Pensiun dari Sekwan Ternak Perkutut dan Love Bird

Herry Suryanto, mantan Sekretaris DPRD Situbondo bersama puluhan piala penghargaan yang berhasil diraih dipajang dirumahnya di Desa Sumberkolak Kecamatan Panarukan. [sawawi]

Salurkan Hobi Hingga Bisa Meraih Prestasi Nasional
Kab Situbondo, Bhirawa
Purna sebagai ASN tidak berarti mengurangi aktivitas dan tidak bisa berkreasi, justru banyak pensiunan ASN yang justru meraih sukses dengan mengembangkan usaha atau hobi yang digelutinya. Seperti mantan Sekretaris DPRD Situbondo, Herry Suryanto yang berhasil mengembangkan usaha ternak burung hingga meraih prestasi nasional.
Kecintaan Herry Suryanto, terhadap burung perkutut tak diragukan lagi, bahkan sebagian besar hari-harinya banyak dihabiskan untuk mengembang biakkan burung dengan suara yang sangat khas tersebut.
Setiap pagi, Camat Kota Situbondo itu rutin menuju kompleks ternak burung perkutut dan burung cinta (love bird) yang berada disamping kanan rumahnya di Desa Sumberkolak, Kecamatan Panarukan, Situbondo.
Sama seperti pecinta burung pada umumnya, di tempat yang asri dan indah itu tidak ditemukan bau apek dari kotoran ratusan burung. Sebaliknya, dikawasan ternak burung rintisan Herry Suryanto beraroma harum. Pemandangan ini yang membedakan profesionalisme Herry dalam berbisnis burung perkutut dan love bird dengan peternak abangan.
Tak cukup itu, Herry bersama sejumlah pekerjanya rutin membersihkan kandang ternak, memberi makan dan memandikan burung dengan alat semprot yang canggih. Herry dan pekerjanya juga melatih kicau burungnya dengan methode khusus yang dimilikinya. Herry juga tak jarang memeriksakan kondisi burungnya kepada dokter hewan, saat peliharaan kesayangannya mengalami gangguan kesehatan. “Burung-burung peliharaan saya ini jarang sekali sakit, karena memang dirawat dengan baik,” aku mantan Kepala Kantor Lingkungan Hidup Kabupaten Situbondo itu.
Setelah selesai merawat ternak burung perkutut yang sudah berjalan 5 tahun itu, Herry tidak lantas santai. Pria yang kini merintis sebagai calon anggota legislatif di daerah pemilihan (dapil) 6 dari Partai Gerindra itu menuju ke satu tempat lainnya yakni pusat ternak love bird. Ini rutin dilakukan Herry, setiap pagi hari sebelum melanjutkan ke lokasi kegiatan lain seperti mendatangi masyarakat Situbondo.
Dimata Herry ternak love bird kini sudah menjadi primadona baru bagi para pecinta burung di tanah air. Selain perawatannya yang simpel, love bird, memiliki keunikan kicau dimata pemilik dan pecintanya. “Love bird kini sudah terkenal seantero nusantara. Saya juga ikut jatuh cinta memelihara burung yang biasa dikenal berpasangan itu. Jumlahnya pun lumayan banyak,” aku Herry.
Herry kembali menceritakan, awalnya ia hanya punya beberapa kandang dan baru tahun 2017 ternak perkututnya mencapai 25 kandang. Ada indukan perkutut bangkok atau singa bangkok. Setelah hasil ternak dikembangkan, tiap bulan lahir 25 ekor burung dari 25 kandang yang ada. Setelah bersambung dan bergantian dari produksi telur dan anakan, Herry baru bisa mengatur untuk memberi perawatan.
“Saat saya masih dinas sebagai ASN, kecintaan kepada burung tidak sampai mengganggu pekerjaan kantor. Ini karena sudah ada 2 tenaga khusus perawat burung. Saya cuma mengawasi dan mengevaluasi karena semua dilakukan oleh pekerja yang setiap hari mengurusi ternak di rumah,” aku mantan Kepala Bakesbangpol Kabupaten Situbondo itu.
Menurut Herry ternak love bird yang sekarang banyak digemari masyarakat pecinta burung ternyata memiliki prospek bagus dan pemasaran yang lebih cepat daripada ternak burung perkutut. Selain itu, akunya, hasil ternak love bird juga bisa dijadikan penutup kekurangan penghasilan dari burung perkutut dan juga sebaliknya bisa berbagi prospek dengan ternak burung love bird. “Biaya perawatan burung perkutut bisa ditutup dari biaya perawatan love bird. Jadi saling saling menutup,” kupas Herry seraya mengakui setelah pensiun dari ASN bisa leluasa untuk mengembangkan pemasaran perkutut dan love bird.
Herry mengakui sejak aktif ternak dan rutin ikut lomba burung perkutut, puluhan piala sudah berhasil ia raih. Bahkan tak sedikit diantaranya, urai Herry, menjadi juara nasional dan regional Jatim. Khusus juara lomba burung perkutut Herry pernah meraih juara 1, juara 3 serta juara 4 best of the best nasional. Adapun khusus lomba ditingkat regional, Herry juga pernah meraih juara 1 tingkat Provinsi Jatim. “Dari juara nasional burung perkutut itu saya laku Rp 60 juta dan juara Jatim pernah ditawar Rp 30 juta. Tingkat Jatim juga sering masuk 5 besar. Khusus lomba burung perkutut hanya mendapatkan tropi dan piagam,” terangnya.
Dari seringnya mengikuti event lomba burung perkutut tersebut, urainya, secara otomatis dapat mengangkat rating burung seseorang. Namun khusus burung milik Herry yang merupakan murni hasil dari ternak produksi sendiri sehingga saat meraih juara akan menjadi kebanggaan tersendiri bagi Herry. “Jika dilihat dari sektor bisnis, maka orang akan melirik ternak kita. Apalagi ternak burung kita sering meraih juara disetiap event akan membuat orang lain mudah tertarik datang dan bahkan membelinya,” tutur Herry yang hanya suka love bird khusus produksi berwarna.
Kata Herry ada berbagai keunikan dari sisi ternak burung cinta. Diantaranya sebut dia, para peternak burung love bird tak jarang menjadi pusat perhatian dari para calon pembeli saat burung burung dengan bulu warna warni itu masih berada dalam perawatan. Mereka bahkan tak sungkan untuk datang membeli burung love bird meski masih berada pada usia belia. “Saya pernah merawat burung love bird yang masih memerlukan perawatan disped itu sudah dipesan orang,” aku Herry.
Event lomba burung kini di Situbondo kian ramai dan bahkan tiap 3 bulan sekali P3SI (persatuan pelestari perkutut seluruh Indonesia) Cabang Situbondo rutin mengadakan lomba. Herry mengaku kini dirinya hanya bertugas sebagai motivator penggemar burung sehingga lebih banyak menghimbau memberikan dorongan kepada pemilik burung untuk selalu menang saat tampil dalam lomba. Saat ini, kupas Herry, sebagai pembina P3SI Situbondo misinya sudah berhasil karena para peternak burung dari luar kota ramai datang ke Situbondo. “Kini saya sudah tidak aktif seperti dulu lagi saat menjadi pengurus. Sekarang saya hanya memantau keliling ke kota dan kecamatan-kecamatan guna memberi masukan, saran, pendapat dan dorongan untuk kemajuan penggemar burung. Termasuk ilmu yang saya punya sudah diberikan kepada peternak lain sehingga mereka bisa mengikuti jejak saya menjadi peternak yang produktif dan memiliki hasil yang bagus,” papar Herry.
Adi, salah satu penggemar burung di Kelurahan Dawuhan Situbondo menimpali, beternak burung perkutut dan love bird tidak memerlukan biaya perawatan yang tinggi karena banyaknya ketersedian bahan pakan serta tidak rumit dalam perawatan. Bahkan kata Adi, untuk mendapatkan pakan kini sangat mudah dibeli diberbagai outlet toko di Situbondo. Adi membuktikan, ketika Herry Suryanto merawat burung perkutut dan love bird dalam waktu 1 bulan hanya membutuhkan biaya pakan Rp 300 ribu. Berbeda dengan burung perkutut yang disiapkan mengikuti lomba, katanya, akan membutuhka biaya tambahan untuk keperluan vitamin, jamu dan perawatan khusus dari pakar burung. “Jika dikalkukasi, semua hanya membutuhkan dana Rp 1 juta. Itu sudah termasuk honor pekerja,” imbuh Adi.
Ia mengakui, dari bisnis ternak perkutut sebanyak 25 kandang tersebut, Herry Suryanto kini mampu menghimpun hasil tiap bulan sebesar Rp 20 juta. Namun karena saat ini mulai banyak muncul pesaing baru, tegas Adi, Herry sudah mengurangi fasilitas kandang dan sebagian dialihkan untuk ternak love bird. Dimata Adi, kini peminat burung masih bagus seperti dialami para peternak yang ada di sepanjang daerah pantura Jatim. “Dengan banyaknya peternak burung dari Kab/Kota lain, kita harus siap bersaing. Mau tidak mau kita harus memiliki ternak atau indukan yang bagus sehingga bisa bersaing di pasaran. Selain itu kita harus pandai merawat burung,” akunya.
Ia menuturkan, tidak menutup kemungkinan burung yang mahal akan kalah bersaing dengan jenis burung yang murah karena lemah dari sisi perawatan. Berbeda dengan bunyi atau kicau burung yang sudah ada pakem dan pegangannya. Namun ada kelebihan tersendiri khusus burung yang memiliki mental juara menurut Adi kini sangat sulit untuk didapatkan. Peluang itu masih bisa diraih, ujar Adi, asal para peternak burung berani mendatangkan pakar atau melakukan kerjasama dengan memakai jasa perawat burung lomba. “Ada satu hal kerugian yang dialami peternak. Biasanya burung itu lepas dari pegangan tangan saat dirawat atau sangkarnya diganggu oleh kucing sehingga kemudian burungnya terbang menghilang. Padahal harga burung itu sangat mahal,” pungkas Adi. [sawawi]

Tags: