Penurunan BBM dan Cabe Picu Deflasi Jatim 0,52 Persen

Foto: ilustrasi

Foto: ilustrasi

Pemprov, Bhirawa
Dampak penurunan sejumlah kebutuhan pokok masyarakat seperti harga bensin dan holtikultura berdampak positif pada perkembangan ekonomi di Jatim. Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim mencatat, dalam sebulan terakhir seluruh kota di Jatim mengalami deflasi 0,52 persen.
Kepala BPS Jatim, M Sairi Hasbullah mengakui bahwa sentimen positif pertumbuhan ekonomi Jatim ini terjadi setelah sejumlah kebutuhan pokok masyarakat seperti harga Bahan Bakar Minyak (BBM), cabai rawit, cabai merah, angkutan dalam kota mengalami penurunan dalam kurun waktu Februari.
Selain itu, penurunan tarif angkutan udara, telur ayam ras, bawang merah, solar, semen dan kentang juga memberi andil terbesar terjadinya deflasi di Jatim.
“Pada Februari ini Jatim menjadi satu dari 70 kota di Indonesia yang mengalami deflasi. Di Jatim, semua kota Indeks Harga Konsumen (IHK)-nya mengalami deflasi,” terang Sairi, di Kantor BPS Jatim, Senin (2/3).
Meski semua kota sedang mengalami deflasi, namun angka tertinggi justru pada Kabupaten Banyuwangi yang mencapai 1,2 persen. Di bulan yang sama, Kediri juga berhasil mengalami deflasi sebesar 0,83 persen, disusul Malang 0,57 persen, Sumenep 0,56 persen, Jember 0,54 persen, dan Madiun sebesar 0,51 persen.
“Sayangnya deflasi terendah justru terjadi di Surabaya dan Probolinggo yang keduanya mencatat 0,42 persen dalam kurun waktu yang sama,” katanya.
Sairi menambahkan, ada beberapa sektor yang terimbas terjadinya deflasi. Di antaranya adala sektor transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan yang mengalami deflasi hingga 2,23 persen. Disusul kelompok bahan makanan sebesar 1,36 persen.
“Namun justru di sektor sandang mengalami inflasi sebesar 0,69 persen, diikuti makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,37 persen,” paparnya.
Inflasi ini juga terjadi pada sektor perumahan, air, listrik, bahan bakar, dan gas elpiji yang baru-baru ini mengalami kenaikan. Masing-masing kelompok tersebut mengalami inflasi sebesar 0,30 persen disusul sektor kesehatan 0,24 persen, dan terakhir pendidikan dan wahana rekreasi sebesar 0,8 persen.
“Komoditas yang memberi andil terhadap terjadinya inflasi yakni beras. Meski begitu sebenarnya pasokan beras di Jatim itu surplus. Selain itu penyebab inflasi terjadi karena tarif listrik, mobil, emas, sepeda motor, anggur, kue basah, dan tarif parkir,” imbuhnya.
Ia mengatakan, dalam dua pekan terakhir harga beras nasional memang mengalami  kenaikan yang cukup signifikan. Ini karena sejumlah daerah penghasil padi seperti Jatim belum memasuki masa panen raya. Ditambah tingginya permintaan beras dari luar pulau Jawa sangat tinggi. [rac]

Deflasi di Wilayah Jatim
Kabupaten/Kota     Deflasi
Banyuwangi            1,2 %
Surabaya                0,42%
Probolinggo           0,42%
Kediri                       0,83 %
Malang                     0,57 %
Sumenep                0,56 %
Jember                   0,54 %
Madiun                    0,51 %

Tags: