Penghuni Lapas Mojokerto Ditengah Ramadan

Penghuni Lapas Mojokerto Ditengah RamadanMojokerto, Bhirawa
Ada hal berbeda yang terjadi didalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) saat Ramadan. Nuansa religius mewarnai kehidupan para penghuni yang mayoritas memeluk Agama Islam. Bahkan dibalik terali besi, para penghuni Lapas yang mayoritas sudah berumur rajin melakukan rutinitas ibadah sunah, mulai tarawih hingga tadarus alquran.
Waktu menunjukkan pukul 15.32 WIB ketika Bhirawa memasuki pelataran Lapas Kelas I Kota Mojokerto siang kemarin. Sayup-sayup lantunan ayat suci alquran terdengar dari pengeras musalah Lapas Mojokerto. Bacaan kalam ilahi itu terdengar cukup lancar dan fasih. Suara pria itu terdengar sangat terbiasa melantunkan ayat alquran. Di sekitaran musalah, sejumlah napi terlihat sedang bergurau. Wajah pucat dan kondisi yang lemas lantaran menjalan ibadah puasa.
Itulah sekelumit tentang kehidupan di dalam Lapas detik-detik jelang berbuka. Ada yang sengaja menghabiskan untuk beribadah. Ada pula yang hanya sekedar bergurau dengan teman senasib. ”Mereka yang kita perbolehkan ke ke musalah diseleksi,” kata Kalapas Mojokerto, Urib Herunadi.
Urib menuturkan, batasan yang dimaksud adalah jenis perbuatan pidana yang dilakukan hingga terjerumus ke dalam Lapas, tingkah laku selama menjalani hukuman, hingga faktor lainnya. ”Yang masih masuk dalam kategori rawan, pasti dilarang. Ikut keluar ruang tahanan dan masuk ke mushala,” imbuhnya.
Lantaran ada batasan itulah, tak sedikit narapidana dan tahanan di Lapas Mojokerto yang melakukan kegiatan ibadahnya di ruangan masing-masing. Mereka yang boleh ke musalah hanya sekitar 30 orang dari sekitar 500 an penghuni. ”’Yang sudah aman ya kita perbolehkan keluar dari blok dan kamar. Yang masih rawan, tentunya tetap di dalam selnya saja,” tuturnya.
Selama Ramadan berjalan, Lapas Mojokerto juga memberlakukan pemberian ransum yang berbeda. Jika biasanya selalu rutin pagi, siang dan malam, kini diubah. ”Mereka yang beragama Islam, jatah makannya kita ganti sahur dan berbuka,” tegasnya. Urip menghitung, dari 500 penghuni, hanya tujuh penghuni yang beragama non muslim.
Jika terdapat seorang narapidana muslim yang tak menjalankan puasa, Urip menegaskan, bakal memberikan catatan hitam. ”’Di sini, tempat untuk warga binaan. Kalau mereka tidak mau dibina, aturan tegas akan kita berlakukan,” ujarnya.
Aturan yang dimaksud adalah register F. Sebuah kode di Lapas yang cukup ditakuti penghuni. Mereka yang sudah masuk dalam daftar ini, tak akan mendapat keringanan hukuman. Bahkan remisi yang kerap menjadi dambaan para napi, tak bisa dinikmati. Aturan ketat itu, rupanya cukup membuat para napi kelabakan. Mereka yang beragama Islam dan tak melakukan ibadah puasa, seringkali ditemukan sembunyi-sembunyi menikmati makanan. [kar]

Tags: