Penuhi Standar Eksppor, Wagub Emil Dorong Petani Tingkatkan Kualitas

Wakil Gubernur Jatim Emil Elestianto Dardak memberangkatkan ekspor produk pertanian di Pendopo Notosuman, Kabupaten Ngawi, Rabu (27/2).

Pemprov Jatim, Bhirawa
Produk pertanian menjadi salah satu komoditas unggulan dari Provinsi Jatim. Karena itu, Pemprov Jatim berharap para petani semakin meningkatkan kualitas produksinya agar dapat diterima negara lain yang memiliki standarisasi berbeda-beda.
Hal tersebut disampaikan Wagub Jatim, Emil Elestianto Dardak saat menghadiri acara Agro Gemilang dan Export Produk Pertanian Unggulan Jatim di Pendopo Notosuman, Kabupaten Ngawi, Rabu (27/2). Menurut Wagub Emil Dardak, nilai ekspor Jatim sampai dengan Februari 2019 mencapai Rp. 1.599,292 miliar.
Nilai tersebut berasal dari sembilan komoditas diantaranya CPO (Crade Palm Oil), kopi, kayu, margarine, mente, cengkeh, lada, pala dan nilam. Semua komoditi tersebut sudah tersebar di 82 negara. Bukan hanya di wilayah asia saja, tetapi komoditi tersebut juga masuk ke negara-negara eropa, dan Amerika. Namun, komoditas bernilai tinggi tersebut perlu dukungan pemerintah, khususnya bagi para eksportir. Mereka tidak akan bisa bekerja apabila tidak didukung tersedianya komoditi yang sesuai dengan standard.
“Oleh sebab itu, agar bisa laku di pasar, maka produk pertanian dari Jatim harus ditingkatkan nilainya, kualitasnya dan volumenya,” ungkapnya.
Wagub Emil Dardak mencontohkan seperti sarang burung walet. Potensi tersebut mampu menjadi komoditi yang memiliki nilai ekspor tinggi. Harga per kilogramnya mencapai Rp. 48 juta. Tentunya harga tersebut sesuai dengan kualitas. Setidaknya, per tahun dari sarang wallet menghasilkan Rp. 40 triliun. “Hal demikian yang menjadi fokus Pemprov Jatim agar komoditi dari petani lokal bisa berperan di pasar internasional, dan memiliki nilai tambah, ” ujarnya.
Dijelaskannya, dengan melakukan ekspor, maka langkah tersebut juga memberikan solusi agar para petani memperoleh nilai tambah. Untuk itu, dirinya mengajak agar para generasi milenial bisa ikut serta di dalam proses pertanian, lebih tepatnya masuk ke hulu yaitu ikut serta melakukan penanaman. Karena selama ini, generasi milenial lebih pada proses penjualan hasil pertanian saja. Padahal, di sektor pertanian sumber daya manusianya membutuhkan regenerasi.
“Dengan mengikutkan generasi milenial, maka menjadi kekuatan tersendiri di sektor hulu agar terus berkembang,” ujarnya.
Dengan kondisi seperti itu, Pemprov Jatim akan mendorong agar SMK di Jatim tidak hanya dominan membuka jurusan mesin dan komputer saja, tetapi juga bisa pada teknologi pangan dan pertanian. Hal tersebut sesuai dengan kebutuhan wilayah yang menjadi lumbung pangan nasional. Selain itu, Pemprov Jatim akan mengoptimalkan UPT yang memiliki otoritas keaman pangan.
“UPT tersebut bisa dioptimalkan melalui Bakorwil di setiap wilayah. Tujuannya agar ada pembinaan yang terkait kualitas,” lanjutnya.
Lebih lanjut Wagub Emil Dardak menyampaikan, setiap negara memiliki persyaratan teknis berbeda-beda. Contohnya di negara-nagara eropa sejak Tahun 2016 mempersyaratkan beberapa hal seperti health certificate (HC), good hygiene dan bebas aflaktosin. Sedangkan di Cina mempersyaratkan registrasi packing house untuk komoditi buah naga dan manggis.
“Setidaknya, Jatim melengkapi persyaratan teknis minimal yaitu penerapan good agriculture practices (GAP), good handling practices (GHP), good manufacturing practices (GMP) dan sanitasi serta higienis pada proses produksi,” terangnya.
Emil menjelaskan, agar bisa bersaing di pasar global, banyak syarat ekspor yang berat. Oleh sebab itu perlu kerjasama dengan beberapa negara tujuan ekspor untuk meningkatkan kualitas komoditi dengan standart tinggi seperti Amerika dan Australia. “Tujuannya adalah dengan mengikuti standarisasi mereka, eksportir kita tidak akan bingung apabila ada perubahan. Kalau bisa membuat standard lebih tinggi agar bisa masuk ke semua Negara,” tambahnya. [tam]

Tags: