Penuhi Tanggung Jawab, Lupakan Diri Sendiri

Atik Saiful Rachman

Atik Saiful Rachman

Ada tekad dan semangat yang kuat melekat dalam diri Dyah Cahyanti Dwi Putranti. Sebagai Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) Dinas Pendidikan Jatim, dia memikul tanggung jawab yang tidak ringan. Menggugah kesadaran istri-istri ASN (Aparatur Sipil Negara) untuk terlibat aktif menggerakkan roda organisasi.
Terlebih saat ini Dindik Jatim memiliki tanggung jawab atas seluruh pengelolaan SMA/SMK di 38 kabupaten/kota. Maka keanggotaan dan kepengurusan di bawah DWP Dindik Jatim otomatis juga semakin luas. Mulai Banyuwangi hingga Pacitan tercakup seluruhnya.
“Sementara saya harus melupakan dulu bagaimana diri saya, kondisi saya, tubuh saya yang seperti ini. Kalau saya ingat-ingat terus, tidak mungkin bisa sampai ke Pacitan menemui anak-anak sekolah di sana,” tutur perempuan yang akrab disapa Atik Saiful Rachman tersebut.
Bercerita soal Pacitan, Atik mengaku baru selesai menggelar bakti sosial di daerah tersebut. Perjalanan cukup jauh dilewatinya dengan kondisi tubuh yang tidak bisa lepas dari putaran kursi roda. Semua dilakukan dengan tekad demi tanggung jawab.
“Saya tidak pernah menyangka bahwa Pacitan akan mendapat musibah sebesar itu. Informasi itu saya terima saat masih dalam perjalanan pulang dari umroh akhir tahun lalu,” tutur Atik.
Istri Kepala Dindik Jatim Dr Saiful Rachman itu bercerita, dari informasi dia langsung tancap gas untuk mengajak seluruh pengurus DWP di Jatim memberikan sumbangsihnya. Posko sederhana didirikan sementara di kantor DWP Dindik Jatim untuk menampung bantuan dari daerah. Padahal saat itu menjelang akhir tahun itu dan pengurus sudah yakin program satu tahun telah selesai. Kemudian mereka bisa berlibur akhir tahun dengan tenang.
“Tapi saya kemudian bilang pada pengurus bahwa tugas kita belum usai. Masih ada satu hal yang harus dikejar. Yaitu memberi bantuan kepada para korban di Pacitan,” kata Atik.
Atik mengaku, sempat juga ada pengurus di daerah yang enggan berpartisipasi karena merasa sekolah sudah membantu. Namun, pihaknya menegaskan bahwa DWP harus bisa melakukan upaya lebih. Tidak sekadar nggandol pada sekolah atau cabang dinas.
“Kita bisa mengumpulkan bantuan hingga Rp298 juta memang tidak mudah. Saya selalu kepikiran tentang Pacitan. Tapi di sela-sela itu ada saja halangannya. Mulai keluarga yang punya hajat sampai kerabat yang wafat,” kata dia.
Terlepas dari usaha dan semua halangan yang dia hadapi, Atik memastikan upaya DWP memberikan bantuan adalah pelajaran penting. Bagi pengurus dan anggota DWP yang harus bahu-membahu saling memberikan simpati. Itu berlaku untuk semua daerah di Jatim. [tam]

Tags: