Pengusaha Maritim Keluhkan ‘Eksportir Siluman’

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Surabaya, Bhirawa
Pelaku usaha (eksportir) kemaritiman Andi Syahdatul Bariah MM mengeluhkan “eksportir siluman” yang merusak bisnis kemaritiman hingga negara tujuan bisa menerapkan sanksi untuk semuanya.
“Itu kita alami dengan Rusia, karena negara tujuan itu akhirnya menghentikan pasokan ikan tuna dari 100 lebih eksportir asal Indonesia,” katanya dalam seminar FE Universitas dr Soetomo (Unitomo) di Surabaya, Jatim, Selasa Alumni FE Unitomo yang kini memimpin CV Prima Indo Tuna, Makassar itu mengaku pihak Rusia akhirnya melakukan verifikasi dan hanya mengizinkan delapan dari 100-an eksportir untuk memasok ikan tuna ke negara itu.
“Alhamdulillah, perusahaan menjadi salah satu dari delapan perusahaan eksport itu, tapi eksportir siluman itu sangat merusak dan mengganggu bisnis kami, karena mereka tidak punya izin dan tidak punya perusahaan, tapi bisa ekspor, padahal pengawasan juga ketat,” ungkapnya.
Oleh karena itu, ia meminta Kementerian Perikanan dan Kelautan untuk menertibkan “eksportir siluman” itu agar bisnis kemaritiman berkembang pesat dan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia akan terwujud karena kepercayaan.
“Yang juga menghambat kami sebagai eksportir murni adalah aturan yang terlalu banyak, karena kami sudah tercatat eksportir tapi ekspor ke Eropa, Tiongkok, Amerika, Rusia, Thailand, dan seterusnya harus ada izin satu per satu, padahal di negara lain tidak serumit di sini,” ujarnya.
Selain itu, alumni Jurusan Akuntasi FE Unitomo itu juga meminta pemerintah untuk mengutamakan pembinaan atau pemberdayaan nelayan, karena mayoritas nelayan Indonesia tidak berpendidikan.
“Mereka tidak bisa diberi larangan ini-itu, karena mereka tidak mengerti dan hanya berpikir pintas, misalnya, nelayan banyak yang memilih untuk menjual di tengah laut kepada kapal berbendera Indonesia, tapi milik asing daripada langsung menjual ke industri,” ucapnya.
Namun, saat dirinya melakukan pembinaan kepada nelayan akhirnya bisa mengerti dan percaya kepada perusahaannya yang kini telah berkembang menjadi dua perusahaan.
“Kalau pemerintah melakukan pembinaan, saya kira juga akan mendukung perkembangan sektor kemaritiman kita. Buktinya, saya bisa berkembang hanya dengan modal Rp2 juta,” kata Andi Syahdatul Bariah yang akrab disapa Ana itu.
Seminar yang dibuka Rektor Unitomo Bachrul Amiq itu juga menampilkan narasumber yakni pakar kemaritiman ITS Prof Daniel M Rosyid PhD MRINA dan Kepala Bidang Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil pada Dinas Perikanan dan Kelautan (Diskanla) Jatim Fatkhur Rozaq.
“Saya setuju dengan Bu Ana, karena itu Gubernur Jatim Soekarwo sudah menyurati Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti agar tidak langsung memberlakukan peraturan tanpa pembinaan dan sosialisasi. Khusus Permen 01 dan Permen 01, Jatim minta waktu hingga Desember 2015,” kata Fatkhur Rozaq.
Di sela seminar bertajuk “Meneropong Pembangunan Perekonomian Indonesia Berbasis Kemaritiman” itu, Rektor Unitomo Bachrul Amiq menyetujui usulan Prof Daniel M Rosyid (Guru Besar Teknik Kelautan ITS Surabaya) untuk mengonsentrasikan FE Unitomo pada ekonomi kemaritiman. [tam,ant]

Tags: