Pengungsi Kelud Diserang ISPA dan Diare

gunung-kelud4Status Gunung Kelud Turun ke Awas Level 1
Malang, Bhirawa
Kondisi pengungsi yang saat ini berada di titik-titik pengungsian di Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang rata-rata menderita sakit Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dan diare. Mereka tersebar di beberapa titik pengungsian seperti di SDN Lor 1 Pujon, serta di SMP 1 Pujon.
Para pengungsi yang sakit tersebut telah mendapat perawatan dari tim medis seperti tim medis pasukan marinir yang bermarkas di Surabaya.
Menurut Komandan Pasukan Marinir Kolonel Siswoyo, tim medis dari marinir di Pujon sebanyak 17 personel sudah membantu penanganan pengungsi yang sakit. “Pengungsi rata-rata menderita ISPA dan diare,” katanya, Minggu (16/2).
Dijelaskan Siswoyo sebanyak 1.000 personel pasukan marinir akan membantu membersihkan jalan dan rumah warga dalam dua tiga hari ke depan.
Selain itu, pasukan juga akan membantu pengamanan di malam hari agar warga tidak menetap di rumah. Saat ini, para pengungsi diperbolehkan pulang di waktu siang untuk membersihkan rumahnya dari debu. Namun, mereka diharuskan kembali ke pengungsian pada malam hari.
Jumlah pengungsi di Kecamatan Pujon hingga Minggu (16/2) siang mencapai 8.091 jiwa. Pengungsi tersebut tersebar di 10 desa yang ada di wilayah Pujon.
Mereka berada di Desa Pandesari, Pujon Lor, Ngroto, Pujon Kidul, Ngabab, Tawangsari, Wiyurejo, Madirejo, Sukomulyo, dan Bendosari. Sementara jumlah warga yang masih hilang saat ini mencapai 28 orang.
Sementara data korban meninggal dunia di Kecamatan Pujon hingga kemarin diketahui 7 orang.
Setelah erupsi Kamis malam lalu, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Minggu kemarin menurunkan status Gunung Kelud dari Awas level 4 ke Awas level 1.
Hasil monitoring PVMBG hingga sore kemarin menyebutkan, Gunung Kelud mengeluarkan kepulan asap putih bertekanan lemah dengan ketinggian maksimal 1000 meter, yang condong ke arah utara dan terjadi kegempaan tercatat 14 kali embusan tremor.
Meskipun status Gunung Kelud diturunkan, kawasan zona bahaya harus tetap steril dari warga.
Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Budiman mengatakan telah menempatkan anggotanya untuk memastikan pengungsi tidak memasuki zona steril.
Menurutnya, potensi lahar dingin yang mulai mengalir harus diwaspadai. Sementara para pengungsi yang tinggal di luar zona steril sudah diperbolehkan pulang.
Gubernur Jatim Dr H Soekarwo SH,MHum saat mengunjungi pengungsi di Balai Pertemuan Desa Tawangsari, Kec Garum Kabupaten Blitar kemarin meminta warga tak nekat kembali ke rumah karena status Gunung Kelud masih berstatus Awas atau masih dalam kondisi membahayakan.
“Untuk warga yang daerahnya bisa dikatakan aman, diperbolehkan kembali ke rumah masing-masing. Jika kondisi Gunung Kelud membahayakan kembali, mereka akan dievakuasi lagi ke posko pengungsian,” ujarnya.
Di Balai Pertemuan Desa Tawangsari, Kecamatan Garum sedikitnya terdapat 1.000 jiwa yang berhasil dievakuasi pada Kamis (13/2) malam.
Bupati Blitar H Herry Noegroho SE, MH mengatakan pada saat terjadinya letusan Gunung Kelud, Pemerintah Kabupaten Blitar mencatat sedikitnya ada 28 ribu pengungsi yang berhasil dievakusi pada malam itu juga. Kemudian jumlah pengungsi berangsur berkurang pada Jumat pagi (14/2)  menjadi hanya 2.070 jiwa. Selain itu diakuinya sebagian masyarakat memilih untuk kembali lagi ke rumah mereka masing-masing karena menganggap kondisi sudah tidak membahayakan.
“Namun kami akan tetap mengupayakan untuk meminta warga kembali dan bertahan di pengungsian setidaknya sampai 2 hari pasca letusan mengingat kondisi belum aman dengan radius steril 10 km,” terang H Herry Noegroho.
Hujan yang turun di sekitar Gunung Kelud dimanfaatkan warga untuk membersihkan abu vulkanik yang ada di atap dan sekitar rumahnya.
Meski keluarga berada di pengungsian, sebagian khususnya yang laki-laki memilih kembali ke rumah membersihkan abu.
“Mumpung ada hujan, jadi bisa bersihkan rumah,” ujar Wardi, warga di Sugihwaras yang berada kurang dari 10 kilometer dari Gunung Kelud kemarin.
Diketahui, pengungsi di Balai Desa Janti dan Sumber Agung, Kecamatan Wates, Kediri mulai banyak yang pulang. Mereka nekat pulang karena ingin melihat kondisi rumah mereka yang ditinggal mengungsi.
Padahal desa mereka masih berada di daerah berbahaya karena jarak dengan Gunung Kelud kurang dari 10 kilometer.
Sementara itu, kondisi jalan di Kota Tulungagung yang dipenuhi abu vulkanik kini mulai berangsur-angsur dibersihkan. Selain warga, sejumlah aparat TNI dari Kodim 0807 Tulungagung juga ikut membersihkan jalan raya dari abu vulkanik, seperti yang terlihat di Jl Pahlawan Kota Tulungagung dekat Stadion Rejoagung Minggu kemarin.
Aparat TNI  yang mengenakan seragam doreng-doreng ini menggunakan alat-alat pembersih sederhana seperti sekop dan sapu lidi untuk membersihkan jalan utama poros Tulungagung-Kediri itu. Lain dengan yang dilakukan oleh personel Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Pemkab Tulungagung. Mereka mengerahkan mobil pemadam kebakaran untuk membersihkan abu vulkanik di jalanan Kota Tulungagung. Utamanya jalan-jalan protokol.
Rencananya, petugas kebersihan dari Dinas PU Bina Marga dan Cipta Karya Pemkab Tulungagung bakal pula membersihkan jalan-jalan provinsi pada Senin (17/2) hari ini. Hal ini dilakukan setelah semua jalan protokol utama di Kota Tulungagung selesai dibersihkan. [wed.cyn.htn]

Data Korban Meninggal  di Posko Pengungsian Pujon, Kabupaten Malang
1. Sairi (70), warga Desa Pandansari, RT 12 RW 04, Kecamatan Ngantang, penyebab karena kejatuhan plafon.
2. Pontini (73), warga Dusun Plumbang, Pandansari, Ngantang, meninggal di Puskesmas Pujon karena sakit sesa nafas.
3. Sanusi (80), warga Dusun Plumbang, Pandansari, Ngantang, ditemukan meninggal di Kusuma Husada.
4. Mbok Nasiah/Mbok Yah, Dusun Sambirejo, Pandansari, Ngantang, meninggal dunia karena kejatuhan plafon.
5. Sumadi (54), warga Dusun Krajan, Wiyurejo, Pujon, sakit sesak nafas.
6. Muntiah (77), Dusun Sumberagung, Ngadirejo, Ngantang, karena sesak nafas.

Ket: Data dihimpun hingga Minggu (16/2) siang

Tags: