Penutupan Dolly Akan Turunkan Penderita HIV/AIDS

2-PSKSurabaya, Bhirawa
Rencana penutupan lokaliasi Dolly dinilai akan mengurangi jumlah penderita HIV/AIDS secara cepat.
Kasi Pemberantasan Penyakit Dinkes Jatim, Setyo Budiono mengaku, penutupan Dolly merupakan upaya tepat dalam mengurangi dan mengilangkan kasus HIV/AIDS di Surabaya dan Jatim.
Keberadaan lokalisasi Dolly ditengah-tengah masyarakat tidak sedikitpun memberikan manfaat bagi banyak orang apalagi bagi anak-anak. Banyaknya penyakit menular seksual seperti raja singa, sifilis dan HIV/AIDS yang menyebabkan keberadaanya harus dihilangkan. Ada yang mengatakan keberadaan lokalisasi mempermudah dinas kesehatan dalam  mengontrol penyebaran dan pendeteksian HIV/AIDS, akantetapi alasan tersebut tidak sebanding dengan dampak yang akan ditimbulkan lokalisasi.
”Sebagai instansi pemerintah, Dinas Kesehatan tidak pernah menyarankan adanya lokalisasi pelacuran, apalagi lokalisasi sebagai tempat pelacuran. Di undang-undang kesehatan tidak ada pasal yang menyebutkan pemerintah wajib membentuk lokalisasi karena keberadaan lokalisasi tidak memberikan manfaat,” jelasnya.
Saat ini dari data yang dihimpun total Pekerja Seks Komersial (PSK) yang terkena HIV/AIDS mencapai 300 orang di Dolly, sedangkan jumlah penderita HIV/AIDS di Surabaya mencapai angka 7.000 orang (Mulai tahun 2000-2014, red).
Setyo mengatakan, saat ini jumlah kasus HIV/AIDS di Surabaya mengalami peningkatan dan tahun-ketahun, hal ini akan terus naik jika lokalisasi terbesar di Surabaya ini tidak ditutup. ”Kita tidak dapat membayangkan berapa orang yang tertular HIV/AIDS jika orang tersebut berhubungan dengan PSK yang positif HIV/AIDS. Orang yang tertular HIV/AIDS akan menularkan penyakitnya kepada orang lain terutama yang terdekat adalah pasangannya,” jelasnya.
Ke depan ia berharap dengan ditutupnya lokalisasi Dolly akan memberikan peluang besar bagi Surabaya untuk mengurangi penyebaran HIV/ADIS. Menurutnya, jika Dolly ditutup maka harus diikuti oleh penutupan tempat-tempat yang berpotensi PSK untuk pindah bekerja. ”Bisa jadi PSK yang bekerja di DOlly sudah tutup akantetapi  mereka beroperasi di tempat lain sepeti panti pijat, karoke, diskotek dan sejenisnya,” tambahnya.
Sementara itu salah satu warga Surabaya, Aryo mengaku dirinya sepakat jika Pemerintah Kota Surabaya (Pemkot)  menutup lokalisasi Dolly. Penutupan lokalisasi merupakan upaya tepat Pemkot Surabaya dalam memberantas peyakit masyarakat. ”Pemerintah harus berani mengambil resiko meski dalam penutupan Dolly nanti banyak pihak yang menentang,” ucapnya. [dna]

Keterangan Foto: Keberadaan Dolly dinilai banyak orang menyebabkan terjandinya penularan HIV/AIDS.

Tags: