Peningkatan Daya Saing IKM Kota Probolinggo, DKUPP Latih Bordir Batik

Salah satu peserta pelatihan bordir batik.[wiwit agus pribadi/bhirawa]

Kota Probolinggo, Bhirawa.
Pemerintah Kota Probolinggo terus mendukung dan menyediakan fasilitas untuk pengembangan dan meningkatkan nilai tambah dan saing produk di dalam sentra IKM. Melalui Dinas Koperasi, Usaha Mikro, Perdagangan dan Perindustrian (DKUPP) setempat banyak pelatihan yang digelar. DKUPP menggelar Pelatihan Baju Batik Bordir Kota Probolinggo di aula Orin Resto & Hall.

Sebanyak 30 peserta terdiri dari 18 orang dari Sentra Batik Baremi dan 12 orang dari Sentra Batik di 5 kecamatan. Acara juga dihadiri oleh narasumber yaitu dari Rizaa Bordir, Afiva Toenisaa. Dalam giat yang didanai oleh DAK Non Fisik pengembangan kapasitas kelembagaan sentra IKM 2022 tersebut, juga diberikan bahan menjahit untuk seluruh peserta yang hadir.

Dalam Peraturan Pemerintah nomor 29 tahun 2018 tentang pemberdayaan industri, bahwa penguatan kapasitas kelembagaan sangat penting untuk mewujudkan IKM yang berdaya saing. Batik merupakan wujud dari hasil cipta dan karya seni yang diekspresikan pada desain motif kain, pakaian, sarung, dan kain dekoratif lainnya.

Sejalan dengan berkembangnya nilai-nilai sosial dan budaya bangsa indonesia, Kepala DKUPP Fitriawati, Senin (28/11) menegaskan, batik menjadi hasil karya seni yang terus tumbuh dan berkembang. Bahkan pada saat ini telah menjadi kekayaan nasional yang sangat bernilai.

Masih menurut Fitriawati, dengan meningkatkan ketrampilan menjahit tentu diharapkan para pengrajin kain batik bisa lebih mempunyai nilai jual ekonomis lebih tinggi sehingga bisa meningkatkan perekonomian baik pribadi ataupun wilayah sekitarnya. Dengan tambahan bordir batik pasti akan memberikan sesuatu yang berbeda.

“Harapannya usaha di bidang bordir, ditambah dengan batik khas Probolinggo ini semakin diminati oleh banyak orang dan berkembang di lingkungan masyarakat sekitar. Serta kegiatan seperti ini akan kami terus adakan supaya meningkatkan keterampilan peserta,” harap Fitri.

Dalam giat tersebut Fitri juga menjelaskan bahwa Kota Probolinggo telah memiliki Rumah Batik. Diharapkan dengan adanya Rumah Batik yang terletak di Jalan Mastrip tersebut, Batik Kota Probolinggo bisa lebih dikenal lagi.

Lebih lanjut dikatakannya, Rizza Bordir yang didirikan oleh Afiva Toenisaa sejak tahun 1989 masih bertahan sampai saat ini. Perajin ini diklaim menjadi cikal bakal sentra bordir di Kota Probolinggo.

Mohammad Dullah, anggota Tim Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) Ristek Dikti dari Universitas Wisnuwardhana (Unidha) Malang mengatakan, untuk menjalankan operasionalnya saat ini Rizza Bordir dibantu 12 orang pekerja profesional.

Dullah mengatakan, perusahaan milik Afiva Toenisaa yang akrab disapa Bu Yunan ini berbentuk CV. Rizza Bordir hingga kini masih mempertahankan model Karawangan yang merupakan bordir khas Kota Probolinggo. Selain sering diikutkan pameran, produk bordir ini sudah langganan dipasarkan ke luar negeri.

Kota Probolinggo pada awalnya memiliki sentra industri bordir, akan tetapi pada tahun 1998 banyak perajin menutup usahanya karena tingginya harga bahan baku dan berkurangnya permintaan,” ungkap Dullah.

Menurutnya, terpaan berbagai cobaan tidaklah mudah dilalui oleh Rizza Bordir. Di tengah kondisi yang tidak menentu akibat pandemi yang menerpa dunia sejak 2020 dan tertutupnya berbagai akses pameran dunia yang menjadi penggerak utama berputarnya cost and benefit membuat industri ini terus berbenah.

Dullah menjelaskan, pembenahan yang dilakukan oleh Rizza Bordir mulai dari pembuatan produk bordir dengan karakter sederhana lewat jilbab, mukena, dan produk terbaru berupa baju bayi. “Kekuatan Rizza Bordir dengan ciri khas Karawangan tidaklah luntur sehingga wali kota Probolinggo memiliki cita-cita menghidupkan kembali sentra industri bordir yang dulu pernah ada Kota Probolinggo,” ujar dia.

Rencana menghidupkan kembali sentra bordir ini, lanjut Dullah, diamini oleh Bappeda Kota Probolinggo dan sebagai pelaksana kegiatan ini adalah Dinas Koperasi, UKM, Perdagangan, Perindustrian (DKUPP) dan Tim PPPUD Ristek Dikti Unidha Malang.

Selain dirinya, Dullah mengatakan, Tim PPPUD Unidha Malang terdiri dari Rachma Yuliana dan Zainullah. “Kami secara bersama-sama melakukan berbagai kegiatan dengan instansi terkait. Di antaranya pelatihan bordir, menjahit, pelatihan manajemen keuangan, dan kewirausahaan,” papar dia.

Tahun 2021 lalu, kata Dullah, DKUPP bersama dengan Tim PPPUD Unidha kembali bekerja sama. Kerja sama ini di antaranya melakukan planning dan time schedule kegiatan berupa persiapan kelompok sentra, pelatihan-pelatihan menjahit, dan membordir.

Upaya tersebut, lanjut Afiva, untuk menjaring peminatan dan usaha sejenis. Selain itu, guna mempersiapkan gerakan membordir bersama untuk memviralkan bahwa di Kota Probolinggo ada usaha bordir yang dikelola secara profesional.

“Rizza Bordir sebagai anggota Dekranasda mendukung perkembangan bordir Kota Probolinggo dengan memberikan pelatihan dan pendampingan calon wirausaha baru,” tegas dia. Dullah berharap kegiatan yang dirancang oleh berbagai elemen ini terwujud dan sukses besar. Hal ini demi mendukung UMKM bordir tetap eksis dan menjadi solusi bagi perekonomian masyarakat Kota Probolinggo.

Produk Rizza Bordir dapat dibeli di Gerai Dekranasda Kota Probolinggo di Jalan Ahmad Yani 103, sebelah timur Alun-alun Kota Probolinggo. Gerai ini buka Senin-Jumat dari jam 08.00-15.00. Untuk info lebih lanjut bisa menghubungi +62 822-3311-8038, +62 852-3145-2022, +62 821-4399-1720, serta via IG @dekranasdakotaprobolinggo.[wap.ca]

Tags: