Penguatan Pendidikan Karakter dalam 4C

Oleh :
Nur Cholissiyah
Guru SMP Negeri 3 Kedungadem, Bojonegoro

Menurut survey Politic and Economic Risk Consultant (PERC) Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara Asia. Posisi Indonesia di bawah Vietnam. Data yang dilaporkan The World Economic Forum Swedia (2000), Indonesia menduduki urutan ke-37 dari 50 negara yang di survey dunia.
Dari data di atas bahwa perlu ada perubahan dalam hal strategi pendidikan yang mampu mereduksi isu-isu tersebut. Kalo pada masa lalu penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah efektifitas, efisiensi dan standarisasi pengajaran. Setelah standarisasi pengajaran itu dijadikan pengarusutamaan dalam menjalankan sistem pendidikan, sehingga ditindaklanjuti dengan adanya standar nilai minimal yang harus dibuat masing masing satuan pendidikan. Akan tetapi setelah hampir satu dasawarsa toh pada saat ini mutu pendidikan di Indonesia masih menemui jalan buntu. Karena di rasa upaya penstandaran pendidikan itu juga memicu polimik bagi guru, peserta didik dan masyarakat.
Hal ini dirasa kurang manusiawi, dengan dalih tidak semestinya kurikulum yang diterapkan memaksa anak pandai dan menyenangi dalam semua mata pelajaran. Setelah UN di jalankan juga muncul pemikiran bahwa kelulusan selama 3 tahun kurang adil ketika hanya di tentukan oleh mapel tertentu. Padahal masing-masing peserta didik memiliki bakat dan minat yang tidak sama. Sehingga pada saat ini muncul lagi isu penghapusan UN karena terlalu membebani peserta didik, pendidikan nampak seperti mengancam sehingga berbagai upayapun dikerahkan sehingga dalam pembelajaran peserta didik hanya terpaku pada soal-soal , sehingga pembelajaran yang memberikan ruang untuk mengeksplorasi bakat dan minta anak menjadi terpasung dikarenakan persiapan Ujian Nasional. Oleh karena itu upaya selanjutnya adalah adanya penelusuran minta dan bakat seperti yang samapaikan oleh cawapres no urut 02 Sandiaga Uno dalam debat lusa. Penulusuran minta dan bakat ini. Maka dari uraian diatas dapatnya kita memantik penstandaran juga membuat peserta didik dan warga masyarakat menjadi terbebani.
Terlepas dari beban yang disarikan dalam wacana pendidikan Indonesia kedepan. Maka yang perlu dikaji juga masalah efektifitas strategi pendidikan yang dibutuhkan untuk saat ini adalah strategi pengajaran yang lebih memberi ruang peserta didik untuk mengeksplor pelbagai pengetahuan, cipta, karsaanya dan mengembangkan nalar melalui 4C yaitu Creative (kreatif), Curiosity (rasa ingin tahu), Comunicative (komunikatif), dan Colaborative (berkolaborasi). Strategi pembelajaran yang berasal dari Finlandia ini dirasa juga dapat di kolaborasikan dalam pendidikan di sekolah maupun diperguruan tinggi. 4C ini sudah terbukti mampu mengantarkan pendidikan di negara Finlandia ini menduduki peringkat pendidikan terbaik dunia. Berkata dari kesuksesan negara Finlandia maka strategi 4C perlu juga kita tumbuhkembangkan di sekolah. Hal ini perlu berkolaborasi berbagai pihak untuk mematangkan pemahaman dan mengoptimalkan ketrampilan yang harus dimiliki peserta didik. Inklusivitas lembaga pendidikan dalam pembelajaranpun tak dapat dibenarkan. Karena memang pengarusutamaan pendidikan yang dibutuhkan saat ini adalah sistem pendidikan yang manusiwi, memanusiakan manusia, merdeka dan bahagia dan tentunya tetap dalam koridor penguatan karakter.
Penguatan Pendidikan karakter menjadi syarat harus terus ditumbuh-kembangkan di sekolah. Dengan asumsi bahwa penguatan karakter itu sama halnya penguatan budaya. Budaya yang membawa pengaruh yang hebat bagi perkembangan mental, sosial dan spiritual serta penguasaan dari sisi kognitif maupun psikomorik. Budaya yang mampu menjadikan peserta didik menjadi sebuah prilaku berkarakter. Misalnya pengarusutamaan pendidikan karakter wirausaha. Karakter wirausaha menjadi pematik adanya pola pendidikan yang tidak mengarah seseorang mencari lowongan pekerjaan. Yakni karakter ini mampu mereduksi berbagai image bahwa ketika sekolah itu anak hanya di jejali dengan konsep konsep saja. Akan tetapi pembelajaran mampu mengintegrasikan rencana pembelajaran di sekolah dengan kewirausahaan. Yaitu karakter yang menjadikan dimiliki lulusan mampu menciptakan lowongan pekerjaan sendiri. Kewirausahaan juga mudah menjadi tren yang mampu kita kembangkan manakala tiada ketersediaan lowongan kerja. Pengkolabarasian antara metode pembelajaran 4C dirasa sejalan dengan berbagai penanaman karakter seperti karakter Creative (kreatif). Tentunya karakter kreatif ini menekankan pada upaya dimana sebuah pengajaran itu mampu menumbuhkan daya kreatifitas peserta didik. Dalam setiap kompetensi dasar mampu memproduksi hasil-hasil pembelajaran yang sesuai kompetensi yang dipelajarinya.
Sementara karakter Curiosity (ingin tahu) dalam 4C pun sangat relevan, Bagaimana menciptakan pembelajaran merangsang peserta didik untuk memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sesuatu pengetahuan. Maka sangatlah tepat manakala penguatan karakter ingin tahu juga menjadi landasan dimana pembelajaran di sekolah. Karena tidak semua mata pelajtran yang disuguhkan pada peserta didik itu mampu menarik perhatian mereka, Maka perlu sekali strategi yang diimplintasikan dalam bentuk menumbuhkan rasa ingin tahu.
Sedangkan kata Communication (komunikatif) dalam 4C adalah sebuah upaya yang perlu dilakukan menumbuhkan komunikasi yang sehat antara guru dan Peserta didik mampun peserta didik dengan peserta didik ataupun peserta didik dengan masyarakat. Pentingnya memfasilatasi kesempatan berkomunikasi menjadikan pembelajaran lebih manusiawi. Karena pemahaman yang dapat di peroleh itu bukan teacher center ataupun merupakan bentuk penjejalan materi. Akan tetapi sebuah upaya yang merangsang anak untuk menumbuhkan kepiawaian dalam berkomunikasi sehingga terkonstruksi multilevel pemahaman secara tidak langsung.
Kemudian huruf C yang terakhir adalah Colaborative (kolaborasi) adalah penguatan karakter mampu berkolabarasi dengan teman sejawat, mampu berkolabarasi dengan guru, dan tidak menutup kemungkinan adalah mampu berkolaborasi dengan pihak-pihak masayarakat luas, sehingga upaya pencapaian kompetensi dalam pembelajaran dengan mudah terealisasi. Dari berbagai perubahan wacana, upaya dan langkah perbaikan pendidikan sesungguhnya harus terus diupayakan dalam ikhtiar perbaikan kualitas pendidikan di Indonesia dengan tetap mengokohkan menguatkan pendidikan karakter tentunya.

———- *** ———–

Tags: