Pengorbanan Diananda Sukses Kibarkan Merah Putih di Negeri Jiran

Diananda Chairunnisa bersama ayahnya Zainudin menunjukkan dua medali emas dan satu perunggu SEA Games Malaysia 2017 di cabang olahraga panahan. [wawan triyanto]

Cerita Bapak dan Anak Peraih Medali SEA Games Asal Jatim
Surabaya, Bhirawa
Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya. Peribahasa itu tampaknya cocok diperuntukkan bagi Zaenudin dan Diananda Chairunnisa. Betapa tidak, bapak dan anak ini sukses mempersempahkan medali pada gelaran olahraga negara-negara ASEAN, SEA Games. Meski berbeda cabang olahraga, dua orang atlet Jatim ini sukses mengibarkan bendera merah putih berkat kerja kerasnya.
Kebahagian terlihat dari raut wajah Diananda Chairunnisa begitu menginjakkan kaki di Bandara Juanda, Jumat (25/8) malam. Dua keping emas dan satu perunggu SEA Games Kuala Lumpur 2017 yang melingkar di lehernya langsung ditunjukkan kepada kedua orang tuanya dan pengurus KONI Jatim maupun Surabaya yang menyambut kedatangan rombongan atlet panahan asal Surabaya.
Bagi Diananda bukan kali ini saja ia meraih medali di ajang multievent bergengsi level Asia Tenggara itu, pada SEA Games Laos dan Myanmar juga meraih emas, kemudian di Singapura merebut perak. Hanya saja semua medali itu direbut di nomor beregu.
Di SEA Games Kuala Lumpur Malaysia ini, mahasiswi jurusan psikologi Universitas Airlangga (Unair) itu melengkapi prestasinya dengan merebut emas dari nomor recurve perorangan putri. Pada partai final, Diananda mengalahkan pemanah Filipina Nicole Marie dengan skor 6-4.
Satu keping emas lainnya diraihnya di nomor recurve campuran. Ia berkolaborasi dengan sesama atlet Jatim Riau Ega Agatha. Duet pemanah asal Jatim itu mengalahkan Malaysia di partai final dengan skor akhir 5-3.
“Sudah beberapa kali dapat emas SEA Games, tapi untuk yang di Kuala Lumpur lebih terasa bangganya karena bisa meraih di nomor perorangan, walaupun banyak pengorbanan untuk mewujudkannya,” kata putri pasangan dari Zaenudin dan Ratih Widiyanti itu.
Memang untuk meraih prestasi itu, Diananda harus berlatih ekstra keras dan mengorbakan kepentingan pribadinya. Seperti jarang bertemu keluarga dan harus bolos kuliah  selama hampir enam bulan karena ia harus mengikuti Pelatnas.
Akibatnya ia harus kerja keras untuk mengejar ketertinggalannya di beberapa studi mata kuliah. Itulah mengapa saat libur latihan ia memilih terbang ke Surabaya untuk bisa kuliah. “Alhamdulillah semua pengorbanan itu membuakan hasil dan sekarang saatnya saya fokus kuliah karena bagi saya pendidikan itu penting,” katanya.
Jika dirunut dari keluarga, sebenarnya ayah Diananda adalah seorang atlet silat yang meraih medali perak pada SEA Games Thailand 1993 dan Vietnam 2003. Darah atlet inilah yang akhirnya membawa Diananda mengikuti jejak sang ayah, menjadi seorang atlet.
Saat masih duduk di bangku SD, Diananda sering ikut berlatih pencak silat bersama sang ayah. Namun karena ada beberapa saudaranya berlatih panahan, ia juga turut berlatih setiap minggu sekali. “Saat disurun memilih, saya pilih panahan karena bisa meraih lebih dari satu emas, sedangkan silat hanya maksimal satu emas dan badan sakit semua karena harus adu pukul,” katanya polos.
Sang ayah Zainudin mengaku tidak pernah memaksakan kehendak agar putrinya mengikuti jejaknya. Ia hanya memberikan dorongan agar Diananda serius berlatih panahan dan meraih prestasi seperti saudaranya yang lain.
Hal lain yang membuatnya bangga adalah anaknya bisa meraih emas SEA Games, sedangkan dirinya hanya meraih perak. “Saya akui sangat berat meraih emas di SEA Games dan saya berharap dia (Diananda) tidak cepat puas dengan prestasi ini, tapi ia harus meraih prestasi di level yang lebih tinggi lagi,” kata Zainudin yang juga staf Dispora Jatim itu.
Sementara itu Ketua Harian KONI Jatim, M Nabil mengaku bangga dengan pencapaian atlet-atlet binaannya di SEA Games 2017. “Ini sesuai target dan visi kami. Kami tidak berhenti di pembibitan dan pembinaan untuk Jawa Timur, tapi kami sudah berbicara pembibitan atlet nasional dan internasional,” katanya. [Wawan Triyanto]

Tags: