Pengusaha Angkutan Tak Risau Premium Dicabut

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Rencana pencabutan peredaran bahan bakar minyak (bbm) jenis premium pada tahun 2019 tidak terlalu dirisaukan oleh pengusaha angkutan barang. Tetapi dampak pencabutan akan berimbas kepada perusahaan yang bergerak kepada jasa titipan. Karena sebagian besar armada yang digunakan merupakan kendaraan berbahan bakar premium.
Tony Riswahyudi Manajer Balarich Logistik yang bergerak kepada jasa pengiriman barang mengatakan pihaknya tidak terlalu risau dengan di cabutnya Premium di tahun 2019. Karena sebagaian besar armada yang digunakan mesin disel. Justru yang paling berdampak seperti perusahaan jasa titipan yang lebih leluasa masuk ke kampung-kampung.
“Armada seperti Suzuki APV atau Daihatsu Grandmax yang dimiliki perusahaan jasa titipan yang bakal paling merasakan pencabutan premium. Karena operasional kendaraan 80% bergantung di bahan bakar, selebihnya adalah perawatan rutin dan penggantian oli. Perkiraan saya, jika Premium di cabut ongkos jasa titipan bisa mengalami kenaikan 30% dari harga sekarang,” katanya di ruang kerjanya, Selasa (19/4) kemarin.
Perincian kenaikan tersebut terdiri dari kenaikan BBM sebesar 20%, sedangkan sisanya merupakan kenaikan operasional dari kendaraan itu. Dari kenaikan 30% maka dampaknya bisa berpengaruh kepada restrukturisasi pekerja. Karena perusahaan bakal menanggung UMR yang setiap tahun mengalami kenaikan, di tambah dengan di cabutnya Premium.
“Premium di cabut, efeknya luar biasa pengurangan tenaga kerja akan menjadi opsi terakhir apabila laba yang diperoleh sangat minim yang dapat mengganggu cash flow dari modal usaha. Dan UMR yang naik setiap tahunnya, menjadi alasan yang paling masuk akal,” jelasnya.
Kesempatan dicabutnya Premium pada 2019 bisa menjadi kesempatan produsen mobil sekelas Suzuki dan Daihatsu untuk berbenah. Termasuk masuk dalam pasar mesin disel, karena peluang ini masih belum dimanfaatkan maksimal oleh produsen mobil Jepang. Hanya produsen mobil India melalui Tata Mobil yang sudah menangkap peluang ini.
“Meskipun premium dicabut, peluang ini masih terbuka lebar untuk produsen mobil bergeliat membidik mesin disel untuk mobil yang bisa keluar masuk jalan kampung. Termasuk perusahaan BUMN seperti PT Pos Indonesia mulai bisa untuk mengganti armada ke mesin disel,” terangnya. [wil]

Tags: