Penghuni Liponsos Surabaya Dijamin Stabil

Penghuni-Lingkungan-Pondok-Sosial-Liponsos-Keputih-meninggal-karena-faktor-usia-dan-mempunyai-penyakit-dalam-Jumat-133.-[Gegeh-Bagus/bhirawa].

Penghuni-Lingkungan-Pondok-Sosial-Liponsos-Keputih-meninggal-karena-faktor-usia-dan-mempunyai-penyakit-dalam-Jumat-133.-[Gegeh-Bagus/bhirawa].

Surabaya, Bhirawa
Meski tiap bulan ada pemulangan  dan kematian penghuni Lingkungan Pondok Sosial (Liponsos) Keputih, namun tak menurunkan jumlah huniannya.  Setiap hari di lembaga penanganan PMKS milik Pemkot  ini selalu  ada yang meninggal lantaran terkena penyakit dan juga faktor usia. Dalam awal tahun 2014 sampai Maret 2015 penghuni yang meninggal mencapai 365 jiwa.
Kepala UPTD Liponsos Keputih, Sri Supatmi mengatakan, meski tiap bulan ada 50 jiwa yang dipulangkan ke daerah asalnya, namun itu tidak mempengaruhi jumlah penghuni yang sudah overload. Selain itu angka penhuni yang meninggal juga tidak sedikit, rata-rata 30 jiwa.
” Setiap hari yang meninggal juga ada, kalau dirata-rata perbulannya ada 30 jiwa. Dan yang meninggal itupun yang sudah tua maupun sakit-sakitan,” ujar Sri pada Bhirawa, Minggu (15/3).
Dari awal Januari 2015 sampai bulan Maret ini sudah mencapai 69 jiwa yang meninggal di Liponsos Keputih. Dari Bulan Januari 2015 ada 19 jiwa yang meninggal, Februari ada 29 jiwa, dan Maret ini sudah ada 21 jiwa. Kondisi Liponsos dipenuhi ratusan penderita sakit jiwa. Padahal UPTD Dinsos Surabaya ini tidak hanya untuk orang gila , tapi juga Gepeng, anjal, dan PSK.
Perlakuan penghuni Liponsos yang meninggal memang tak seperti layaknya orang yang meninggal. Semisal, diberi kapas disetiap lubang organ tubuh jenazahnya. Karena kebanyakan yang meninggal ini penderita psikotik (orang gila) tanpa adanya identitas, Sri memperlakukan jenazah layaknya agama Islam, yaitu dikafani.
” Kalau semisal yang meninggal ini ada keluarganya, kita taruh di musholla terlebih dahulu untuk diperlihatkan kepada keluarganya. Kita kafani karena mayoritas agama Islam, tidak dikasih kapas karena kapas hanya punya untuk obat-obatan, tapi tetap memakai prosedur islam,” imbuh Sri.
Proses pemakamannya, tambah Sri juga layaknya orang pada umumnya meninggal dunia, mulai disalati dan dimakam juga sudah tersedia mudinnya. ” tempat makamnya di Putat Jaya yang khusus untuk Mr X (tanpa identitas). Namun disana pakai sistem tumpuk dengan batu nisannya pakai nomer,” tambahnya.
Berdasarkan data Liponsos Surabaya jumlah total seluruh penghuni penampungan mencapai 1.398, jumlah itu sudah termasuk dalam kategori overload karena kapasitas seharunya hanya mampu menampung 500 orang.
Dirinya menuturkan, jumlah penghuni Liponsos kini mengalami overload hampir tiga kali lipat dari daya tampung. Pihaknya sudah berkordinasi dengan pemerintah daerah asal para orang gila tersebut. Namun banyak dari mereka menolak untuk dikirimi orang gila.
“Makanya jumlah orang gila terus bertambah di Surabaya, belum lagi tiap hari Satpol PP selalu membawa orang gila, setiap harinya sekitar 15-20 orang yang masuk di Liponsos ini,” ujarnya.
Menurutnya, dari jumlah penghuni Liponsos yang paling banyak adalah penderita psikotik yang mencapai 800 jiwa. Sisanya adalah gepeng, anjal, dan WTS. (geh)

Tags: