Jawa Timur bagian barat. “Tetapi dalam hal ini, kami (Bulog Sub Divre Wilayah IV Madiun. Red) tidak berani menekan kepada petani harus menjual hasil panen padinya ke Bulog lantaran harganya sudah ditentukan oleh pemerintah yang menurut petani lebih rendah dibandingkan dengan harga gabah di pasaran umum yang dibeli oleh tengkulak. Tidak masalah kalau petani menjual padi/gabahnya ke tengkulak yang lebih besar dari pada ke Bulog yang lebih ringan,”kata Kepala Bulog Sub Divre Wilayah IV Madiun Antok Hendriyanto kepada Bhirawa, Kamis (27/10). Sebagaimana diketahui bersama lanjut Antok Hendriyanto, untuk pembelian gabah kering panen (GKP) dengan kadar air maksimum 25 prosen, kadar kotoran maksimum 10 prosen. Harga beli ke petani dibanderol Rp3.700/kg dan harga Rp3.750/kg di penggilingan. Sedang harga gabah kering giling (GKG) kadar air mmaksimum 14 prosen, kadar kotoran 3 pearsen. Sementara untuk gabah kering giling dibeli harga Rp4.600/kg di penggilingan. “Nah dengan hitungan seperti terurai diatas, petani pada umumnya gak mau tau atau tidak mengerti soal itu. Padahal ketentuan ditas dari pemerintah pusat yang harus kami terapkan dalam serapan pengadaan tahun 2016 ini. Karena itu, petani memilih menjual hasil padi panenannya ke tengkulak yang dianggap lebih menguntungkan ketimbang menjual gabah petani ke rekanan Bulog. Itulah kendala bagi kami dalam serapan pengadaan pangan,”papar Antok Hendriyanto memberikan alas an kepada petani lebih memilih menjaul gabah ke tengkulak dari pada ke Bulog. Perlu diketahi, kalau stop pangan di gudang Bulog di Desa Tambakromo Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi, di gudang Bulog di KelurahanNambangan Kidul Kecamatan Manguharjo Kota Madiun dan di gudang Bulog Jeruk Gulung Kecamatan Balerejo Kab Madiun, ketiganya masih mampu untuk penyaluran pangan kepada warga sampai 8 Agustus 2017 mendatang. “Untuk itu warga tidak perlu kuatir, soal pengadaan pangan beras dari Bulog,”ungkap Antok mantap Diberitakan di Harian Bhirawa edisi Rabu (26/10), meski warga di Kabupaten Madiun dan Kabupaten Ngawi terdapat tunggakan uang penebusan/pembayaran beras miskin (raskin), namun Bulog Sub Divre Wilayah IV Madiun tidak tega atau sampai hati untuk menstopnya. Dalam hal ini, bukan untuk mencari apa-apa, kecuali hanya karena ini urusan dengan hajat hidup orang banyak. Masalahnya, raskin itu, sangat dibutuhkan dan dinanti-nantikan oleh masyarakat kurang mampu atau kurang beruntung untuk kelangsungan hidup keluarganya. Kalau raskin distop misalnya, lantas bagaimana makan mereka. Ini yang menjadi pertimbangan, Bulog untuk tidak menstop penyaluran raskin. “Biar menunggak, sepanjang masih ada yang mempertanggungjawabkannya (Pemkab Madiun dan Ngawi atau dinas terkait. Red), soal tunggakan raskin tersebut, kami tetap mengirimkan raskin yang dibutuhkan sesuai data yang ada. Terus terang dalam hal ini, kami tidak tega mensstop penyaluran raskin tersebut,”tegas Kepala Bulog Sub Divre Wilayah IV Madiun Antok Hendriyanto memberikan alasa. [dar]

Tags: