Penguatan Literasi Berbasis Keluarga dan Masyarakat untuk Kesejahteraan

Drs Sudjono MM

Oleh :
Drs Sudjono, MM
Pustakawan Ahli Utama Perpustakaan Nasional

Sejarah peradaban menunjukkan bahwa bangsa yang maju tidak dibangun hanya dengan mengandalkan kekayaan alam yang melimpah dan jumlah penduduk yang banyak. Bangsa yang besar ditandai dengan masyarakatnya yang literat, yang memiliki peradaban tinggi.
Keberliterasian ini bukan hanya masalah bagaimana suatu bangsa bebas dari buta aksara, melainkan juga bagaimana warga bangsa memiliki kecakapan hidup agar mampu bersaing dan bersanding dengan bangsa lain untuk menciptakan kesejahteraan dunia.
Bangsa dengan budaya literasi tinggi menunjukkan kemampuan bangsa tersebut berkolaborasi, berpikir kritis, kreatif, komunikatif sehingga dapat memenangi persaingan global.
Istilah literasi dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Inggris literacy yang secara etimologi berasal dari bahasa Latin literatus, yang berarti orang yang belajar. Dalam bahasa Latin juga terdapat istilah littera (huruf) yaitu sistem tulisan dengan konvensi yang menyertainya. Pengertian menurut National Institut for Literacy adalah kemampuan seseorang untuk membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian yang diperlukan dalam pekerjaan, keluarga dan masyarakat. Sementara menurut Education Development Center (EDC) literasi diartikan sebagai kemampuan individu untuk menggunakan potensi serta skill yang dimilikinya, dan tidak sebatas hanya kemampuan baca tulis saja.
Literasi secara umum adalah kemampuan individu mengolah dan memahami informasi saat mereka membaca atau menulis. Literasi lebih dari sekadar kemampuan seseorang untuk membaca dan menulis, tingkat literasi akan tercermin dari akumulasi pengetahuan bahasa tulis dan lisan yang memerlukan serangkaian kemampuan kognitif, dan kemampuan menganalisis yang kemudian akan dimanfaatkan untuk bekal menghadapi tantangan kehidupan.
Menurut UNESCO yang dimaksud dengan literasi adalah seperangkat keterampilan nyata, khususnya keterampilan kognitif membaca dan menulis, yang terlepas dari konteks di mana keterampilan itu diperoleh dari siapa serta cara memperolehnya. Lebih dari sekadar ketertarikan mengisi waktu luang dengan membaca, yang dimaksud literasi meliputi kemampuan membaca dan menulis serta kemampuan untuk mengenali dan memahami ide-ide yang disampaikan secara visual (video, gambar).
Singkatnya, budaya literasi sangat dibutuhkan di masyarakat untuk membantu memberdayakan dan meningkatkan kualitas individu, keluarga, dan masyarakat karena budaya literasi memiliki sifat “Multiple Effect”
Peran Keluarga Membangun Literasi
Pencapaian tingkat literasi yang memadai sudah barang tentu bukan diperoleh secara instant. Literasi bukanlah kemampuan yang bisa ditransplantasikan secara tiba-tiba kepada seseorang seperti layaknya sebuah barang. Literasi adalah kemampuan yang tumbuh sedikit demi sedikit, dan dilatih perkembangannya dalam habitat yang kondusif, yaitu keluarga, sekolah, komunitas, lingkungan teman sebaya, dan lain-lain.
Dibandingkan lembaga sosial lain, keluarga memegang peranan kunci dalam upaya pengembangan literasi. Sosialisasi dalam keluarga dan sejauhmana orang tua mampu menjadi role model bagi anak-anaknya adalah factor yang menentukan sejauhmana masing-masing anggota keluarga mampu mengembangkan tingkat literasi yang memadai.
Sebuah keluarga yang menafikan ati penting literasi dan lebih banyak mengisi hari-hari anaknya dengan aktivitas rekreatif yang tanpa arah, bukan tidak mungkin anak-anaknya akan tumbuh menjadi individu yang tidak gemar membaca -apalagi memiliki literasi yang diharapkan. Di kalangan sebagian keluarga, cara pandang orang tua yang berusaha menebus kesalahan dengan memberi kebebasan anak bermain karena terlalu aktif bekerja dan sehari-hari kurang memperhatikan anak, sesungguhnya bisa menjadi titik awal yang salah. Alih-alih anaknya akan tumbuh dengan kesadaran dan kemandirian menghargai aktivitas membaca, bukan tidak mungkin anak-anak dalam keluarga seperti ini justru tumbuh menjauhi buku.
Sebaliknya sebuah keluarga yang memiliki kesadaran untuk mendidik anak-anaknya akan arti penting literasi, niscaya peluang anak-anaknya tumbuh sebagai individu yang gemar membaca dan memiliki tingkat literasi yang baik akan lebih berpeluang muncul. Dengan memberi kesempatan anak-anaknya membaca yang menyenangkan (reading for pleasure), maka cepat atau lambat anak-anak mereka akan tumbuh on the track.
Hal yang terpenting dari literasi bukan sekadar seseorang harus bebas buta aksara atau melek huruf (bisa baca-tulis) agar mampu memahami semua konsep fungsionalnya. Kunci terpenting dari upaya membangun literasi adalah bagaimana sejak dini anak dalam keluarga memperoleh kesempatan menumbuhkan kemampuan dasar ketrampilan bahasa yaitu membaca dan menulis, serta bagaimana memanfaatkan apa yang mereka ketahui untuk menghadapi tantangan kehidupan.
Peran Masyarakat
Saat ini gerakan dan upaya membangun literasi yang memadai telah digagas dan dikembangkan kepada seluruh lapisan masyarakat, sebab pada dasarnya merupakan hak setiap orang untuk belajar sepanjang hayat. Dengan meningkatkan kemampuan literasi masing-masing individu diharapkan dapat memberdayakan dan meningkatkan kualitas hidup baik itu secara individu, keluarga maupun dalam masyarakat.
Meski pun upaya membangun literasi telah dikembangkan dalam keluarga dan menjadi tanggungjawab orang tua, namun dalam praktik ikhtiar untuk meningkatkan literasi akan lebih berpotensi berkembang jika mendapatkan dukungan masyarakat secara luas. Di era perkembangan masyarakat seperti sekarang ini, beberapa hal yang perlu didorong perkembangannya oleh masyarakat adalah:
Pertama, bagaimana menumbuhkan literasi yang tidak hanya berkaitan dengan bacaan cetak, tetapi juga literasi digital, yaitu kemampuan seseorang untuk mengakses informasi digital dan kemudian memanfaatkannya bagi kehidupan social-ekonominya di masyarakat.
Kedua, bagaimana menumbuhkan literai kritis (critical literacy). Literasi kritis adalah cara mengevaluasi teks termasuk dari perspektif penulis atau maksud dari teks, alasan teks ditulis dari perspektif tertentu, dan alasan tertentu dari elemen yang berkaitan dengan teks yang dikonsumsi, sehingga seseorang tidak akan mudah menelan menth-mentah kebenaran sebuah informasi sebelum melakukan verifikasi.
Literasi kritis pada intinya bertujuan melakukan pemberdayaan masyarakat bukan sekadar sebagai konsumen informasi pasif, tetapi sekaligus sebagai pembaca yang kritis terhadap berbagai konten yang mereka akses, sehingga bisa membedakan apa yang perlu dipahami dan percayai dalam teks.
Pada saat di dunia maya terjadi ledakan atau bom informasi yang luar biasa pesat, warga masyarakat yang tidak didukung dan memiliki literasi kritis, bukan tidak mungkin terjebak dalam pusaran informasi yang sekadar hoaks, atau informasi yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Menuju Kesejahteraan
Penguatan literasi sesungguhnya bukan hanya untuk meningkatkan budaya baca, tetapi dampak berikutnya dengan melakukan penguatan literasi masyarakat melalui perpustakaan desa maupun Taman Baca Masyarakat (TBM) juga diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan kecakapan hidup (life skill) masyarakat seperti pelatihan daur ulang sampah, salon, tata boga, seni, komputer, dan sebagainya. Dengan keterampilan yang dimiliki, masyarakat bisa lebih kreatif, lebih berdaya, dan tentunya lebih sejahtera.
Apa yang terjadi dengan masyarakat Samin di Bojonegoro yang kian berdaya secara ekonomi juga tidak bisa dipisahkan dengan keberadaan Perpustakaan Desa Margomulyo berikut dengan TBM-nya yang telah memberi inspirasi bagi warga Samin untuk mengembangkan kerajinan dan produk olahan makanan. Demikian dengan juga keberadaan Perpustakaan Desa Gampingan Kecamatan Pagak Kabupaten Malang juga terbukti telah memberdayakan masyarakat setempat. Perpusdes Gampingan memiliki kegiatan pengembangan seperti rumah edukasi, pendampingan untuk kelompok wanita tani (KWT), kelompok wanita kreatif (KWK), kelompok tani (poktan), budi daya ikan lele, hingga pengelolaan bank sampah. Misi utamanya tetap untuk mengajak masyarakat untuk gemar membaca. Namun, di sisi lain juga turut mendorong pemberdayaan masyarakatnya.
———- *** ———–

Tags: