Oleh :
Dede Fatchuroji
Pendidik di MAN 1 Kab. Serang; Alumnus Prodi PAI Program Pascasarjana UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten
Bung Hatta pernah berkata “dengan buku kau bebas memenjarakan aku di mana saja. Karena dengan buku aku bebas!” Bagi saya perkataan ini mengandung sebuah arti bahwa tidak menjadi persoalan jasadku terkekang dan terbelenggu di tempat yang sempit namun pemikiranku tidak akan pernah sempit selagi aku berteman dengan salah satu sumber pengetahuan yaitu buku.
Seharusnya seorang pelajar mampu meneladani perkataan founding father tersebut sebagai bentuk kecintaannya terhadap ilmu pengetahuan. Karena sejarah membuktikan maju dan mundurnya sebuah bangsa ditentukan oleh tingkat penguasaan informasi. Suatu hal yang mustahil orang menguasai informasi jika tidak membaca. Namun, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pelajar saat ini justru asyik dengan gadgetny. Tidak bisa dipungkiri di masa pandemi pembelajaran daring memerlukan gadget akan tetapi gadget yang seharusnya dipergunakan untuk media belajar justru digunakan untuk bermain game online hingga pada hal yang menakutkan mereka diperbudak oleh gadgetnya sendiri.
Hal tersebut menjadi kekhawtiran bagi orang tua dan guru, sehingga makna dari upaya peningkatan minat baca yang ingin diterapkan di sekolah adalah memimpikan seandainya buku dan pena itu seperti gadget. Setiap waktu, kapanpun di manapun dalam kondisi sepi dan ramai selalu dibawa dan dipergunakan oleh seluruh kalangan baik orang tua, remaja bahkan anak kecil yang belum masuk sekolah, sayangnya itu semua hanyalah mimpi yang belum menjadi kenyataan. Namun, bayangkan jika mimpi itu menjadi kenyataan pasti IQ anak bangsa akan meningkat dengan pesat. Dalam hal ini upaya mewujudkan mimpi tersebut dengan cara meningkatkan minat baca dan menulis pada lingkungan sekolah bagi pendidik dan peserta didik.
Tahap demi tahap upaya peningkatan minat baca pada peserta didik sebagai berikut:
Keteladanan Guru
Langkah awal dalam peningkatan minat baca di sekolah adalah teladan yaitu guru harus mampu menjadi teladan bagi peserta didik terkait membuat karya tulis dengan cara ketika hasil tulisan dimuat di media massa. Tulisan tersebut ditempelkan di mading sekolah, dari sanalah peserta didik akan menanyakan “pak bagaimana agar tulisan itu diterbitkan? Tulisan seperti apa saja yang layak diterbitkan? Guru cukup menjawaban pertanyaan tersebut, banyaklah membaca buku! Terkadang mereka akan menanyakan kembali buku apa? Buku apa saja yang kalian senangi!
Mading Kelas yang Aktif
Guru yang menjabat sebagai wali kelas menggagas untuk membuat mading kelas yang aktif dan selalu diupdate. Mading kelas harus selalu diisi dengan karya peserta didik setiap minggunya. Seminggu sekali tulisan-tulisan yang menepel di kelas tersebut dicopot dan dikoreksi oleh wali kelas, karya peserta didik tersebut seperti pantun, puisi dan cerpen.
Perpustaakan Kelas/Pojok Baca
Wali kelas dan guru yang lainnya meminta agar kelas dipenuhi dengan buku-buku bacaan, teknis pengumpulan buku tersebut siswa setiap satu bulan sekali membawa buku bacan yang mereka gemari lalu disimpan di perpustakaan kelas.
Hukuman
Hukuman atau sanksi bagi peserta didik yang memperoleh nilai ujian tengah semester di bawah nilai KKM yaitu untuk membeli buku yang mereka senangi lalu disumbangkan di perpustakaan sekolah agar menjadi ladang ibadah terlebih lagi untuk melengkapi buku bacaan yang ada di perpustakaan sekolah.
Menjalin Kerjasama
Menjalin kerjasama ini sangatlah penting. Pihak sekolah bekerjasama dengan pengurus OSIS agar memiliki program kerja mengaktifkan mading sekolah setiap kelas perminggu diwajibkan mengirimkan karya tulis berupa opini, artikel, puisi dan cerpen. Karena kewajiban tersebut para peserta didik yang masih merasa bingung dan belum bisa membuat karya maka walikelas intruksikan untuk menemui guru seni budaya dan bahasa Indonesia agar mendapatkan bimbingan dalam menulis.
Membuat Resume
Kegiatan belajar mengajar di kelas senantiasa menggunakan metode star on Question yaitu memulai dengan pertanyaan dalam proses pemahaman bacaan yaitu ranah kognitif dan diakhir pembelajaran memberi tugas agar peserta didik membuat resume dan inti sari dari materi yang diajarkan, karena menulis sama dengan membaca.
Perubahan yang tampak pada peserta didik setelah melakukan upaya peningkatan minat baca adalah mereka mampu berargumentasi berdasarkan refrensi buku yang mereka baca. Karna di dalam proses belajar mengajar guru menekankan jika menjawab jangan menurut pribadi melainkan harus berlandaskan teori yang sudah baku. Memang terkesan kaku namun itu adalah alternatif supaya mereka lebih meningkatkan minat bacanya.
———- *** ———–