Penjual Nasi Padang Naikkan Harga, Penjual Bakso Tambahkan Merica

Berbagai cara jitu untuk mempertahankan rasa pedas, demi menjaga pelanggan tetap setia dengan aneka masakan pedas yang di jual penjaja masakan di Surabaya.

Berbagai cara jitu untuk mempertahankan rasa pedas, demi menjaga pelanggan tetap setia dengan aneka masakan pedas yang di jual penjaja masakan di Surabaya.

Surabaya, Bhirawa
Harga cabai yang menembus Rp.100.ooo per kilogramnya, membuat para pedagang harus memutar otak untuk bisa mempertahankan rasa pedas agar tidak mengecewakan pelanggan. Disisi lain tentunya para pedagang juga harus meraup keuntungan.
Tangan Erwin, begitu cekatan saat melayani pembeli, dengan cepat ia menyodorkan piring yang sudah penuh dengan aneka masakan padang yang selama ini dikenal memiliki cita rasa pedas. Tak ketinggalan sambel ijo yang selama ini menjadi sajian wajib dan selalu ditunggu pelanggan.
Namun dibalik senyumnya, ia juga mengaku resah karena mahalnya harga cabe, karena selama ini cabe menjadi salah satu bahan dasar untuk memasak makanan Padang. “Usaha Nasi Padang yang saya geluti ini selalu menggunakan cabai terbaik. Meskipun sangat memberatkan, tapi tidak memungkiri bahwa mempertahankan rasa adalah salah satu strategi bisnis yang harus saya jaga sampai dengan turun temurun. Karena memasak masakan padang, memang harus memiliki salah satu rasa pedas yang mendominasi,” ujar Erwin saat ditemui di warung miliknya yang berada di samping Rumah Sakit RKZ, Jalan Diponegoro Surabaya, Minggu (18/1).
Erwin mengakui, harga cabai yang tinggi memang sangat memaksa dirinya untuk menaikkan harga. Karena tidak mungkin bertahan dengan harga lama, apalagi harus mengganti dengan cabai yang memiliki kualitas di bawah cabai segar. “ Saya mending tidak menjual masakan dengan kualitas cabai yang tidak sesuai setandar saya. Mungkin untuk PKL bisa mencampurnya dengan merica, tapi untuk kelas depot sangat sukar,” terang pria yang telah menjalani bisnis nasi padang di Surabaya selama 21 tahun.
Selain cabai yang melambung, bebarapa kebutuhan masakan yang ia olah seperti daging, ayam, otak, paru, dan lainnya juga harganya tidak stabil. Sehingga, langkah menaikkan harga memang tidak bisa dihindarkan. Tapi pelanggan setianya, bisa memaklumi akan kenaikan harga sekitar Rp1000-2000.
“Memang awal mulanya, pelanggan menanyakan kenaikan harga tapi setelah adanya penjelasan tentang fluktuasi harga pelanggan bisa memahaminya. Seperti nasi padang dengan lauk daging ini, jika sebelum BBM naik, harga Rp. 16.000 per porsi, tapi setelah bensin naik dan turun lagi harga menjadi Rp.18.000 karena semua kebutuhan pokok juga naik,” jelasnya.
Perbandingan cabai yang ia gunakan jika tidak ada pesanan dalam jumlah besar, dirinya memiliki perbandingan cabai yakni 3 kg cabai giling di tambah dengan 1 kg cabai rawit. Harga untuk cabai giling adalah Rp.55.000 per kilogramnya.
Sementara itu bagi Sukarno penjual bakso di daerah Bendul Merisi, Surabaya menguraikan kuah bakso yang dijualnya telah ditambah sedikit merica. Hal ini untuk menjaga rasa tetap pedas, tapi tetap menyediakan cabai segar sebanyak ¼ kilogram.
“Biasanya pembeli hanya cukup menambah sedikit cabai, karena kuahnya sudah pedas ditambah dengan panas kuah yang mempertahankan rasa pedasnya,” cletuknya.
Ia mengaku merica yang dimasukkan ke dalam kuah sudah ia takar, supaya kondisi perut pembelinya tidak terlalu panas dan tidak menyebabkan diare. Karena jika pelanggannya sampai sakit, maka resiko kehilangan pelanggan bakal di alaminya.
“Ada perbedaan antara pedas cabai dan merica, jika sambal tersebut murni menggunakan cabai segar pedasnya hanya di mulut, tapi jika pedasnya merica bukan di mulut tapi rasa panas akan muncul di perut. Jadi pemberian merica harus tetap sesuai takaran yang benar,” imbuhnya. [wil]

Tags: